Autotomi merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk menjelaskan kemampuan hewan tertentu melepaskan bagian yang tidak vital dari tubuhnya. Contoh paling umum dan bisa kita temukan di lingkungan sekitar adalah autotomi pada beberapa jenis reptil.
Reptil mampu secara sengaja melepaskan atau memutus ekornya. Menariknya, bagian yang terpotong tersebut akan tumbuh kembali seperti semula. Akan tetapi, tidak semua reptil mempunyai kemampuan tumbuh seperti ini.
Selain reptil, ada pula jenis serangga yang juga mempunyai keistimewaan tersebut. Beberapa jenis serangga secara sadar dapat melepaskan anggota tubuhnya agar terhindar dari predator.
Daftar Isi
Pengertian Autotomi
Autotomi yang dalam bahasa awam dikenal dengan amputasi diri merupakan suatu perilaku yang ditunjukkan oleh hewan tertentu. Umumnya, autotomi dilakukan sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri. Selain itu, bisa diartikan pula sebagai kemampuan hewan untuk membuang satu atau lebih bagian tubuhnya agar terhindar dari ancaman pemangsa.
Contoh yang paling sering kita temukan di lingkungan sekitar adalah pemutusan ekor kadal saat ditangkap atau dikejar oleh predator. Autotomi memang kerap digunakan oleh kadal untuk menghindari pemangsa atau dengan kata lain mengalihkan perhatian predator agar bisa melarikan diri dari bahaya yang dihadapinya.
Bukan hanya dimiliki reptil, ternyata kemampuan autotomi juga ditemukan pada beberapa jenis cacing dan laba-laba tertentu. Bagian tubuh yang tadinya dibuang, bisa dibuat ulang dan kembali seperti semula.
Menurut sejarah, istilah autotomi pertama kali diperkenalkan oleh Frederick di tahun 1892. Adapun beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya autotomi adalah faktor individu, lingkungan, dan karakter spesifik spesies tersebut.
Autotomi Pada Reptil
Tujuan utama dari autotomi adalah untuk menghindari ganasnya predator di alam liar. Pada dasarnya, autotomi merupakan suatu strategi pilihan terakhir. Sebab trik ini dinilai sangat mahal karena binatang harus rela kehilangan bagian tubuh meskipun bagian tersebut dianggap tidak penting.
Bagian tubuh tersebut hanya dipisahkan apabila predator telah memilih bagian tersebut atau bagian lain dari hewan yang ditangkap. Bisa juga karena jarak yang sudah terlalu dekat dengan predator sehingga risiko tertangkap cenderung lebih besar.
Umumnya, bagian tubuh yang dipotong tetap mampu bergerak karena refleks saraf yang masih aktif. Hal ini juga disebabkan karena sensasi vitalitas pada ujung yang terbelah sehingga membuat pemangsa semakin tertarik, sementara hewan pemilik tubuh tersebut bisa melarikan diri.
Pada reptil, autotomi melibatkan bagian ekor yang menjadi bagian paling sering dipisahkan dari tubuh saat keadaan terancam. Apabila ekor tersebut terpisah dalam bidang intra vertebrata, maka bisa dipastikan ekor akan tumbuh kembali.
Meski demikian, ekor yang muncul dari titik kerusakan tidak akan sama dengan yang asli. Salah satu implikasi dari perbedaan ini adalah ekor baru tersebut tidak akan mampu membelah lagi secara sukarela.
Namun ekor asli yang masih tersisa tetap bisa melakukan autotomi. Bisa dikatakan bahwa, kemampuan hewan untuk mempertahankan autotomi ini tergantung pada berapa kali ekornya dipotong dan juga di mana bagian tubuh tersebut dipotong.
Ada beberapa jenis reptil yang memiliki ekor tergolong berat ketimbang tubuhnya sendiri sehingga hilangnya sebagian tubuh tersebut bisa memberi efek meningkatkan kemampuan mereka untuk melarikan diri. Namun sayangnya, pada sebagian besar hewan, hilangnya ekor ini justru menyebabkan penurunan mobilitas dan kemampuan manuver.
Kemampuan autotomi pada reptil ini muncul berkat struktur tubuh hewan itu sendiri. Lebih tepatnya struktur tulang yang ada di dalam tubuhnya. Diketahui, bagian tubuh tersebut memiliki cakram tulang rawan yang disebut dengan septum.
Pada septum inilah pembuluh darah dan otot dimodifikasi untuk membuat detasemen yang lebih mudah. Namun ada beberapa reptil yang tidak memiliki modifikasi serupa tapi masih mampu melepaskan ekornya. Bedanya, reptil tanpa septum tidak bisa meregenerasi bagian yang hilang atau terpaksa melakukannya dengan risiko lebih besar atau jauh dari kata sempurna.
Tak jarang pula, ekor yang hilang tersebut tumbuh secara abnormal. Ada reptil yang memiliki ekor bifida atau dua cabang, bahkan ada pula yang memiliki ekor trifida atau tiga cabang. Hingga kini, belum diketahui alasan mengapa hal ini bisa terjadi dan apa dampak yang dihasilkan terhadap kelangsungan hidup individu tersebut.
Perbedaan Autotomi dan Regenerasi
Setelah mengetahui definisi dan fakta di balik fenomena autotomi pada reptil, mungkin sebagian dari kita bertanya-tanya apa bedanya autotomi dengan regenerasi.
Pada dasarnya, regenerasi merupakan suatu proses dimana bagian tubuh yang hilang dari suatu organisme memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi bakal organisme baru. Tak serupa dengan reproduksi, tapi regenerasi diatur melalui cara aseksual.
Biasanya, kemampuan regenerasi semacam ini ditunjukkan oleh beberapa jenis hewan invertebrata seperti planaria, bintang laut, hydra, dan lain sebagainya. Ada pula amfibi, reptil, dan spesies udang karang yang juga menunjukkan kemampuan regenerasi.
Dengan kata lain, regenerasi bisa diartikan sebagai suatu proses penggantian bagian tubuh yang hilang tapi cukup berbeda antar organisme satu dan yang lainnya.
Persamaan Autotomi dan Regenerasi
Meski mempunyai perbedaan, lantas adakah persamaan antara autotomi dan regenerasi?
Baik dalam autotomi dan regenerasi, bagian tubuh sama-sama dipisahkan secara sengaja. Kedua fenomena ini sama-sama penting bagi organisme tertentu sebagai bentuk upaya untuk bertahan hidup.
Meski demikian, autotomi dan regenerasi juga memiliki perbedaan cukup signifikan. Autotomi merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh organisme tertentu sebagai bentuk pertahanan diri dari ancaman predator. Bagian tubuh yang dilepaskan bisa diregenerasi, tapi bisa juga tidak.
Sementara regenerasi merupakan penggantian atau pemulihan bagian tubuh yang secara sengaja dilepaskan dengan tujuan tertentu. Regenerasi mengacu pada proses pengembangan organisme baru dari bagian tubuh yang dihilangkan tersebut.