Cara Mengawetkan Kayu – Setiap jenis kayu memiliki sifat fisik, mekanik, serta kimia berbeda-beda yang berpengaruh terhadap tingkat keawetan kayu. Kayu seperti jati, ulin, sonokeling, meranti, dan bangkirai merupakan contoh kayu dengan tingkat keawetan tinggi. Sedangkan kayu randu dan sengon cenderung memiliki jangka waktu pakai yang lebih singkat.
Keawetan kayu juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar, seperti kelembaban, kadar air, paparan sinar matahari, serangan jamur, rayap dan sebagainya. Oleh karena itu, beberapa perlakuan kayu diperlukan agar tingkat keawetan kayu dapat meningkat, baik secara tradisional maupun modern.
Daftar Isi
Kualitas Kayu
Kebutuhan kayu bulat untuk industri perkayuan di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Pada tahun 2013, angka permintaan kayu mencapai 40 juta meter kubik. Sekitar 60% dari kebutuhan tersebut dipenuhi dari hutan tanaman. Kondisi ini jauh lebih baik dibanding tahun 1990an, dimana 90% pasokan kayu berasal dari hutan alam.
Meski ada perbaikan dari segi pasokan kayu karena berasal dari hutan tanaman, namun kayu-kayu dari hutan jenis ini umumnya memiliki kualitas dan ketahanan yang lebih rendah. Penyebabnya adalah pemanfaatan kayu pada usia muda yang cenderung rentan terhadap serangan rayap.
Penelitian yang dilakukan Dodi Andika (2015) menjelaskan kerentanan ini menimbulkan kerugian akibat serangan rayap pada bangunan rumah di Indonesia mencapai 8,7 triliun rupiah sepanjang 2015.
Kerugian tersebut menuntut solusi tentang bagaimana cara memperpanjang masa pakai kayu dan meningkatkan ketahanannya dari serangan bio-deteriorasi melalui metode pengawetan tanpa bahan kimia beracun yang dapat memberikan dampak negatif bagi organisme, termasuk manusia.
Cara Mengawetkan Kayu
Pengawetan kayu bertujuan untuk menambah umur pakai agar lebih lama, terutama jenis yang digunakan untuk konstruksi bangunan serta perabot rumah tangga.
Berikut ini adalah teknik pengawetan kayu yang sering dilakukan oleh masyarakat, yaitu:
1. Merendam Kayu di Sungai
Merendam kayu balok maupun kayu gelondongan di sungai merupakan cara mudah mengawetkan dan meningkatkan kualitas kayu. Tujuan dari perendaman ini adalah agar kayu menyerap air sehingga memicu keluarnya zat ekstraktif yang larut air, seperti nitrogen, glukosida, tanan dan zat warna kayu. Sedangkan zat ekstraktif yang tidak larut air seperti pati tetap ada di dalam pori-pori kayu.
Zat ekstraktif yang larut tersebut mempengaruhi kondisi air di sekitar kayu. Mikroba seperti Bacillus subtilis, Bacillus masentriricus, Lactobacillus sp., dan Staphylococcus sp. akan berkembang dan mengurai zat ekstraktif kayu yang tidak terlarut sehingga lambat laun akan ikut terlarut. Proses ini dikenal dengan nama fermentasi berantai.
Proses fermentasi berantai ini menghasilkan asam organik, gas dan alkohol serta menurunkan kadar air di dalam kayu. Selain itu, kandungan pati kayu yang menjadi sumber makanan perusak seperti rayap juga akan menurun karena larut ke dalam air. Hasilnya adalah ketahanan kayu meningkat karena berkurangnya minat serangga perusak untuk memakan kayu.
2. Merendam Kayu di Kolam
Perendaman kayu di dalam kolam dengan tambahan bahan-bahan alami juga dapat mengawetkan kayu. Pelepah pisang, daun tembakau, merang padi, serta bunga cengkeh adalah bahan alami yang biasanya digunakan. Proses perendaman umumnya memakan waktu 2 hingga 3 bulan untuk mencapai hasil maksimal.
