Berada di wilayah ring of fire atau tepatnya cincin api pasifik, membuat Indonesia memiliki wilayah yang subur dan kaya akan hasil bumi. Namun dibalik itu, Indonesia juga harus mewaspadai berbagai macam bencana alam yang risiko terjadinya sangat tinggi. Mulai dari letusan gunung berapi, tsunami, gempa bumi, dan lain sebagainya.
Sistem prediksi dan penanggulangan bencana saat ini telah memanfaatkan perkembangan teknologi, antara lain dengan alat pendeteksi tsunami yang dipasang di lepas pantai wilayah tertentu, serta alat pendeteksi banjir yang ditemukan baru-baru ini.
Tujuannya adalah untuk memberi peringatan dini terutama kepada warga pesisir agar dapat melakukan upaya penyelamatan diri. Selain itu, spesifikasi bangunan-bangunan juga harus tahan terhadap goncangan gempa.
Daftar Isi
Pengertian Bencana Alam
Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan serta penghidupan yang diakibatkan oleh faktor alam dan atau manusia sehingga menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugan materi dan dampak psikologis.
Sedangkan, bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa alam. Peristiwa alam sebagai penyebab bencana tersebut tentu tidak dapat kita cegah, namun dapat kita prediksi dan antisipasi untuk meminimalisir kerugian dan korban.
Berikut ini adalah pendapat mengenai arti bencana alam dari beberapa ahli, antara lain:
- Menurut Coburn A.W, bencana alam adalah sebuah kejadian atau serangkaian kejadian yang mengakibatkan adanya korban dan atau kerusakan, kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan penting atau sarana kehidupan pada skala di luar kapasitas normal
- Menurut Heru Sri Haryanto, definisi bencana alam adalah terjadinya kerusakan pada pola kehidupan normal, bersifat merugikan bagi kehidupan manusia, struktur sosial serta munculnya kebutuhan masyarakat
- Menurut Kamadhis UGM, pengertian bencana alam yakni serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam, sehingga peristiwa tersebut mengakibatkan kerugian materi, korban jiwa, dan kerusakan lingkungan
- Menurut Diva, definisi bencana alam ialah peristiwa yang terjadi di alam yang berdampak besar bagi populasi makhluk hidup, baik manusia, tumbuhan, ataupun hewan
Berbagai Jenis Bencana Alam
Meski banyak peristiwa dapat digolongkan menjadi bencana, namun secara umum bencana yang berasal dari alam dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu bencana geologi, bencana meteorologi, dan bencana ekstra terestial.
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai jenis-jenis bencana alam tersebut:
- Bencana Alam Geologi – Bencana geologi diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa geologi yang terjadi dipermukaan bumi seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, dan tanah longsor.
- Bencana Alam Meteorologi – Bencana meteorologi memiliki keterkaitan dengan perubahan iklim dan umumnya tidak terjadi pada wilayah tertentu, atau dapat dikatakan wilayah terdapampak begitu luas. Contohnya adalah bencana banjir dan kekeringan akibat perubahan iklim sebagai dampak dari pemanasan global.
- Bencana Alam Ekstra Terestial – Bencana ekstra terestial adalah bencana yang terjadi di luar angkasa. Misalnya hujan meteor ke bumi dan badai matahari. Umumnya kita tidak merasakan bencana luar angkasa ini secara langsung karena benda asing yang jatuh ke bumi terhalang oleh atmosfer bumi.
Berbagai Macam Bencana Alam
1. Gempa Bumi
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, wilayah Indonesia berada wilayah ring of fire. Wilayah Indonesia berada pada pertemuan 3 lempeng utama dunia, yaitu Indo-Australia, Eurasia dan Lempeng Pasifik sehingga potensi untuk terjadi bencana gempa bumi sangat tinggi sekali.
Gempa bumi adalah guncangan atau getaran yang terjadi pada permukaan bumi akibat pelepasan energi akibat pergerakan atau pergesekan lempeng / kerak bumi. Guncangan atau getaran tersebut menciptakan gelombang seismik.
Untuk memantau besaran gempa bumi yang terjadi maka dipergunakan alat yang bernama seismograf dengan menggunakan skala Moment Magnitudo. Besaran lokal 5 magnitude disebut dengan Skala Richter.
Gempa bumi tidak dapat diperkirakan kapan terjadi. Perkiraan yang dapat diperoleh adalah kisaran atau besaran gempa yang akan terjadi. Pada gempa bumi yang berpusat di wilayah laut, dapat menimbulkan bencana lain berupa potensi tsunami. Oleh karena itu, dengan perkembangan teknologi saat ini telah diciptakan alat-alat pendeteksi tsunami yang diletakkan ditengah samudra atau pesisir.
