Burung terucuk, trucuk atau trucukan juga disebut dengan merbah cerukcuk adalah salah satu jenis burung kicauan dari keluarga Pycnonotidae.
Burung merbah cerukcuk memiliki banyak panggilan di berbagai daerah, seperti masyarakat Jawa menyebutnya dengan Terucuk atau Cerocokan, sedangkan masyarakat Sunda menyebutnya Cucak, Cica, Jogjog atau Cerukcuk. Dalam bahasa Inggris burung ini dikenal dengan istilah Yellow-vented Bulbul.
Daftar Isi
Taksonomi
Burung yang berasal dari genus Pycnonotus ini adalah jenis burung yang menyukai hidupp di tempat-tempat terbuka, semak belukar, hutan sekunder, area perkebunan, hingga tepian jalan. Kecenderungannya dalam hidup berkelompok dapat dilihat ketika bertengger hingga mencari makan.
Kerajaan | Animalia |
Filum | Chordata |
Kelas | Aves |
Ordo | Passeriformes |
Famili | Pycnonotidae |
Genus | Pycnonotus |
Spesies | P.goiavier |
Nama Binominal | Pycnonotus goiavier |
Ciri & Morfologi
Terucuk masuk dalam kategori burung berukuran sedang. Panjang tubuhnya antara 19 sampai 20,5 cm dengan berat badannya sekitar 24 sampai 37 gram. Warna bulu burung trucukan biasanya didominasi oleh tiga warna dasar, seperti cokelat, hitam dan putih.

Bagian punggung dan ekor berwarna coklat, jambul di kepala bagian atasnya berwarna agak gelap kehitaman, serta sisi matanya berwarna putih dan garis mata berwarna hitam, sedangkan sisi bawah dari tenggorokan hingga perut berwarna putih.
Ciri khas burung trucukan adalah warna paruh dan kakinya yang terlihat sama, yaitu hitam gelap. Ekornya juga berukuran agak panjang dibanding anggota burung merbah lainnya. Bunyi burung terucuk terdengar nyaring dan berisik. Suara “cok, cok, cok” diikuti siulan pendek yang cepat berulang beberapa kali, kemudian terdengar seperti nyanyian lirih atau gumaman.
Banyak orang tertarik dengan burung ini karena suara kicauannya yang berirama dan bertempo rapat. Namun tak hanya itu, merbah cerukcuk juga disukai karena gayanya yang mengembangkan sayap saat berkicau.
Burung terucuk jantan dan betina terlihat mirip dan membuat beberapa orang kesulitan membedakannya. Namun ada beberapa ciri lain untuk memisahkan burung jantan dan betina, antara lain:
- Terucuk jantan memiliki postur badan yang tampak tegap, panjang dan besar, sedangkan betinanya mempunyai badan yang relatif lebih kecil.
- Terdapat sekitar tiga helai rambut hitam gelap di kepala pejantannya, tapi di burung betina tidak ada.
- Saat berkicau, jambul merbah jantan akan berdiri tegak, sedangkan merbah betina memiliki ukuran jambul yang lebih pendek dan jarang terlihat berdiri.
- Bulu ekor pejantan lebih panjang dibandingkan betina.
- Warna lingkaran mata pada betina lebih pudar daripada merbah jantan.
- Ukuran bulu lembut yang terdapat di sekitar telinga pejantannya lebih panjang daripada betina.
- Pada burung pejantan, bulu yang menutupi dadanya terlihat lebih gelap daripada betina.
- Kicauan terucuk jantan lebih bervariasi dan volumenya juga lebih keras dibanding suara betinanya yang terdengar monoton.
Habitat Burung Terucuk
Kawasan terbuka, semak belukar, kebun, dan hutan sekunder merupakan tempat tinggal favorit burung terucuk. Kadang mereka juga terlihat membangun sarang di rumah-rumah penduduk. Di habitatnya, mereka hidup secara berkelompok, baik dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis merbah yang lain.

Merbah cerukcuk tidur bersama kelompoknya di pohon kecil atau ranting-ranting perdu. Mereka mencari makan bersama dengan memangsa ulat dan hewan kecil lainnya. Jenis ini membutuhkan waktu lebih lama untuk mencari makan yang berada di atas tanah daripada varietas merbah lainnya.
Reproduksi
Bentuk sarang burung pemakan serangga kecil ini seperti cawan, kokoh, dan bulat. Pembuatan sarangnya ditempatkan di area perdu, di tengah maupun tepian lahan pertanian. Seringkali didapati sarangnya ada tidak jauh dari tanah. Tak jarang pula dibangun di ranting-ranting terkecil pada ujung cabang pohon.
Sarangnya tersusun atas anyaman rumput, serat tumbuhan, ranting halus, serta tangkai daun. Bagian luar sarang dibuat dari serpihan daun-daun bambu dan rumput lebar. Burung merbah juga menjadi burung yang sifatnya oportunistik.

Mereka juga dapat membuat sarang dari bahan-bahan alternatif, misalnya potongan kertas, tali, plastik, bahkan ada pula yang menempatkan sarangnya di sela-sela buah pisang. Pembuatan sarang dibangun bersama-sama oleh jantan dan betina dengan waktu satu minggu.
Burung yang berkembang biak secara bertelur ini tercatat bersarang sepanjang tahun. Tetapi puncak reproduksinya tercatat pada Maret hingga Juni. Warna telurnya sendiri adalah cokelat keunguan dengan jumlah sekali reproduksi sebanyak 2 sampai 3 butir telur.
Pakan Terucuk
Dengan habitatnya yang terbuka, burung trucuk sering ditemukan memangsa bermacam serangga kecil dan buah-buahan lunak yang ada di permukaan tanah. Mereka mencari makan secara berkelompok.
Dalam beberapa penelitian, burung terucuk ditemukan memakan buah ara, bebijian seperti lada liar, serta serangga ordo Coleoptera dan Homoptera. Di Pulau Jawa burung ini sering melubangi buah pisang dan pepaya matang yang ditanam pada pekarangan rumah. Burung terucuk peliharaan biasanya diberi pakan yang cukup beragam, seperti kroto, belalang, jangkrik, dan buah-buahan.