El Nino & La Nina – Pengertian, Siklus, Waktu, Proses & Dampak

4/5 - (44 votes)

El Nino di Indonesia seringkali dikaitkan dengan kondisi kekeringan, rendahnya curah hujan dan gagal panen yang menyebabkan bencana kelaparan. Tentu kondisi tersebut menimbulkan kerugian bagi masyarakat.

Namun adanya fenomena El Nino tidak selalu merugikan. Terdapat keuntungan lain yang dapat dimanfaatkan, khususnya bagi sektor perikanan yang juga menjadi salah satu penopang perekonomian rakyat.

Selain itu, ada pula fenomena La Nina yang akan menyebabkan intensitas hujan di suatu daerah lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah paparan mengenai El Nino dan La Nina.

Pengertian El Nino dan La Nina

El Nino adalah fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur. Dampaknya beragam dan sangat luas, misalnya ketika terjadi El Nino maka kawasan Amerika Latin akan mengalami peningkatan curah hujan yang tinggi.

Sedangkan kondisi terbalik terjadi di wilayah Indonesia, dimana akan terjadi kondisi kering atau kemarau dan berkurangnya curah hujan secaras drastis.

La Nina adalah kondisi yang berlawan dengan El Nino, yaitu fenomena turunnya suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik dan suhunya lebih rendah dibanding kawasan sekitarnya.

Terjadinya La Nina menyebabkan dampak yang juga berlawanan dengan dampak El Nino, yaitu wilayah Indonesia akan mengalami intensitas hujan lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.

Sirkulasi Walker

Timbul pertanyaan, mengapa fenomena lautan yang terjadi di Samudera Pasifik berpengaruh terhadap cuaca dan curah hujan di Indonesia?

baca juga:  10 Sungai Terpanjang di Dunia & 176 Aliran Sungai Panjang Lainnya

Hal ini disebabkan karena adanya Sirkulasi Walker yang berputar sejajar dengan garis khatulistiwa. Seperti yang kita ketahui, wilayah Indonesia dilintasi oleh garis imajiner tersebut.

Sirkulasi Walker terjadi akibat dari gaya gradien tekanan yang berasal dari satu area tekanan udara tinggi di wilayah timur Samudera Pasifik dan satu area tekanan udara rendah di wilayah archipelago Indonesia.

sirkulasi walker seminis.mx

Berdasarkan gambaran diatas, pada kondisi netral Sirkulasi Walker di Indonesia berbentuk konvergen (naik), sehingga meningkatkan potensi pertumbuhan awan konvektif yang menyebabkan hujan.

Ketika El Nino terjadi, maka Sirkulasi Walker akan bergeser yang disebabkan oleh melemahnya angin pasat timuran. Dampaknya bagi wilayah Indonesia ialah Sirkulasi Walker akan berbentuk subsiden (turun), sehingga potensi pertumbuhan awan konvektif berkurang dan curah hujan pun akan berkurang.

Sedangkan ketika La Nina terjadi, maka Sirkulasi Walker akan berbanding terbalik dengan keadaan El Nino yang menyebabkan potensi pertumbuhan awan konvektif meningkat dan berpengaruh terhadap curah hujan yang tinggi.

Waktu Terjadinya El Nino dan La Nina

Berkaitan dengan hal-hal yang dijelaskan sebelumnya, El Nino akan terjadi apabila suhu di perairan pasifik tengah dan timur meningkat. Waktu terjadinya kondisi ini umumnya pada bulan Desember.

Terjadinya El Nino juga erat hubungannya dengan siklus 4 tahunan. Sejarah keilmuan manusia berhasil mencatat setidaknya telah terjadi fenomena El Nino sebanyak 23 kali.

Sedangkan untuk fenomena La Nina, keilmuan saat ini masih cukup sulit untuk memprediksinya. Siklus terjadinya La Nina juga tidak terjadi dalam rentang periode tertentu, namun umumnya terjadi sekitar 6 tahun hingga 7 tahun sekali. Para ilmuan mencatat telah terjadi La Nina sebanyak 15 kali.

Proses Terjadinya El Nino

El Nino terjadi dikarenakan rentetan fenomena cuaca yang saling memberikan hubungan sebab akibat, antara lain:

1. Naiknya Suhu di Pasifik Tengah dan Timur

Peningkatan suhu di samudera pasifik bagian tengah dan timur merupakan penyebab awal terjadinya El Nino. Suhu yang meningkat akan menyebabkan kelembaban atmosfer di atas perairan turut meningkat.

2. Pembentukan Awan

Naiknya suhu di perairan pasifik bagian timur dan tengah akan menyebabkan kelembaban yang tinggi di atmosfer samudera. Hal ini memicu terbentuknya awan yang berpotensi meningkatkan curah hujan di kawasan tersebut.