2. Tsunami
Tsunami dapat dipicu oleh gempa bumi yang berpusat ditengah laut, longsoran dasar laut, letusan gunung berapi bawah laut, dan hantaman meteor di laut.
Secara harfiah, arti kata tsunami adalah “ombak besar di pelabuhan”, yaitu peristiwa perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal secara tiba-tiba. Tsunami berasal dari kata dalam bahasa Jepang, “tsu” = pelabuhan dan “nami” = gelombang.
Sama halnya seperti gempa bumi, bencana tsunami tidak dapat diprediksi. Meskipun saat ini telah ada alat pendeteksi tsunami, sifat dari alat tersebut hanya sebagai peringatan karena tsunami datang dengan kecepatan tinggi dan waktu yang cepat.
3. Banjir
Curah hujan yang tinggi pada musim penghujan umumnya menjadi penyebab banjir. Bencana banjir biasanya diperparah oleh faktor manusia, dimana saluran air sungai yang tidak memadai sehingga air meluap ke pemukiman dan hilangnya area resapan air ke tanah.
Selain itu, deforestasi hutan yang semakin parah juga memperburuk keadaan. Oleh karena itu, gerakan reboisasi harus terus diupayakan agar alam kembali seimbang.
Namun pada daerah tertentu seperti Jakarta, cara alternatif untuk mengatasi curah hujan tinggi adalah dengan membuat sumur resapan. Pembuatan sumur resapan diharapkan dapat membantu penyerapan air ke dalam tanah sehingga tidak menggenangi area dengan risiko banjir.
4. Tanah Longsor
Tanah longsor adalah peristiwa geologi berupa gerakan masa tanah atau batuan dengan berbagai jenis dan tipe, seperi jatuhnya bebatuan dan gumpalan tanah yang besar.
Bencana tanah longsor dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan pemicu. Faktor pendorong ialah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi material longsor. Sedangkan faktor pemicu adalah faktor penyebab gerakan dari material longsor.
Peristiwa longsor umumnya terjadi di lereng-lereng bukit atau pegunungan dengan posisi daratan miring. Pemicunya antara lain curah hujan yang lebat dan diperparah dengan gundulnya hutan atau pepohonan akibat deforestasi.
Selain itu, tanah longsor juga dapat terjadi secara alami, misalnya dikarenakan kondisi tanah yang kurang padat disertai hujan lebat dan kondisi kemiringan yang curam.
5. Gunung Meletus
Masih berkaitan dengan wilayah cincin api yang berada di Indonesia, hal ini menyebabkan Indonesia memiliki banyak gunung berapi aktif seperti gunung anak krakatau, gunung merapi, gunung sinabung, dan lainnya.
Meletusnya gunung dapat terjadi karena endapan magma dalam perut bumi yang terdorong oleh gas bertekanan tinggi sehingga menyebabkan letusan. Status aktivitas gunung berapi dibagi menjadi kategori siaga, waspada, awas dan puncaknya adalah kategori meletus.
Gunung berapi yang meletus akan memuntahkan berbagai macam material seperti debu, batu, kerikil, magma, dan awan panas dari dalam perut bumi. Magma (ketika telah keluar disebut lava) yang dihasilkan dari letusan gunung memiliki suhu sangat panas hingga mencapai lebih dari 1.000 derajat celcius.
Meski digolongkan pada peristiwa bencana, ternyata letusun gunug berapi juga memberi manfaat bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Hasil letusan akan memberikan kesuburan bagi tanah dan material vulkanik seperi pasir dan batu sangat bermanfaat untuk bahan dasar bangunan.
6. Kebakaran Hutan
Terbakarnya hutan dapat terjadi baik secara alami atau karena faktor manusia. Kebakaran hutan secara alami dapat disebabkan oleh masa kemarau yang terlampau panjang dan suhu panas yang ekstrem. Sedangkan, faktor dari manusia salah satunya karena kebutuhan ekonomi seperti pembukaan lahan hutan untuk perkebunan sawit.
Kebakaran hutan terparah di Indonesia terjadi pada tahun 1997 – 1998 disebabkan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab. Selain merusak lingkungan, negara tetangga seperti Malaysia, Brunei, Thailand, Singapura, dan Vietnam juga terkena imbas polusi udara dari asap kebakaran.
