Hutan Pantai – Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kekayaan alamnya. Tidak heran, jika Indonesia dikenal sebagai negara dengan sebutan mega diversity.
Indonesia memiliki kurang lebih 17.508 pulau dengan garis pantai kurang lebih 81.000 km. Pulau-pulau yang ada di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya. Selain itu, setiap pulau juga memiliki formasi hutan yang berbeda-beda.
Salah satu formasi hutan yang juga terdapat di Indonesia adalah hutan pantai, lalu apa yang dimaksud dengan hutan pantai itu?
Daftar Isi
Pengertian Hutan Pantai
Hutan pantai atau beach forest adalah wilayah hutan yang tumbuh berkembang di muara sungai, tepi laut atau daerah yang memiliki pasang surut. Hutan pesisir juga dapat diartikan sebagai hutan yang tumbuh berkembang di garis pantai yang memiliki batas pasang tertinggi.
Selain pengertian di atas, hutan pantai juga dapat diartikan sebagai vegetasi pantai berpasir yang tumbuh berkembang di wilayah pantai berpasir dan terletak di atas garis pasang tertinggi di daerah beriklim tropis.
Hutan pesisir kebanyakan tumbuh berkembang di daerah tepi pantai yang tidak terpengaruh sama sekali oleh pergantian iklim, terletak di tanah kering yang berpasir dan berbatu serta tepat di atas garis pasang yang tertinggi.
Nama lain dari hutan pantai adalah vegetasi litoral, yaitu hutan yang tumbuh berkembang di daerah dengan pasang surut pesisir yang memiliki perairan masin dangkal dengan substrat air atau karang.
Perairan dangkal ini didominsi oleh ganggang laut dan lamun. Merujuk dari kondisi hutan pantai tersebut, hutan di wilayah pesisir ini biasanya menjadi habitat dan lokasi tempat penyu bertelur.
Ciri-Ciri Hutan Pantai
Hutan di kawasan pantai terdiri dari kumpulan vegetasi pantai di tanah berpasir dan berbatu yang terletak di atas garis pasang tertinggi dan wilayah tersebut tidak terpengaruh sama sekali oleh kondisi iklim.
Pada umumnya, hutan pantai tersebar di sepanjang daerah pantai yang bebas dari pasang surut air laut. Hutan ini memiliki luas sekitar 3,3 juta hektar. Adapun ciri-ciri hutan pada wilayah pantai, yaitu:
- Terletak di tanah rendah di daerah pantai.
- Tumbuh berkembang di atas tanah kering yang berpasir, berbatu karang serta berlempung.
- Tumbuh kembangnya hutan tidak terpengaruh oleh pergantian iklim.
- Pepohonan di wilayah hutan pesisir terkadang ditumbuhi oleh epyphi.
- Hutan wilayah pesisir banyak ditemui di Pulau Sumatra, Sulawesi, Jawa dan Bali.
- Memiliki beraneka ragam tumbuhan yang hidup bergerombol membentuk kelompok tertentu sesuai dengan habitatnya.
Formasi Hutan Pantai
Wilayah pantai merupakan perbatasan antara ekosistem laut dan darat. Perbatasan tersebut akan membentuk gundukan yang condong ke arah darat akibat dari hembusan angin dan hempasan gelombang. Gundukan tersebut akan membentuk hutan yang disebut dengan nama hutan pantai.
Salah satu ciri hutan ini adalah memiliki beraneka ragam tumbuhan yang hidup bergerombol sesuai dengan habitatnya. Gerombolan vegetasi terbentuk karena habitat yang sama tersebut dinamakan dengan formasi hutan pantai.
Formasi hutan yang ada memiliki nama yang berbeda-beda dan pengambilan nama mengacu pada spesies tumbuhan yang paling mendominasi. Nama formasi hutan di daerah pantai dapat dikelompokkan menjadi 2 formasi, antara lain:
1. Formasi Pescaprae
Formasi pescaprae adalah formasi hutan pantai yang banyak terdapat tumpukan pasir yang meninggi di sepanjang daerah pantai. Spesies yang ada di formasi pescaprae didominasi oleh salah satu spesies tumbuhan menjalar dengan herba rendah dengan akarnya yang dapat mengikat pasir atau biasa disebut dengan ipornea pescaprae.
Selain spesies ipornea pescaprae, pada formasi ini ditumbuhi juga tumbuhan jenis lainnya, seperti canavalia abtusiofolia, cyperus stoloniferus, cyperus penduculatus, spinifex littoralis, fimbristylis sericea, triumfetta repens, uigna marina, thuarea linvoluta, vitex trifolia, euphorbia atoto, launaca sarmontasa, ishaemum muticum, ipomoea denticulata, ipomoea littoralis dan ipomea carnosa.