3. Pertumbuhan Awan Terhambat

Ketika awan telah terbentuk, di belahan bumi bagian lain tepatnya di samudera pasifik bagian barat terjadi peningkatan tekanan udara. Kondisi ini menyebabkan hambatan pertumbuhan awan di atas perairan Indonesia bagian timur. Terhambatnya pembentukan awan akan menyeabbkan penurunan curah hujan jauh dibawah rata-rata normal.

Proses Terjadinya La Nina

Sama halnya dengan fenomena El Nino, La Nina terjadi melalui proses-prses yang bertahap. Meski sulit diperkirakan, namun secara umum proses fenomena La Nina terjadi karena kondisi berikut:

1. Menguatnya Angin di Samudera Pasifik

Fenomena La Nina terjadi sebagai akibat dari turunnya suhu di permukaan samudera pasifik bagian timur. Pada saat yang sama, angin pasat timur juga bertiup dan menguat di kawasan samudera pasifik.

2. Massa Air Hangat Terbawa Arus

Adanya angin kencang yang bertiup di wilayah samudera pasifik, maka akan massa air hangat akan terbawa ke arah barat samudera pasifik dalam jumlah yang signifikan.

3. Terjadinya Upwelling

Terbawanya massa air hangat ke wilayah perairan pasifik barat dalam jumlah besar akan berakibat massa air dingin di pasifik timur bergerak ke atas dan menggantukan massa air hangat yang mengarah ke pasifik barat. Kondisi demikian disebut dengan Upwelling yang terhadi akibat pergantian massa air yang berbeda suhu di perairan laut.

Dampak El Nino & La Nina

Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan yang tersebar luas menjadikan dampak El Nino maupun La Nina berbeda-beda. Untuk melihat dampak dari El Nino terhadap curah hujan, maka digunakanlah analisis sifat curah hujan bulanan.

baca juga:  Begini Cara Menghitung Kubikasi Kayu dan Studi Kasus

Menurut BMKG, sifat hujan bulanan adalah perbandingan curah hujan bulanan dengan nilai rata-rata curah hujan pada periode normal.

Oleh karena itu, analisis yang digunakan akan melibatkan data-data terdahulu. Misalnya curah hujan pada periode tertentu, seperti kurun waktu 10 tahun, bahkan 30 tahun yang lalu.

Hasil analisis yang diperoleh adalah berupa kesimpulan bahwa El Nino memberikan dampak terhadap penurunan curah hujan secara umum di suatu wilayah, beserta efek dominan yang terjadi.

Namun metode analisis untuk mengetahui dampak El Nino atau La Nina tersebut tidak boleh mengesampingkan fenomena dinamika atmosfer dan harus melibatkannya menjadi faktor yang berpengaruh.

a. Dampak El Nino

Secara global, dampak yang ditumbulkan oleh fenomena El Nino adalah:

  1. Melemahnya angin pasat timur
  2. Sirkulasi Moonson turut melemah
  3. Akumulasi curah hujan di wilayah Indonesia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara akan berkurang. Kondisi tersebut mengakiabtkan cuaca cenderung lebih dingin dan kering
  4. Kawasan pasifik ekuatorial tengah dan barat akan mengalami cuaca yang cenderung hangat dan lembab

b. Dampak La Nina

Sedangkan dampak La Nina secara global adalah sebagai berikut:

  1. Menguatnya angin pasat timur
  2. Sirkulasi Monsoon ikut menguat
  3. Wilayah pasifik bagian timur akan mengalami penurunan akumulasi curah hujan sehingga mengakibatkan cuaca lebih dingin dan kering
  4. Wilayah pasifik ekuatorial barat seperti Indonesia, Malaysia dan Australia bagian utara akan berpeluang mengalami curah hujan yang tinggi. Kondisi tersebut diserta cuaca yang lebih hangat dan lembab

El Nino dan Kebakaran Hutan 1997

Selain oleh ulah manusia, kebakaran hutan 1997 yang terjadi di Indonesia dijelaskan oleh NASA karena dipicu oleh fenomena El Nino. Kebakaran hutan ini menghasilkan kabut asap serta kerugian ekonomi di beberapa wilayah, khususnya di kawasan Asia Tenggara. 

Dampak bencana kebakaran hutan pada tahun 1997 diperkirakan mencapai US $ 4,47 miliar. Kerugian paling banyak dialami oleh Indonesia. Angka tersebut belum termasuk kerugian yang sulit dinilai dalam bentuk uang, seperti korban jiwa, penyakit jangka panjang dan musnahnya keanekaragaman hayati.

Diperkirakan 0,81 hingga 2,57 gigaton karbon dilepaskan ke atmosfer. Berdasarkan persentase, angka tersebut sekitar 13% hingga 50% emisi karbondioksida tahunan dari bahan bakar fosil.

Sedangkan menurut Economy and Environment Programme for Southeast Asia (EEPSEA), kerugian total diperkirakan mencapai 6 miliar dollar AS atau sekitar 80,43 triliun rupiah.

Industrial Engineer, Civil Servant, Entrepreuner & Writer.