Selain hama dan penyakit, masalah lain yang umumnya mengganggu pertumbuhan tanaman adalah gulma. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak kita inginkan dan menghambat perkembangan tumbuhan utama.
Gulma memiliki sifat kompetitif dan melawan tanaman kebun sehingga akan mengambil kebutuhan air, cahaya, nutrisi dan ruang. Gulma sangat merugikan tanaman karena akan menghambat pertumbuhan tanaman sehat, sehingga terjadi penurunan kuantitas dan kualitas produksi tanaman serta menjadi sarang hama dan penyakit.
Daftar Isi
Pengertian
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman budidaya dan kemunculannya tidak diinginkan pada lahan pertanian atau perkebunan karena dapat menurunkan hasil produksi tanaman utama. Selain itu, tumbuhnya gulma juga meningkatkan potensi tanaman budidaya terserang hama dan penyakit.
Suatu tumbuhan bisa dikategorikan sebagai gulma memiliki batasan tertentu, yaitu bersifat teknis dan plastis. Teknis karena berkaitan dengan proses produksi tanaman pertanian, dimana keberadaan gulma akan menurunkan hasil produksi karena tanaman utama harus berkompetisi dengan tanaman pengganggu. Plastik karena batasan ini tidak mengikat spesies tumbuhan tertentu.
Selanjutnya, pada tingkatan tertentu tanaman berguna juga bisa menjadi gulma. Bahkan sebaliknya, tanaman yang umumnya dianggap gulma bisa tidak mengganggu dan dibiarkan. Contohnya adalah kedelai yang tumbuh diantara tanaman monokultur jagung dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya bisa menjadi tanaman utama. Namun pada umumnya, tanaman yang selalu dianggap sebagai gulma adalah rumput teki dan alang-alang.
Klasifikasi dan Jenis Gulma
Klasifikasi gulma digunakan untuk mempelajari karakteristik dan ciri-ciri gulma, sehingga kita dapat mengetahui manfaat dan cara pengendaliannya. Tiap kelompok gulma memiliki ciri-ciri dan karakteristik tertentu, oleh sebab itu aplikasi herbisida secara tepat dan benar harus sesuai dengan jenis gulma sasaran.
Pengklasifikasian gulma bisa dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu berdasarkan morfologi dan biotani, berdasarkan siklus hidupnya, serta berdasarkan habitatnya.
1. Berdasarkan Morfologi dan Biotani
Berdasarkan klasifikasi morfologi dan biotani, gulma digolongkan menjadi jenis rumput (grasses) famili poaceae Gramineae), golongan teki (sedges) famili Cyperaceae, dan golongan daun lebar (Broadleaves/herbaceous).
a. Gulma Golongan Rumput (Grasses)
Gulma golongan rumput (grasses) berasal dari suku/famili Gramineae/Poaceae. Ciri-ciri umum gulma rumput adalah memiliki batang bulat atau agak pipih dan rata-rata berongga. Berdaun soliter pada buku-buku (ruas), tersusun dalam dua deret, serta biasanya memiliki tulang daun sejajar.
Secara morfologi terdiri dari dua bagian, yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun umumnya bergaris lurus atau garus dengan tepi rata. Lidah-lidah daun biasanya terlihat jelas pada batas pelepah daun dan helaian daun.
Dasar karangan bunga satuan berupa anak bulir (spikelet) yang bertangkai maupun tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), dimana pada tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang ukurannya berbeda-beda, ukuran besar disebut lemna dan ukuran kecil disebut palea.
Buah pada gulma rumput disebut caryopsis atau grain. Gulma kelompok ini berdaun sempit, misalnya suket teki dan menghasilkan stolon. Stolon yang berkembang di dalam tanah merupakan jaringan rumit yang sulit dikendalikan secara mekanik.
