Harimau di Indonesia – Harimau adalah binatang karnivora anggota keluarga kucing atau Felidae. Hewan ini merupakan spesies kucing karnivora terbesar, dimana harimau sumatera adalah jenis yang terkecil dan harimau siberia adalah subspesies terbesar.
Secara keseluruhan, terdapat 9 subspesies harimau yang tersebar diseluruh dunia, 3 diantaranya adalah harimau asli Indonesia. Tiga harimau di Indonesia adalah harimau jawa dan harimau bali yang telah punah, serta harimau sumatera yang populasi berada dalam ancaman.
Daftar Isi
Mengenal Harimau
Harimau atau Panthera tigris sering juga disebut macan Panthera pardus adalah binatang buas pemakan daging. Dalam urusan berlari, harimau adalah pelari cepat, namun masih kalah cepat dengan cheetah sebagai binatang tercepat di dunia. Mangsa utama hewan ini adalah rusa, kijang, babi dan kancil sesuai habitatnya.
Ciri utama harimau adalah ukurannya yang besar seperti singa namun dengan bobot lebih berat, serta adanya loreng dengan pola tertentu dan berbeda antar individu. Kepadatan loreng harimau dipastikan lebih dari 100 loreng dan dapat digunakan untuk membedakan satu sama lain, seperti sidik jari manusia. Fungsi utama loreng harimau adalah untuk berkamuflase dan bersembunyi dari mangsanya.
Berat badan harimau antara 190 sampai 320 kg untuk jantan, sedangkan betina antara 120 sampai 180 kg. Kemudian panjang rata-rata jantan adalah 2,6 sampai 3,3 meter, serta betina 2,3 hingga 2,75 meter. Subspesies harimau terbesar adalah harimau siberia dan yang terkecil adalah harimau sumatra.
Harimau di Seluruh Dunia
Ada 9 subspesies harimau dari genus Panthera yang tersebar ke seluruh hutan di dunia. Dari jumlah tersebut, hanya tersisa 6 subspesies yang masih hidup dan 3 lainnya secara resmi telah dinyatakan punah.
- Harimau indocina (Panthera tigris corbetti) hidup dan tersebar di kawasan hutan hujan dan padang rumput Malaysia, Kamboja, Republik Rakyat Tiongkok, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.
- Harimau benggala (Panthera tigris tigris) hidup dan tersebar di kawasan hutan hujan dan padang rumput Bangladesh, Bhutan, Republik Rakyat Tiongkok, India, dan Nepal.
- Harimau tiongkok selatan (Panthera tigris amoyensis) hidup dan tersebar di kawasan hutan hujan dan padang rumput tengah dan barat Republik Rakyat Tiongkok.
- Harimau siberia (Panthera tigris altaica) atau dikenal sebagai harimau amur, ussuri, harimau timur laut cina, atau harimau manchuria hidup dan tersebar di kawasan hutan hujan dan padang rumput Republik Rakyat Tiongkok, Korea Utara, dan Asia Tengah di Russia.
- Harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) hanya hidup dan tersebar di kepulauan Sumatera.
- Harimau malaya (Panthera tigris jacksoni) hanya hidup dan tersebar di Semenanjung Malaysia.
- PUNAH – Harimau kaspia (Panthera tigris virgata) telah punah sekitar tahun 1950an. Harimau Caspian dahulu hidup di kawasan hutan hujan dan padang rumput Afganistan, Iran, Mongolia, Turki, dan kawasan Asia tengah Rusia.
- PUNAH – Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) telah punah sekitar tahun 1972. Harimau jawa dahulu hidup di kawasan hutan hujan pulau Jawa, Indonesia.
- PUNAH – Harimau bali (Panthera tigris balica) telah punah sekitar tahun 1937. Harimau bali dahulu hidup di kawasan hutan hujan kepulauan Bali, Indonesia.
3 Jenis Harimau di Indonesia
Berikut ini adalah penjelasan mengenai 3 jenis harimau dari Indonesia, antara lain:
1. Harimau Jawa
Panthera tigris sondaica adalah subspesies harimau endemik di Jawa. Harimau ini secara resmi dinyatakan punah pada sekitar tahun 1970an sampai 1980an. Penyebab utama punahnya harimau jawa adalah desakan lahan pertanian yang menggunakan lahan hutan serta perburuan liar.
Dibandingkan dengan jenis harimau dari benua Asia lain, tubuh harimau jawa termasuk kecil. Namun jika dibandingkan harimau di Indonesia lain, ukurannya lebih besar dari harimau bali dan hampir sama dengan harimau sumatera.
Harimau jawa jantan memiliki bobot 100 hingga 140 kg, sedangkan betina antara 75 kg sampai 115 kg. Untuk panjang tubuh jantan sekitar 200 sampai 245 cm dan betina sedikit lebih pendek. Mangsa utama harimau jawa adalah babi hutan, banteng, rusa jawa, serta reptil dan burung air.
Berdasarkan catatan ilmiah, habitat harimau jawa berada di hutan dataran rendah, belukar dan berkeliaran di kebun wanatani sekitar pedesaan. Daerah jelajahnya tidak lebih dari ketinggian 1.200 mdpl. Pembukaan lahan hutan untuk perkebunan menyebabkan kucing karnivora ini sering berinteraksi dengan manusia, sehingga dianggap sebagai hama.