2. Formasi Barningtonia
Sesuai dengan namanya, formasi barningtonia adalah formasi hutan di daerah pantai yang banyak ditumbuhi oleh spesies pohon barringtonia sp.
Selain spesies pohon barringtonia sp sebagai spesies penyusun ekosistem hutan jenis ini, ada juga spesies lainnya, yaitu calophyllum inophyllum, caesalpinia bonducella, barringtonia asiatica, terminalia catappa, hernandia peltata, casuarina equisetifolia, hibiscus tiliaceus, cocos nucifera, cycas rumphii, morinda citrifolia, sterculia foetida, tournefortia argentea, premna Corymbosa, pongamia pinnata, premna pemphis acidula, manilkara kauki, pandanus tectorius, erythrina variegata dan spesies lainnya yang dapat tumbuh di formasi ini.
Selain spesies tersebut, ada keunikan tersendiri di wilayah hutan pantai di Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Keunikan tersebut, yakni hutan di wilayah pantai Pulau Marsegu ditumbuhi spesies barringtonia asiatica kurz dalam jumlah yang sedikit walaupun namanya formasi barringtonia.
Uniknya lagi, hutan pantai di Pulau Marsegu didominasi oleh tumbuhan, antara lain cordia subcordata L, terminalia cattapa L, excoecaria agallocha L, calophyllum inophyllum L, cocos nucifera L, premna corymbosa R.et W, heritiera littoralis aiton, pongamia pinnata merr, xylocarpus moluccensis roem, heritiera littoralis aiton dan pemphis acidula forst.
Ragam Fauna
Seperti halnya hutan lainnya, hutan pesisir juga dihuni oleh beberapa jenis fauna. Namun di hutan ini tidak memiliki fauna yang khas. Hal tersebut sangat berbeda dengan fauna yang hidup di hutan dataran rendah, dimana hutan dataran rendah memiliki fauna yang khas atau spesifik.
Pada umumnya, fauna yang hidup di hutan ini hanya sekadar mendarat atau singgah untuk bertelur. Namun, ada juga fauna yang menyukai hidup di ekosistem pantai yang berpasir.
Beberapa jenis fauna dapat ditemukan di hutan pesisir, antara lain:
- Beberapa jenis fauna mamalia, seperti monyet kera (macaca fascicularis), jelatang hitam (ratuta bicolor), lutung budeng (trachypithecus auratus), musang luwak (paradoxurus hermaphroditus), garangan jawa (herpestes javanicus), musang rase (viverricula indica) serta kucing kuwuk (prionailurus bengalensis).
- Beberapa jenis mamalia besar, antara lain kerbau liar (bubalus bubalis), banteng (bos javanicus), babi celeng (sus scrota), rusa jawa (rusa timorensis) serta kijang muncak (murtiacus muncak). Jenis mamalia besar tersebut biasanya datang ke hutan pantai untuk mencari air garam di pantai atau ada juga yang mencari air tawar di hutan pantai.
- Beberapa jenis fauna yang datang ke hutan pantai untuk menggunakan pasir pantai sebagai tempat bertelur adalah burung maleo (macrocephalon maleo). Burung maleo tersebut datang ke wilayah hutan pesisir untuk memanfaatkan gundukan pasir pantai sebagai tempat bertelur.
- Berbagai jenis penyu, seperti penyu sisik (eretmochelys imbricata), penyu hijau (chelonia mydas), penyu sisik semu (lepidochelys olivacea), penyu belimbing (dermochelys coriacea) serta penyu tempayan (caretta caretta). Penyu-penyu tersebut membangun ekosistem di hutan pantai untuk membuat sarang penetasan telur penyu.
- Fauna yang dapat dikatakan sebagai khas hutan pantai adalah kadal pantai (emoia atrocostata) dan kepiting pasir (ocypode ceratophthalma). Selain itu ada jenis yuyu ocypode, hewan ini biasanya membangun rumahnya di pasir pantai.
Diatas adalah ragam fauna yang memanfaatkan daerah pantai sebagai tempat hidupnya. Selain sebagai tempat hidup fauna dan beberapa jenis tumbuhan, hutan wilayah pantai juga memiliki fungsi lainnya. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan berikut.
Manfaat Hutan Pantai
Hutan pantai memiliki fungsi yang bemanfaat bagi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Fungsi hutan pantai, antara lain:
1. Manfaat Fisik
Hutan pantai memiliki banyak fungsi dalam membantu keseimbangan alam. Secara fisik, fungsi hutan pada wilayah pantai adalah:
- Sebagai peredam hantaman gelombang tsunami. Vegetasi hutan seperti mangrove dapat meredam amukan tsunami dengan cara memecah datangnya gelombang air laut, sehingga kecepatan arus laut menjadi lambat, memperkecil volume air laut yang datang ke daerah daratan atau dapat juga hutan pantai berfungsi sebagai kanal, menghambat material air laut yang terbawa arus gelombang tsunami.