Contoh gulma golongan rumput adalah Cynodon dactylon (L.) Pers. (kakawatan, gigirintingan suket grinting), Imperata cylindrica (L.) Beauv (alang-alang, carulang, jukut jampang), Echinochloa crus-galli (L.) Cerv (jajagoan), Echinochloa colanum (L.) Cerv (jajagoan leutik), Eleusine indica(L.) Gaena (rumput kelulang, cerulang jukut jampang), Panicum repens L. (lulampuyangan, jajahean), dan Paspalum conjugatum Bergrn (jukut japang pait, jukut pait, rumput).
b. Gulma Golongan Teki (Sedges)
Gulma teki berasal dari familia Cyperaceae. Biasanya berbatang segitiga, beberapa diantaranya bulat dan umumnya tidak berongga. Daunnya tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula) dan ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku.
Bunga umumnya berada dalam bulir (spica) atau anak bulir yang dilindungi oleh daun pelindung, serta buahnya tidak membuka. Kelompok teki-tekian memiliki daya hidup luar biasa dan tahan terhadap pengendalian mekanis, karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan.
Contoh gulma golongan teki adalah Cyperus bervifolius (jukut pendul), Cyperus kyllingia Endl. (jukut pendul bodas, teki, teki bodot, teki pendul), Fimbristylis littoralis geidlah (F. miliacea (L) cahl (panon munding, tumbaran), Cyperus rotundus L (teki), Cyperus difformia L. (jukut papayungan), Cyperus halpan L. (papayungan), Cyperus iria L. (jekeng, lingih alit), dan Scirpus grossius L.F (waligi, wlingen, lingi, mensing).
c. Golongan Gulma Daun Lebar (Broadleaves)
Gulma berdaun lebar biasanya termasuk Dicotyledoneae dan Pteridophyta. Ciri utamanya adalah berdaun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Gulma ini biasanya tumbuh di akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama adalah kompetisi cahaya.
Contoh gulma berdaun lebar adalah Salvinia molesla D.S Mit het (kimbang, kayambang janji, lukut cai, lukut), Marsilea crenala presl (semangi, samanggen), Ageratum conyzoides L. (bebadotan, wedusan), Borreria alata (Aubl. (DC (kabumpang lemah, goletrak, letah hayam, rumput setawar), Azolla pinnala R. Br (kaya apu dadak), Limnocharis fIava (L. Buch (genjer, centong), Stachyarpheta indica (L.) vahl (jarong, gajihan), Amaranthus spinosus L. (bayam duri, bayem eri, senggang cucuk), Synedrella nodiflora (L.) gaentn (babadotan lalakina, jotang, jotang kuda), dan Physalis angulata (ciplukan).
2. Berdasarkan Siklus Hidup
Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma semusim (annual weeds), gulma dua musim (biannual weeds), dan gulma tahunan (perennial weeds).
a. Gulma Semusim (Annual Weeds)
Siklus hidup gulma semusim berlangsung selama 1 tahun, mulai dari berkecambah, berproduksi, sampai akhirnya mati. Umumnya, gulma semusim mudah dikendalikan namun pertumbuhannya sangat cepat karena menghasilkan biji yang sangat banyak. Oleh karena itu, pengendalian gulma semusim memerlukan biaya cukup besar.
Contoh gulma semusim adalah Digitaria sp. (rumput jampang), Eleusine indica (lulangan, rumput belulang), Amaranthus sp. (bayam duri), Ipomoea purpurra dan Setaria sp.
b. Gulma Dua Musim (Biannual Weeds)
Berbeda dengan gulma semusim, siklus hidup gulma dua musim lebih dari satu tahun, namun tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama, gulma ini menghasilkan roset, kemudian pada tahun kedua mulai berbunga, menghasilkan biji, kemudian mati. Pada periode roset, gulma ini lebih sensitif terhadap herbisida.
Contoh gulma dua musim adalah Circium vulgare, Verbascum thapsus dan Aretium sp.
c. Gulma Tahunan (Perennial Weeds)
Siklus hidup gulma tahunan lebih dari dua tahun atau bahkan tidak terbatas (menahun). Jenis gulma ini sebagian besar berkembang biak dengan biji, meski ada pula yang berkembang biak secara vegetatif.
Gulma tahunan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan secara baik. Misalnya, saat musim kemarau tumbuhan pengganggu ini seolah-olah mati karena ada bagian yang mengering, namun bila ketersediaan air cukup, maka akan segera bersemi kembali.