Menurut penelitian, pada awal abad 19 predator ini masih mendiami pelosok hutan wilayah Pulau Jawa. Kemudian pada tahun 1940 populasinya mulai terdesak dan bermigrasi ke daerah pegunungan dan hutan terpencil.
Kondisi ini terus berlanjut hingga pada tahun 1970 harimau jawa dikatakan hanya hidup di kawasan Gunung Betiri pada ketinggian 1.192 mdpl. Gunung Betiri merupakan tertinggi di bagian tenggara Pulau Jawa dengan kondisi alam yang masih alami.
Karena habitatnya yang terpencil dan kondisi medan yang sangat sulit untuk dilalui, maka tidak ada yang menjangkau keberadaan harimau jawa. Hal ini menjadikan kurangnya data dan informasi mengenai populasinya.
Oleh sebab itu, pada tahun 1972 kawasan seluas 500 km persegi di Gunung Betiri ditetapkan menjadi Suaka Margasatwa dan menjadi tempat terakhir Harimau Jawa terlihat pada tahun 1976.
Akan tetapi ada laporan pada tahun 1979 bahwa ada tanda 3 ekor harimau jawa yang masih hidup meski secara fakta belum dapat dibuktikan. Selain itu, pada tahun 1990an juga ada laporan keberadaan predator ini meski belum dapat diverifikasi. Beberapa laporan lain juga diperoleh, terutama dari kawasan hutan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pada tahun 1990 diperoleh kesepakatan mengenai peninjauan kembali atas punahnya harimau jawa. Kesepakatan tersebut diperoleh dari Seminar Nasional Harimau Jawa di UC UGM.
Langkah ini diambilkan karena ditemukannya bukti berupa jejak, guratan pohon, dan bulu rambut yang mengarah kepada harimau jawa. Sebab secara mikroskopi, stuktur morfologi rambut harimau jawa berbeda dengan macan tutul yang menempati habitat yang sama.
2. Harimau Bali
Panthera tigris balica adalah subspesies harimau endemik Bali yang telah punah. Harimau bali merupakan harimau dengan ukuran tubuh terkecil dibanding subspesies harimau lain di dunia.
Harimau bali terakhir diketahui ditembak pada tahun 1925. Kemudian dinyatakan punah secara resmi pada 27 September 1937. Penyebab kepunahannya karena hilangnya habitat serta akibat perburuan.
Perkembangan terakhir mengenai satwa ini adalah dilakukannya revisi taksonomi oleh Satuan Tugas Klasifikasi Kucing dari Cat Specialist Group. Hasilnya ialah memasukkan harimau bali sebagai golongan Panthera tigris sondaica.
3. Harimau Sumatra
Panthera tigris sumatrae adalah satu-satunya jenis harimau di Indonesia yang populasinya masih bertahan hingga sekarang. Namun kondisi harimau sumatera di alam sangat mengkhawatirkan dan berada dalam kondisi kritis atau terancam punah atau critically endangered oleh IUCN.
Populasi harimau sumatera di alam liar diperkirakan antara 400 sampai 500 ekor dan sebagian besar hidup di beberapa taman nasional di Sumatra. Beberapa uji genetik dilakukan terhadap subspesies ini dan menandakan jika kedepan ada kemungkinan akan menjadi spesies terpisah jika terus lestari.
Diantara 6 subspesies harimau yang masih hidu di dunia, ukuran tubu harimau sumatra cenderung lebih kecil. Tinggi telapak kaki hingga pundak sekitar 60 cm dengan panjang tubuh kepala hingga ekor 250 cm dan bibit 140 kg. Untuk harimau betina tingginya hampir sama dengan tubuh lebih pendek atau sekitar 198 cm dan bobot 91 kg.
Perbedaan utama harimau sumatra jantan dan betina adalah surai leher yang dimiliki jantan lebih lebat dibandingkan betina. Warna harimau sumatra cenderung lebih gelap dibanding harimau lain, yakni berwarna kuning kemerahan hingga oranye tua. Loreng-lorengnya juga lebih tipis dengan dominasi bentuk melintang.
Habitat harimau sumatra berada di kawasan hutan dengan ketinggian 0 sampai 2.000 mdpl dengan cukup air, perlindungan, sinar matahari dan persediaan makanan memadai. Kawasan tersebut dapat ditemukan di daerah hutan hujan tropis, hutan rawa, padang rumput dan alang-alang.
Harimau merupakan satwa soliter dengan daerah teritori yang harus dipertahankan. Untuk mempertahankannya, harimau memiliki kebiasaan menandai wilayahnya dengan cakaran serta urin atau feses. Daya jelajah harimau juga sangat luas, bahkan harimau jantan dapat menjelajagi 3 kali lipat wilayah jelajah betina.
Masalah utama yang mengancam populasi harimau sumatera adalah berkurangnya habitat akibat alih fungsi lahan. Tercatat 66 ekor harimau sumatra terbunuh antara tahun 1998 hingga 2000. Oleh sebab itu, berbagai upaya konservasi dilakukan oleh pemerintah bersama lembaga swasta lain.
Contohnya adalah upaya perlindungan dengan menetapkan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo sebagai habitat harimau sumatera. Beberapa kamera pengawasan juga dipasang oleh WWF untuk mengamati perilaku dan keberadaan harimau di alam, serta menyediakan tim patroli untuk mencegah kegiatan berburu.