Beo atau mamiang adalah burung sejenis dengan jalak dan kerabatnya. Wilayah persebaran burung dari keluarga Sturnidae ini meliputi daratan Himalaya, India, Sri Lanka, Filipina, Jawa, hingga Kepulauan Sunda Kecil.
Kemampuannya dalam menirukan bahasa secara baik adalah ciri utamanya. Hal ini pula yang membuat burung yang terdiri dari empat subspesies ini sangat populer di kalangan pecinta burung.
Daftar Isi
Taksonomi
Burung beo merupakan sejenis burung jalak dengan kemampuan meniru yang sangat ulung. Dalam ilmu taksonomi, burung yang kerap dijadikan peliharaan ini juga memiliki klasifikasi ilmiahnya sebagai berikut:
Kerajaan | Animalia |
Filum | Chordata |
Kelas | Aves |
Ordo | Passeriformes |
Famili | Sturnidae |
Genus | Gracula |
Habitat dan Makanan
Burung yang lihai dalam bersuara ini hidup di kawasan hutan basah, terutama di daerah dengan ketinggian 1000-2000 mdpl. Burung beo mempunyai warna bulu dominan hitam dan sangat gemar memakan buah-buahan berdaging tebal dan lunak.
Selain mengonsumsi buah-buahan, sumber makanan lain yang juga disukainya adalah nektar bunga. Sedangkan kebutuhan protein beo diperoleh dari serangga, seperti jangkrik, telur semut, capung, serta belalang.
Saat musim bertelur, beo punya kemampuan reproduksi mencapai 2-3 butir telur. Ukuran tubuhnya yang besar juga membuatnya tampak kokoh. Salah satu jenis beo, yaitu Beo Nias merupakan binatang identitas Sumatera Utara dan menjadi salah satu jenis burung paling populer di Indonesia.
Jenis Burung Beo
Satwa dari kelas Aves ini terdiri atas beberapa jenis. Untuk membedakan setiap jenisnya, kita bisa melihat corak khas berupa gelambir kuning. Gelambir kuning tersebut terdapat di sekitar leher bagian atas hingga sekitar area telinga.
Berikut ini adalah beberapa jenis burung beo beserta asal dan ciri-cirinya, yaitu:
1. Beo Nias
Beo Nias mempunyai nama latin Gracula robusta. Burung berwarna hitam ini statusnya dilindungi oleh pemerintah Republik Indonesia karena populasinya semakin turun dari hari ke hari hingga terancam punah. Kondisi inilah yang membuat status beo nias langka dan dilindungi.
Burung berparuh kekuningan ini hidup alami alami di Pulau Nias, Sumatera Utara. Dilihat dari bentuk fisiknya, ukuran tubuhnya lebih besar dari jenis beo lainnya. Selain itu, terdapat gelambir kuning di area leher bagian atas hingga sekitar telinga. Gelambir inilah yang menjadi ciri utama beo nias.
2. Beo Jawa
Berbeda dengan Beo Nias yang statusnya dilindungi, Beo Jawa atau Gracula religiosa adalah beo yang umum dijadikan burung peliharaan. Populasi jenis beo ini cukup banyak di alam liar. Dibanding jenis beo lain, ukuran tubuh burung bergelambir kuning ini tergolong kecil.
Beo Jawa bisa dijumpai di hutan-hutan pegunungan serta wilayah perbukitan. Meskipun namanya mengusung kata “Jawa”, tetapi spesies ini tidak hanya terdapat di Pulau Jawa, melainkan juga bisa ditemukan di kawasan Asia Selatan hingga Asia Tenggara.
3. Beo Srilanka
Seperti halnya Beo Jawa, Beo Srilanka juga menjadi satwa endemik yang hanya berhabitat di hutan serta ladang kawasan Srilanka. Burung bernama latin Gracula ptilogenys ini memiliki ciri khas yang mudah dikenali, yakni terdapat corak unik berupa gelambir kuning pendek di bagian pundak.
Meskipun jarang ada di Indonesia, potensinya untuk dikembangbiakkan di Indonesia masih sangat terbuka.
4. Beo Enggano
Burung beo enggano juga termasuk ke dalam satwa endemik. Spesies ini hanya hidup di kawasan Pulau Enggano, Sumatera Barat. Habitatnya berada di tepian hutan.
Burung bernama latin Gracula enganensis ini termasuk omnivora yang memakan segala jenis makanan, mulai dari pakan hewani seperti serangga, hingga nabati berupa buah-buahan, nektar, dan lain sebagainya.
