Maleo Senkawor atau lebih dikenal dengan nama Burung Maleo adalah salah satu jenis burung endemik langka dari Sulawesi. Populasi burung bernama ilmiah Macrocephalon maleo ini menurun dan terancam mengalami kepunahan jika tidak dijaga kelestariannya.
Jika dilihat sekilar, penampakan maleo mirip seperti ayam dengan jambul atau benjolan bulat di atas kepala. Meski nama burung identik dengan kemampuan terbang, namun maleo lebih sering berjalan kaki dibanding dengan terbang.
Daftar Isi
Taksonomi
Berikut adalah klasifikasi ilmiah burung endemik Sulawesi Maleo, yaitu:
Kingdom | Animalia |
Subkingdom | Bilateria |
Infrakingdom | Deuterostomia |
Filum | Chordata |
Subfilum | Verterbrata |
Infrafilum | Gnathostomata |
Superkelas | Tetrapoda |
Kelas | Aves |
Ordo | Galliformes |
Famili | Megapodiidae |
Genus | Macrocephalon |
Spesies | Macrocephalon maleo |
Ciri / Morfologi
Telah dijelaskan secara singkat jika wujud maleo sekilas mirip ayam dengan jambul bulat di bagian atas kepala. Secala lebih rinci, berikut adalah ciri dan karakteristik fisik maleo:
- bulu luar maleo berwarna hitam, sedangkan bulu bagian dalam berwarna merah muda keputihan
- kulit pada area mata berwarna kuning, paruh berwarna jingga dan kulit kaki berwarna abu-abu
- ukuran tubuh maleo jantan lebih besar daripada ukuran tubuh maleo betina
- pada bagian atas kepala terdapat jambul keras yang mirip benjolan berwarna hitam
Jambul burung maleo berfungsi sebagai alat pengukur suhu lubang atau liang yang digunakan untuk mengerai telur maleo hingga menetas.
Habitat dan Sebaran
Maleo hidup di lingkungan pasir terbuka, daerah sekitar pantai gunung berapi hingga daerah hangat yang bersumber dari panas bumi. Burung ini tinggal di habitat tersebut bertujuan agar memudahkan menetaskan telur-telurnya.
Burung maleo merupakan burung asli Indonesia, tepatnya berasal dan ditetapkan sebagai hewan endemik Sulawesi. Artinya, burung ini hanya mendiami wilayah tersebut dan tidak bisa ditemukan di wilayah lain.
Populasi maleo biasanya ditemukan di hutan tropis dataran rendah Sulawesi, meliputi Sulawesi Tengah dan Gorontalo. Selain itu, burung ini juga hidup di daerah Maluku.
Status Kelangkaan
Menurut badan konservasi internasional atau International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), status konservasi burung maleo adalah EN (Endangered) atau terancam punah.
Kelangkaan atau ancaman kepunahan maleo tersebut disebabkan oleh kerusakan habitat alami dan perburuan liar. Hal tersebut diperparah dengan tingkat kematian anak maleo yang tinggi sehingga jumlahnya di alam liar terurs menurun. Tentu saja kondisi ini sangat disayangkan, mengingkat maleo merupakan burung endemik asli Sulawesi.
Karakteristik dan Perilaku
Maleo adalah burung monogami, yaitu hanya hidup dan kawin dengan satu pasangan. Burung ini lebih suka hidup bersama dengan pasangannya dan saling melindungi dari ancaman pemangsa atau predator. Predator alami burung maleo adalah ular, elang, kucing hutan, kadal dan babi hutan.
Burung endemik Sulawesi ini lebih sering berjalan kaki dibanding terbang. Perilaku ini juga dipengaruhi oleh sumber makanan yang diperoleh di tanah. Contoh makanan maleo adalah semut, biji-bijian, serangga kecil, buah, serta hewan kecil lainnya.