7. Kekeringan
Bencana alam berupa kekeringan adalah kondisi kurangnya pasokan air di suatu daerah dalam masa yang lama (berbulan-bulan hinga bertahun-tahun)
Curah hujan yang sangat rendah adalah penyebab dari kekeringan. Peristiwa kekeringan ini biasanya terjadi pada musim kemarau dimana cadangan air tanah telah habis dan kesulitan untuk dicari. Habisnya air tanah dapat terjadi akibat penguapan, transpirasi, atau penggunaan sumber mata air tanpa pengelolaan yang baik.
8. Angin Tornado atau Puting Beliung
Angin tornado atau puting beliung adalah putaran angin yang terjadi dengan kecepatan tinggi dan bergerak secara garis lurus dengan durasi maksimal 5 menit. Istilah untuk angin ini terkadang juga disebut dengan angin lesus.
9. Badai Tropis atau Siklon Tropis
Badai tropis atau siklon tropis adalah badai sirkuler yang menyebabkan angin kencang disertai hujan lebat yang mampu merusak daerah yang luas, sekitar 250 mil dari pusat badai.
Peristiwa badai atau siklon tropis ini juga menyebabkan naiknya permukaan air laut, sehingga wilayah pesisir merupakan wilayah paling rawan terkena dampaknya.
10. Wabah Penyakit
Tersebarnya penyakit pada daerah tertentu dengan waktu yang cepat dan menyebabkan banyak korban dapat disebut dengan wabah. Wabah penyakit dipelajari dalam bidang ilmu epidemiologi, sehingga kita mengenal kata epidemi. Arti epidemi adalah wabah yang terjadi secara cepat daripada perkiraan.
11. Pemanasan Global
Global warming atau pemanasan global adalah peristiwa yang terjadi pada saat suhu rata-rata pada daratan, lautan, serta atmosfer terus meningkat secara menyeluruh di seluruh dunia.
Pemanasan global disebabkan oleh efek rumah kaca, polusi, efek timbal balik, dan variasi matahari. Artikel lengkap mengenai global warming dapat dibaca pada artikel berikut: Pemanasan Global – Pengertian, Kontroversi, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasi
Penyebab Bencana Alam
Bencana alam dapat terjadi secara alami melalui peristiwa alam dan juga oleh manusia. Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab bencana dapat terjadi:
- Menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) bahaya alam dan bahaya karena manusia dibagi menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation).
- Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen pada kawasan yang memiliki risiko bencana. Seperti bangunan yang tidak layak dan tidak tahan gempa.
- Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen masyarakat dan pemerintahan.
Sistem Penanggulangan Bencana
Sejak bencana tsunami Aceh pada 2004, pemerintah Indonesia mulai berbenah dalam menghadapi dan menangani bencana alam. Adapun upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah, sebagai berikut:
- Legislasi – Pemerintah Indonesia bersama dengan DPR telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Selain itu juga ada beberapa produk hukum, seperti Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden, Peraturan Kepala Kepala Badan, serta peraturan daerah terkait bencana alam.
- Kelembagaan – Kelembagaan dapat dibagi menjadi formal dan non formal. Secara formal, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) lembaga resmi negara untuk menanggulangi masalah bencana. Kemudian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang bekerja pada tingkat provinsi.
- Pendanaan – Berikut ini adalah beberapa sumber pendanaan yang dapat digunakan untuk membantu masalah bencana di Indonesia : Dana DIPA (APBN/APBD), Dana Kontijensi, Dana On-Call, Dana Bantuan Sosial Berpola Hibah, Dana yang bersumber dari masyarakat, Dana dukungan komunitas internasional.
Bencana Alam Dahsyat di Indonesia
- Tsunami Aceh (2004) dengan total korban lebih dari 220.000 jiwa warga Indonesia
- Letusan Gunung Tambora (1815) dengan total korban lebih dari 92.000 jiwa
- Letusan Gunung Krakatau (1883) dengan total korban lebih 36.000 jiwa
- Letusan Gunung Agung (1963) dengan total korban lebih dari 15.000 jiwa
- Gempa Yogyakarta (2006) dengan total korban lebih dari 6.000 jiwa
- Letusan Gunung Kelud (1919) dengan total korban lebih dari 5.000 jiwa
- Tsunami Flores (1992) dengan total korban lebih dari 2.000 jiwa
- Letusan Gunung Merapi (1930) dengan total korban lebih dari 1.300 jiwa
- Gempa Sumatera Barat (2009) dengan total korban lebih dari 1.100 jiwa
- Gempa Lombok (2018) dengan total korban lebih dari 500 jiwa
- Gempa Palu (2018) dengan total korban lebih dari 2.000 jiwa
- Tsunami Selat Sunda (2018) dengan total korban lebih dari 300 jiwa