Sebelum kayu direndam, kayu harus dicuci selama 7 hari berturut-turut. Air yang digunakan untuk mencuci merupakan campuran 1 liter air dengan 10 gram tembakau, 10 gram cengkih, dan 10 gram pelepah pisang. Air campurtan tersebut digosok ke seluruh permukaan kayu kemudian keringkan menggunakan kain lap.
Setelah pencucian selama 7 hari, kayu kemudian direndam ke dalam kolam dan ditambahkan bahan-bahan alami. Setelah proses perendaman selama 2 hingga 3 bulan selesai, kayu harus dikeringkan terlebih dahulu menjemurnya dibawah tempat teduh.
3. Campuran Oli dan Solar
Oli bekas juga dapat digunakan untuk mengawetkan kayu dan memperpanjang usia pakainya. Caranya adalah dengan membuat cairan dari campuran oli dan solar dengan perbandingan 1:1.
Oleskan cairan tersebut pada permukaan kayu secara merata menggunakan kuas. Selanjutnya biarkan selama beberapa hari agar cairan meresap dan mengering secara alami.
Agar mendapat hasil maksimal, sebelum kayu digunakan untuk konstruksi bangunan maka dapat diolesi kembali dengan cairan oli dan solar dengan perbandingan 1:2. Jika kayu akan diserut, maka pengolesan dilakukan setelah kayu diserut.
4. Teknik Pengasapan Kayu
Metode pengasapan belum terlalu banyak dilakukan oleh masayarakat untuk mengawetkan kayu. Mengasapi kayu dilakukan selama 3 hari agar kualitas kayu meningkat. Jenis kayu yang biasanya diasapi adalah kayu sengon dan pulai menggunakan bahan bakar kayu mangiun.
5. Mengecat Kayu
Melapisi kayu dengan cat merupakan cara paling mudah untuk membuat kayu menjadi awet. Cat yang digunakan dapat berupa cat kayu, cat minyak dan pelitur. Namun hasil keawetan menggunakan cara pengecatan kayu tidak seawet teknik-teknik lainnya.
6. Pengawetan Kayu Dengan Vakum
Biasanya cara pengawetan kayu dengan sistem vakum dilakukan oleh perusahaan kayu skala besar. Kelebihan metode ini adalah penetrasi dan retensi bahan pengawet yang sangat tinggi, proses kerja yang cepat dan dapat diaplikasikan pada kayu basah maupun kering. Akan tetapi cara ini juga memiliki kelemahan, yakni diperlukan biaya mahal serta tingkat ketelitian kerja yang tinggi.
Mencegah Bahaya Pengawet Kayu
Proses mengawetkan kayu tidak jarang menimbulkan dampak lingkungan dan berpengaruh bagi kesehatan. Oleh sebab itu, diperlukan upaya pencegahan agar kita terhindar dari bahaya pengawet kayu, antara lain:
- Jangan mengawetkan produk kayu apabila produk tersebut kontak dengan makanan secara langsung. Contohnya adalah piring, rak makanan, dan sebagainya. Bahan kimia presevatives dapat berpengaruh buruh terhadap kesehatan pengguna.
- Jangan mengawetkan kayu yang digunakan untuk top table (meja bagian atas).
- Gunakan pengawet kayu hanya pada area yang mudah terlihat, seperti lantai kayu atau panel dinding.
- Jangan gunakan pengawet kayu yang berinteraksi langsung dengan air bersih atau air minum.
- Buang sisa kayu yang telah diawetkan dengan cara dikubur. Sebaiknya jangan digunakan untuk kayu bakar karena asapnya mengandung bahan kimia sisa pengawet.
- Hindari diri dari debu gergaji atau debu amplas yang berasal dari kayu awetan.
- Bagi para pekerja pengawetan kayu, selalu jaga kebersihan tangan dan bagian tubuh lainnya, terutama sebelum makan atau minum.
- Jika pakaian yang kita kenakan terkontaminasi bahan kimia pengawet kayu, maka pisahkan pakaian tersebut dari pakaian lain ketika dicuci.
Berbagai cara mengawetkan kayu diatas dapat kita terapkan sebelum melakukan menggunakan kayu untuk berbagai keperluan. Selain itu, saat ini telah banyak produk pengawet kayu yang efektif dan dapat kita gunakan sebagai pilihan mendapat daya tahan kayu yang lebih lama.