Contoh gulma tahunan adalah Cynodon dactylon, Cyperus rotundus dam Imperata cylindrica.
3. Berdasarkan Habitat Tumbuh
Berdasarkan habitat atau tempat tumbuhnya, gulma digolongkan menjadi gulma air (aquatic weeds) dan gulma daratan (terestrial weeds).
a. Gulma Air (Aquatic Weeds)
Kebanyakan gulma air tumbuh di air, secara mengapung, tenggelam, atau setengah tenggelam. Gulma air dapat berupa gulma berdaun sempit, berdaun lebar, serta teki-tekian.
Contoh gulma air adalah Cyperus difformis, Cyperus iria, Leptochloa chinensis, Monochoria vaginalis, Echinochloa colonum, Echinochloa crus-galli, Eichomia grassipes, Leersia hexandra, Salvinia molesia, dan Scirpus mucronatus.
b. Gulma Daratan (Terestrial Weeds)
Sesuai namanya, gulma daratan tumbuh di darat, seperti di area tegalan dan perkebunan. Jenis gulma daratan yang tumbuh di perkebunan bergantung pada jenis tanaman utama, jenis tanah, iklim, dan pola tanam.
Contoh jenis gulma daratan adalah Ageratum conyzoides, Axonopus compressus, Chromolaena odorata, Imperata cylindrica, Melastoma malabatricum, Mikania micrantha, Panicum repens, Stachytarpheta indica, dan Euphorbia sp.
Cara Mengendalikan Gulma
Kehadiran gulma yang semula tidak diinginkan tentu menimbulkan kerugian jika tidak dikendalikan. Kerugian tersebut bisa dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Contoh kerugian langsung adalah terjadinya kompetisi antara tanaman pokok dengan gulma dalam memperoleh cahaya, ruang, hara dan air. Sedangkan kerugian secara tidak langsung terjadi apabila gulma menjadi tanaman inang dari hama dan penyakit lain.
Pengendalian gulma secara tepat merupakan faktor penting agar produksi tanaman budidaya meningkat. Beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk mengendalikan gulma adalah biologi gulma, daur hidup, perkembangbiakan, cara penyebaran dan cara tumbuh.
Prinsip pengendalian gulma dapat dilakukan dengan upaya pencegahan dan pengendalian. Pencegahan dilakukan dengan menerapkan peraturan perundang-undangan untuk mencegah masuk dan menyebarnya suatu jenis gulma dari daerah atau negara lain. Salah satu caranya adalah melalui karantina.
Secara umum, pengendalian gulma bisa dibagi menjadi beberapa metode sebagai berikut :
1. Metode Fisik, pengendalian dengan metode ini bisa dilakukan dengan pengolahan lahan, penggenangan air, pencabutan dan pembakaran, sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat.
2. Metode Kimia, pengendalian gulma metode ini ialah memanfaatkan senyawa kimia yang disebut herbisida. Herbisida yang digunakan dapat berupa racun kontak ataupun sistemik. Keuntungan metode ini adalah lebih cepat dan efektif dalam mengendalikan pertumbuhan gulma, namun beresiko menimbulkan efek residu pada tanaman pokok dan lingkungan.
3. Metode Biologis, metode ini dilakukan dengan mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan gulma secara biologis dengan memanfaatkan organisme seperti ikan, bebek, hewan ternak (sapi, kerbau, kambing dan ayam).
4. Metode Budidaya, metode ini lebih terkenal dengan nama pengendalian ekologis dan dilakukan dengan memperhatikan prinsip pengelolaan lingkungan ekologi tumbuh tanaman. Metode ini dianggap lebih menguntungkan, contohnya pada tanaman padi yang melakukan metode pergiliran tanaman.
5. Budidaya Pertanaman, metode ini diterapkan dengan cara memanfaatkan varietas adaptif, pengaturan jarak tanam, pengaturan pemupukan dan pengaturan waktu tanam.
6. Pengendalian Secara Terpadu, metode ini memanfaatkan beberapa cara sebelumnya secara bersamaan dan bertujuan untuk mendapatkan hasil terbaik agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok yang dibudidayakan tetap produktif.