Alasan Penting Perusahaan Melakukan Carbon Offsetting – Contohnya Melalui Penanaman Pohon

Rate this post

Menurut The Global Risk Report 2023, perubahan iklim merupakan permasalahan global yang semakin mendesak untuk diatasi. Saat ini, perubahan iklim menduduki peringkat teratas sebagai ancaman serius dalam jangka pendek. Salah satu penyebab perubahan iklim adalah emisi karbon yang terus meningkat.

Perusahaan, terutama yang beroperasi dalam industri bahan bakar fosil, memiliki andil besar dalam menyebabkan perubahan iklim (Tillmann et al., 2015). Oleh karena itu, perusahaan harus bertanggung jawab atas emisi karbon yang mereka hasilkan.

Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi jejak karbon adalah dengan melakukan carbon offsetting, yaitu upaya yang dilakukan dengan berinvestasi pada proyek-proyek yang bertujuan mengurangi atau menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer.

Satu di antara cara yang cukup populer dalam melakukan carbon offsetting adalah dengan menanam pohon.

Nah, artikel ini akan membahas mengapa perusahaan penting melaksanakan carbon offsetting dengan menanam pohon serta manfaat dan tantangan terkait dengan praktik ini.

Mengapa Perusahaan Melakukan Carbon Offsetting dengan Cara Menanam Pohon?

Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mengurangi emisi karbon dari hasil praktik bisnisnya melalui langkah carbon offsetting secara berkelanjutan. Salah satu cara yang efektif dalam melakukan carbon offset adalah melalui penanaman pohon, karena secara secara alami pohon mampu menyerap karbon di atmosfer melalui proses fotosintesis.

carbon offsetting sinai.com

Pohon menyimpan karbon dalam bentuk glukosa di dalam biomassa, termasuk pada batang, cabang, daun, dan akar. Oleh karena itu, penanaman pohon memiliki peran penting dalam upaya pengurangan karbon. Jumlah karbon yang dapat tersimpan dalam satu pohon bervariasi, tergantung pada berbagai faktor seperti jenis pohon, usia pohon, kondisi pertumbuhan, hingga lokasi penanaman.

Penelitian yang dilakukan di Britania Raya menemukan bahwa trees outside of forests (TOF) atau pohon-pohon yang tumbuh di luar hutan ternyata dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penyimpanan dan tingkat penyerapan karbon. Bahkan, 17% dari total penyimpanan karbon dan 21% dari total tingkat penyerapan karbon dari semua pohon di Britania Raya berasal dari pohon-pohon di luar hutan tersebut (Zellweger et al., 2022).

baca juga:  Infografis - Meningkatnya Emisi CO2 Setelah Revolusi Industri

Studi lain yang mengevaluasi kelayakan penanaman pohon di sekitar bangunan sebagai solusi berbasis alam untuk penyerapan karbon menunjukkan bahwa taman yang seluruhnya ditumbuhi pepohonan dapat mengimbangi sekitar 17% dari total emisi karbon (Grossi et al., 2023).

Selain itu, penanaman pohon merupakan langkah yang tepat, mengingat bahwa melalui proses fotosintesis, pohon-pohon terus menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer sepanjang hidup mereka (Nicodemus & Williams, 2004).

Di awal pertumbuhan, pohon menyerap karbon dalam jumlah yang cenderung tinggi, karena pohon yang muda membutuhkan karbon untuk membangun struktur mereka, seperti batang, cabang, dan daun. Seiring pohon semakin tua dan mencapai puncak pertumbuhannya, pohon tetap memiliki kapasitas besar untuk menyimpan karbon dalam jangka panjang. Hal ini terjadi karena selama bertahun-tahun, pohon telah mengumpulkan dan menyimpan karbon terutama dalam bagian kayu dan akar.

Jadi, pohon yang lebih tua tetap berperan sebagai penyimpan karbon jangka panjang dalam ekosistem hutan, meskipun tingkat penyerapan karbon mereka mungkin lebih rendah dibandingkan dengan pohon yang lebih muda.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penting bagi perusahaan untuk melakukan carbon offsetting melalui penanaman pohon demi mengurangi jejak karbon.

Manfaat dan Tantangan Menanam Pohon sebagai Langkah Carbon Offsetting

Selain manfaatnya sebagai metode carbon offset, menanam pohon juga memiliki banyak manfaat lainnya. Pohon dapat membantu mengurangi erosi tanah, meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki kualitas air, dan menyediakan habitat bagi satwa liar.

menanam pohon positivetruenews.com

Penanaman pohon juga dapat memperkuat komunitas lokal dengan menyediakan lapangan kerja dan pendapatan bagi petani lokal.

Namun, menanam pohon juga memiliki tantangan tersendiri. Berikut penjelesan lengkapnya!

1. Pengelolaan yang Tepat

Proyek penanaman pohon yang tidak dikelola dengan baik dapat mengurangi kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal.

Misalnya, jika penanaman pohon tidak mempertimbangkan kontribusi ekonomi atau mata pencaharian yang dapat diberikan kepada masyarakat lokal, maka dapat menghilangkan peluang bagi penduduk setempat untuk mencari nafkah (Nyadoi et al., 2020).

Penanamam pohon atau reboisasi hutan, perlu mempertimbangkan apakah proyek tersebut dapat menyediakan sumber daya seperti kayu, buah-buahan atau tanaman obat, yang penting bagi kebutuhan ekonomi dan subsisten masyarakat lokal. Tanpa mempertimbangkan manfaat-manfaat ini, masyarakat mungkin akan kehilangan sumber daya berharga dan peluang menghasilkan pendapatan.