- Hutan pantai sebagai pereduksi terjadinya abrasi pantai. Vegetasi hutan wilayah pesisir dapat dijadikan stabilisator tanah pantai. Fungsi ini sangat penting, karena jika terjadi abrasi pantai maka kemungkinan besar dapat menyulut terjadinya penyusutan laut menuju daratan. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya sedimentasi di daerah pesisir pantai.
- Sebagai pelindung ekosistem wilayah daratan dari terpaan angin bahkan badai. Hutan di daerah pantai dapat melindungi bangunan yang ada di wilayah daratan serta melindungi budidaya tanaman yang tumbuh di wilayah daratan dari amukan angin dan badai.
- Sebagai pengendali terjadinya erosi pasir pantai.
- Hutan pantai dapat dijadikan wilayah pengontrol siklus air serta proses terjadinya intrusi air laut. Fungsi ini berkaitan dengan adanya mekanisme yang dimiliki oleh hutan pesisir, yaitu mekanisme untuk mempertahankan muka air tanah atau air tawar serta mekanisme untuk mencegah datangnya ai pasang masuk ke sungai.
2. Manfaat Ekologi
Fungsi hutan di daerah pantai secara ekologi, antara lain:
- Hutan pantai dapat dijadikan sebagai habitat berbagai jenis hewan dan tumbuhan.
- Hutan pesisir dapat dijadikan tempat bertelur bagi beraneka ragam penyu. Hal tersebut karena hutan ini memiliki tekstur pasir yang mendukung penyu untuk bertelur.
- Sebagai tempat pengendali pemanasan global serta perubahan iklim yang terjadi di dunia. Fungsi ini berkaitan erat dimana hutan pantai dapat membantu proses penyerapan karbon dan menjaga iklim mikro.
- Sebagai estetika di wilayah perkotaan dimana penanaman tumbuhan pantai di daerah perkotaan dapat memperindah daerah perkotaan serta mampu mencegah terjadinya pencemaran udara.
3. Manfaat Sosial Budaya
Selain fungsi fisik dan ekologi, hutan pantai juga memiliki fungsi sosial budaya yang juga tak kalah pentingnya bagi kehidupan manusia, yaitu:
- Sebagai tempat wisata bahari atau wisata kelautan yang layak untuk dikunjungi wisatawan.
- Dapat dijadikan sebagai tempat berkemah bagi wisatawan yang ingin lebih dekat dengan daerah pantai.
- Sebagai tempat untuk olahraga, seperti olahraga voli pantai, susur pantai, panjat tebing yang ada di daerah pantai bahkan olahraga sepeda menelusuri pantai.
- Hutan pantai sebagai pendukung bahan baku industri kosmetik. Tumbuhan di daerah hutan ini dapat menghasilkan bahan baku kosmetik, seperti ketapang (terminalia cattapa), keben (baringtonia asiatic) dan jenis tumbuhan lainnya yang dapat dijadikan bahan baku kosmetik.
- Vegetasi hutan wilayah pantai dapat dijadikan sumber energi alternatif biodisel, sepert: kranji (pongamia pinnata memil) dan nyamplung (callophyllum inophyllum).
- Vegetasi hutan pantai dapat dijadikan bahan baku obat-obatan, seperti calophyllum cannum dan calophyllum dioscorii sebagai obat untuk anti kanker dan calophyllum lanigerum dapat dijadikan obat untuk anti virus HIV serta beberapa jenis vegetasi lainnya.
- Sebagai penghasil bioenergi yang berasal dari tumbuhan, seperti kayu bakar, arang, kertas, pulp serta bahan bangunan.
- Dapat digunakan untuk budidaya lahan pertanian, seperti budidaya pertanian di lahan pertanian berpasir terletak di desa Bugel Kecamatan Panjatan, Kulon Progo. Di desa Bugel tersebut memanfaatkan lahan pasir untuk budidaya cabai, kentang, ubi, labu, bawang dan beberapa jenis sayur mayur.
- Hutan sekitar pantai dapat dijadikan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan.
- Wilayah di sekitar hutan pantai dapat dijadikan sumber daya mineral yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Adapun sumber daya mineral tersebut, antara lain sumber daya mineral strategis atau sumber daya mineral kelompok A, terdiri atas gas, minyak, batubara serta bahan-bahan galian radioaktif seperti timah, kobalt dan nikel; Sumber daya mineral vital atau sumber daya mineral kelompok B, terdiri atas: belerang, perak, tembaga, bauksit, besi, emas, seng, mangan, platina dan timbal; Sumber daya mineral industri atau sumber daya mineral kelompok C, terdiri atas: batu permata, kaolin, pasir kwarsa, batu, apung, batu kapur, dolomit, marmer, granit, andesit, basal, trakhit, pasir dan tanah liat.