Burung maleo berkembang biak dengan cara bertelur. Ukuran telurnya cukup besar, bahkan 5 hingga 8 kali lipat besarnya dibanding telur ayam. Oleh sebab itu, maleo tidak memanfaatkan panas tubuhnya untuk mengerami telur hingga menetas.
Maleo merupakan hewan megapoda yang membuat gundukan tanah untuk mengubur telur di daerah hangat. Burung ini tidak melalui proses inkubasi karena ukuran telur yang besar. Telur maleo akan menetas sekitar 62 sampai 82 hari.
Proses menetasnya telur maleo termasuk lama dan harapan hidup anak-anak maleo juga kecil, sebab anak burung harus berjuang untuk keluar dari gundukan pasir. Setelah menetas, anak burung langsung memiliki kemampuan hidup seperti maleo dewasa, yaitu mampu terbang dan mencari makan.
Fakta Burung Maleo
Ada beberapa fakta unik tentang maleo, antara lain:
1. Satwa Endemik Indonesia
Maleo merupakan burung asli Indonesia yang berasal dari pulau Sulawesi. Burung endemik ini tidak dapat ditemukan di daerah lain.
Meski begitu, tidak semua daerah di pulau Sulawesi menjadi habitat burung maleo. Beberapa daerah tempat tinggal burung ini adalah Desa Taima, Kabupaten Banggai, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Kecamatan Bualemo, hingga Maluku.
2. Suka Berjalan Dibanding Terbang
Meski termasuk jenis burung, namun burung ini lebih suka berjalan kaki dibanding terbang menggunakan sayapnya. Karakteristik ini menjadikan maleo sering disebut mirip ayam dibanding dengan burung. Tingkah laku ini disebabkan oleh sumber makanan maleo yang berada di permukaan tanah.
3. Burung Setia
Maleo adalah burung monogami, yaitu hanya hidup bersama satu pasangan selama hidupnya. Meskipun salah satu dari pasangan maleo mati, maka pasangan lain akan tetap setia dan tidak mencari pasangan lain.
Sepasang maleo akan hidup berdampingan dalam mencari makan dan saling melindungi diri mereka dari serangan pemangsa atau predator.
4. Tidak Mengerami Telur
Tidak seperti unggas atau burung lain yang seusai bertelur akan mengerami telurnya, burung maleo tidak memanfaatkan panas tubuhnya untuk hal tersebut. Maleo akan meubur telurnya ke dalam pasir yang hangat dan suhunya sesuai bagi telur-telur mereka. Hal tersebut disebabkan ukuran telur maleo yang besar.
Ukuran telur maleo berdiameter 11 cm dengan berat 240 gram hingga 270 gram. Jika dibandingkan dengan telur ayam, maka lebih besar dan berat 5 hingga 8 kali lipat.
Burung ini akan menggali pasir hingga kedalaman 50 cm untuk kemudian meletakkan telurnya dan menguburnya. Untuk mendapat kedalaman dan lokasi yang tepat, maleo memanfaatkan jambulnya untuk mengukur suhu ideal.
Telur maleo akan menetas dalam kurun sekitar 62 sampai 82 hari. Setelah menetas, anak burung akan berjuang keluar dari gundukan pasir selama kurang lebih 2 hari. Anak maleo yang berhasil keluar telah memiliki kemampuan hidup secara mandiri.
5. Langka dan Terancam Punah
Burung endemik pulau Sulwesi ini termasuk jenis hewan yang statusnya terancam punah. Keberadaannya di alam liar sulit ditemukan. Hal itu disebabkan oleh kerusakan habitat, perburuan liar dan karakteristik maleo dalam berkembang biak.
Anak maleo yang menetas namun gagal keluar dari gundukan akan mati. Selain itu, anak burung juga memiliki risiko dicuri serta dimangsa predator seperti ular dan biawak.
Saat ini Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya melestarikan poulasi maleo, salah satunya adalah di suaka margasatwa Hungayono Gorontalo, Tambun, dan Muarapusian.