Selain itu, pengelolaan yang tidak tepat dapat berdampak pada pembatasan akses masyarakat lokal terhadap hutan, menghilangkan tradisi, atau perubahan pada cara mereka memanfaatkan lahan dan sumber daya hutan (Jibo et al., 2020).

Oleh karena itu, perusahaan perlu mempertimbangkan dengan cermat pihak-pihak yang terlibat serta dampak sosial dan budaya dari carbon offsetting melalui penanaman pohon untuk memastikan bahwa komunitas lokal juga mendapatkan manfaat.

2. Pemilihan Jenis Pohon yang Tepat

Tantangan selanjutnya yaitu pemilihan jenis pohon yang sesuai. Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, bahwa spesies pohon yang berbeda memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda, sehingga dapat mempengaruhi efektivitas penyerapan karbon.

Misalnya, berdasarkan penelitian di Sri Lanka ditemukan bahwa tiga spesies pohon yaitu Madhuca longifolia, Cassia fistula, dan Pongamia pinnata memiliki tingkat penyerapan karbon yang berbeda-beda.

Pohon Cassia fistula memiliki efektivitas paling baik yaitu 90%, dikiuti Pongamia pinnata dengan efektifitas 80%, dan Madhuca longifolia dengan efektivitas paling rendah yaitu 66%. Penelitian ini membuktikan bahwa perbedaan karakteristik spesies seperti tajuk pohon, dedaunan, batang, dan akar mempengaruhi kapasitas penyerapan karbon (Wartwb, 2015).

Contoh lain, yaitu pohon Trembesi yang terbukti merupakan salah satu pohon yang cukup efektif menyerap karbondioksida. Sebab, pohon Trembesi memiliki daya serap karbon yang sangat tinggi. Satu pohon Trembesi dengan diameter tajuk 15 meter, dapat menyerap hingga 28,5 ton gas karbon per tahunnya (Sahuri, 2016).

Selain itu, penting untuk memilih jenis pohon yang sesuai dengan ekosistem setempat untuk memastikan pohon dapat tumbuh dengan subur. Sebab, kondisi iklim dan tanah juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan potensi penyerapan karbon oleh pohon.

Dengan demikian, pemilihan spesies pohon yang sesuai dengan karakteristik lingkungan adalah langkah penting dalam menjaga keberhasilan proyek penanaman pohon dan mengoptimalkan penyerapan karbon.

Sampai pada kesimpulan, dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, penting bagi perusahaan untuk memainkan peran aktif dalam mengurangi emisi karbon.

baca juga:  Karbon Monoksida - Pengertian, Penyebab, Proses Pembentukan, Manfaat & Dampak Buruk Bagi Lingkungan 

Salah satu pendekatan yang efektif adalah melalui penanaman pohon sebagai upaya carbon offsetting. Meski demikian, kami juga mengakui bahwa dalam proses pelaksanaannya, ada aspek-aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang perlu diperhatikan dengan cermat.

Kami mengharapkan bahwa perusahaan dapat bekerja sama dengan masyarakat secara harmonis untuk mencapai keseimbangan yang baik antara memberi manfaat bagi lingkungan dan manfaat bagi masyarakat.

Melalui kolaborasi yang baik, penanaman pohon dapat menjadi salah satu langkah carbon offsetting yang lebih berkelanjutan dalam menjaga planet kita.

Referensi :

  • Grossi, F., Ge, H., Zmeureanu, R., & Baba, F. (2023). Feasibility of Planting Trees around Buildings as a Nature-Based Solution of Carbon Sequestration—An LCA Approach Using Two Case Studies. Buildings, 13(1). https://doi.org/10.3390/buildings13010041
  • Jibo, A. U., Salami, K. D., & Dahiru, A. A. (2020). Impact of Foreign Interventions on Forest Development Projects In Jigawa State, Nigeria. Journal of Research in Forestry, Wildlife And Environment, 12(2). http://www.ajol.info/index.php/jrfwe
  • Nicodemus, M. A., & Williams, R. A. (2004). Quantifying Aboveground Carbon Storage in Managed Forest Ecosystems in Ohio. Proceedings of the 14th Central Hardwood Forest Conference, 232–240.
  • Nyadoi, P., Ogola, L. S., Kyakyo, H., & Okullo, J. B. L. (2020). Elucidating Environment Management Intervention Benefits and Underpinning Factors among Uganda’s Albertine Rift Communities. Journal of Geoscience and Environment Protection, 8(10), 157–174. https://doi.org/10.4236/gep.2020.810012
  • Sahuri. (2016). The Potency of Carbon Absorption on Rubber of Intercropping Patternof Forest Plant. Jurnal Hutan Tropis, 4(3).
  • Tillmann, T., Currie, J., Wardrope, A., & McCoy, D. (2015). Fossil fuel companies and climate change: the case for divestment. BMJ, 350. https://doi.org/10.1136/bmj.h3196
  • Wartwb, P. (2015). Forest and Natural Resource Management Evaluating the Carbon Sequestration Performance of Three Selected Street Tree Species in Urban Setting: Colombo, Sri Lanka. Proceedings of the 24th International Forestry and Environment Symposium 2019 of the Department of Forestry and Environmental Science, University of Sri Jayewardenepura, Sri Lanka.
  • Zellweger, F., Flack-Prain, S., Footring, J., Wilebore, B., & Willis, K. J. (2022). Carbon storage and sequestration rates of trees inside and outside forests in Great Britain. Environmental Research Letters, 17(7). https://doi.org/10.1088/1748-9326/ac74d5

Industrial Engineer, Civil Servant, Entrepreuner & Writer.