5. Beo Southern
Burung beo ini berasal dari kawasan India Selatan dan Srilanka. Ciri khasnya bisa kita lihat pada bagian gelambirnya yang cukup ramping. Potensinya untuk dikembangkan di Indonesia juga sangat bagus, sebab iklim nusantara dengan India dan Srilanka tidak jauh berbeda.
Layaknya jenis burung beo lainnya, spesies beo southern adalah pemakan segala, baik sumber pakan hewani maupun nabati.
Kenapa Beo Bisa Menirukan Suara?
Burung beo begitu populer karena kecerdasan dan kepandaiannya dalam meniru berbagai suara. Kepandaian tersebut sebenarnya bukan tanpa alasan, karena ada beberapa faktor yang dimiliki oleh burung ini sehingga mampu menjadi peniru ulung.
1. Struktur Otak Unik
Penelitian yang dilakukan oleh Duke University menunjukkan bahwa beo merupakan unggas yang memiliki struktur otak unik. Dilansir dari National Geographic, perbedaan struktur otak burung membuatnya lihai dalam menirukan suara-suara.
Otak burung beo memiliki inti yang bisa mengatur serta mengolah kemampuan vokalnya secara lebih baik. Jika dibandingkan dengan burung kicau lainnya, struktur otak beo jauh lebih unik dan kompleks.
2. Jaringan Cincin Luar Otak
Selain struktur otak intinya yang unik, kepandaiannya dalam menirukan suara juga diperoleh dari adanya jaringan cincin luar otak. Fungsi utama bagian ini adalah sebagai pengolah vokal. Tetapi tidak semua jenis beo mempunyai jaringan cincin luar yang sama. Semakin besar jaringan cincin luar otak yang dimiliki, maka semakin pintar burung dalam meniru.
Jaringan dalam otak tersebut konon merupakan hasil evolusi sejak 29 juta tahun silam. Nenek moyang beo dikabarkan berasal dari burung kea yang merupakan spesies dari New Zealand atau Selandia Baru.
3. Organ Syrinx Mirip Manusia
Tak hanya dari struktur otaknya, kepandaiannya beo dalam menirukan suara juga berasal dari syrinx. Organ tersebut mirip seperti yang dimiliki manusia. Bedanya, jika manusia menghasilkan suara melalui laring, pada burung beo organ inilah yang berfungsi untuk proses suara.
Letak laring pada manusia dan syrinx pada beo memang berbeda, tetapi keduanya dapat menjalankan fungsinya sebagai pengolah vokal secara optimal. Laring yang dimiliki manusia berada di area sebelum batang tenggorokan, sedangkan syrinx pada beo ada di bawah batang tenggorokan.
Selain itu, kombinasi otot organ vokal beo juga terbilang rumit. Hal tersebut pernah dilansir oleh penelitian di Universitas Harvard. Otot-otot yang mengelilingi organ tersebut yang menyebabkan suara beo begitu merdu.
4. Mampu Mengontrol Suara Seperti Manusia
Artikulasi beo dalam menirukan suara juga dipengaruhi oleh paruh dan lidahnya. Dalam melantangkan suara, burung beo memiliki paruh dan lidah yang mampu melafalkan intonasi. Cara kerja kedua organ tersebut adalah dengan membuka serta menutup paruhnya.
Burung dengan bulu halus ini mampu menangkap nada yang tepat dari berbagai suara yang didengarnya. Selain itu, ada pula organ lidah yang fungsinya dalam melantunkan vokal sama seperti manusia. Inilah yang juga menjadi alasan mengapa burung beo sangat cerdas dan dapat melafalkan kalimat-kalimat yang diucapkan manusia.
Harga Burung Beo
Kemampuan dan kecerdasan beo dalam menirukan suara jika dilatih secara rutin menjadikan burung ini memiliki harga jual cukup tinggi. Nah, berikut ini adalah daftar harga burung beo terbaru yang bisa kita jadikan acuan ketika hendak membelinya di pasar burung, yaitu:
- Beo Kalimantan – Beo yang berasal dari Kalimantan ini dijual mencapai Rp 3 juta per ekor
- Beo Sumatera – Beo dari Sumatera ini cenderung lebih terjangkau, yaitu sekitar Rp 1,5 juta per ekor untuk burung usia dibawah 6 bulan
- Beo Papua – beo yang asalnya dari Papua biasanya dijual dengan harga tinggi, yakni mencapai Rp 2,5 juta untuk burung usia 10 bulan
- Beo Nias – Hampir sama seperti Beo Sumatera, harga Beo Nias berkisar Rp 1,5 juta
Harga burung beo tersebut dapat melonjak sesuai dengan kemampuan dan kondisi burung. Jadi bagi yang memeliharanya, pastikan sesuai dengan isi dompet dan kemampuan dalam merawatnya ya!