Penyebab Kerusakan Hutan Pantai
Saat ini kondisi hutan sekitar pantai di Indonesia telah banyak mengalami kerusakan. Selain disebabkan oleh kegiatan manusia, kerusakan tersebut juga terjadi karena pengaruh alam.
Kerusakan hutan di wilayah pantai yang sering terjadi di Indonesia disebabkan oleh:
- Terjadinya pencemaran di sekitar wilayah pantai. Pencemaran ini terjadi karena beberapa hal, seperti adanya limbah industri yang dibuang ke wilayah pantai, tumpahan minyak yang berasal dari kapal yang mengangkutnya serta dapat juga pencemaran yang disebabkan karena pengeboran minyak.
- Kerusakan akibat erosi permukaan tanah atau yang disebut dengan surface run off yang terjadi dari daratan bahkan terjadi dari rembesan secara alami.
- Kemungkinan terjadinya pencemaran yang terjadi akibat energi nuklir.
- Terjadinya pemanasan global yang dapat menimbulkan perubahan iklim sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan pada hutan pantai.
- Naiknya permukaan air laut. Permukaan air laut yang naik sering terjadi di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan hutan pantai yang ada di Indonesia juga hilang atau musnah.
- Adanya perubahan bentang alam yang terjadi akibat perubahan geomorfologi.
- Kegiatan rekreasi dan pariwisata yang dilakukan oleh manusia yang tidak bertanggungjawab.
- Penambangan pasir secara liar yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.
- Kegiatan pembukaan lahan yang dilakukan oleh manusia, seperti melakukan pembukaan lahan di wilayah hutan pantai.
- Kemungkinan terjadinya bencana alam, seperti El Nino, banjir, tsunami atau angin cyclone atau angin typhoons.
Dampak Kerusakan Hutan Pantai
Kerusakan hutan wilayah pantai dapat menyebabkan dampak negatif bagi keseimbangan wilayah pantai. Berikut adalah dampak yang ditimbulkan:
- Kegiatan penambangan pasir yang dilakukan manusia dapat menyebabkan sempadan pantai hilang. Hilangnya sempadan pantai ini dapat memicu terjadinya abrasi.
- Hutan yang rusak dapat menyebabkan keanekaragaman hayati dan satwa di wilayah pantai menurun atau bahkan punah.
- Nilai pariwisata yang telah dibangun di wilayah hutan pesisir akan menurun sehingga berakibat buruk bagi pendapatan daerah di sekitar pantai.
- Menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya alam yang dihasilkan oleh wilayah hutan pantai.
- Erosi pasir dapat terjadi dengan mudah sehingga dapat menimbulkan bencana alam bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pantai.
- Dapat mempercepat terjadinya instrusi air laut. Hal tersebut karena rusaknya ekosistem pantai sehingga menyebabkan ketersediaan cadangan air permukaan menjadi tidak seimbang.
- Kerusakan hutan pantai menyebabkan wilayah di sekitar hutan mudah terkena bencana lingkungan. Kondisi tersebut menimbulkan hilangnya rasa tidak aman dan nyaman bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pantai.
Cara Melestarikan Hutan Pantai
Tentunya, kerusakan hutan dapat menyebabkan kondisi lingkungan pantai menjadi tidak seimbang. Oleh karenanya, manusia berupaya untuk melestarikan hutan pantai dengan berbagai cara.
Langkah pelestarian hutan pesisir yang dapat kita lakukan, antara lain:
- Melakukan pembibitan kembali, yaitu dengan cara membuka lahan untuk menanam vegetasi tumbuhan penyusun ekosistem pantai.
- Melakukan konservasi flora dan fauna.
- Melakukan budidaya vegetasi dan spesies tumbuhan penyusun.
- Melakukan konservasi lahan berpasir sebagai bentuk daya dukung ekologi pantai.
- Melakukan sosialisasi atau program edukasi pemeliharaan hutan pantai kepada masyarakat secara umum dan masyarakat yang tinggal di daerah pantai pada khususnya.
Penjelasan di atas merupakan segala hal yang berkaitan dengan hutan pantai. Mari bersama-sama kita lestarikan hutan pada area pantai agar keseimbangan alam dan keindahan lingkungan tetap terjaga. Lakukan dari hal terkecil, seperti tidak membuang sampah sembarangan di daerah pantai saat kita berwisata ke wilayah pantai.