Dalam mempelajari sektor kehutanan, kita perlu mempelajari berbagai cabang ilmu, seperti ilmu pohon (dendrologi), silvikultur, jenis tanah, inventarisasi hutan, agroforestry, dan sebagainya. Sebelumnya, RimbaKita.com telah membahas beberapa ilmu kehutanan yang dapat dicari pada arsip artikel situs.
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai jenis-jenis tanah sebagai bagian dari ilmu tanah yang mendukung pelestarian hutan, perkebunan, serta pertanian.
Daftar Isi
Pengertian Ilmu Tanah
Ilmu tanah adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari tanah sebagai sumber daya alam dan seluru aspeknya, meliputi pembentukan, klasifikasi, pemetaan, karakteristik fisik, kimiawi, biologis, tingkat kesuburan, serta pemanfaatan dan pengelolaan tanah.
Cabang ilmu tanah dibagi menjadi dua, yakni pedologi dan edafologi. Pedologi fokus mempelajari tanah sebagai obyek geologi. Sedangkan Edafologi juga disebut ilmu kesuburan tanah atau mempelajari tanah sebagai pendukung kehidupan.
Salah satu pokok bahasan yang dipelajari dalam ilmu tanah adalah pedosfer. Pedosfer merupakan lapisan tanah yang berada di permukaan bumi, salah satunya terkait jenis-jenis tanah.
Jenis Tanah di Indonesia
Indonesia adalah negara yang kaya ragam jenis tanah. Banyak jenis tanah dapat ditemukan di nusantara dengan karakter, ciri serta kandungan yang berbeda-beda. Macam tanah tersebut terbentuk dari berbagai kondisi, mulai dari tanah yang berasal dari pelapukan batuan oleh matahari, tumbuhan, air, mikroorganisme, dan sebagainya.
Berikut ini adalah jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia berdasarkan proses pembentuknya, antara lain:
1. Tanah Aluvial
Tanah aluvial adalah tanah yang berasal dari sedimen lumpur yang terbawa oleh arus sungai. Tanah ini merupakan hasil erosi yang mengendap atau disebut tanah sedimentasi.
- Ciri – Tanah aluvial umumnya berwarna kelabu dan sifatnya subur.
- Sebaran – Umumnya, tanah aluvial terdapat di wilayah dataran rendah, pertemuan aliran sungai, serta muara sungai di timur Sumatera, utara Jawa, Kalimantan bagian selatan dan tenga serta Papua bagian selatan dan utara.
2. Tanah Vulkanis
Tanah vulkanis adalah tanah yang berasal dari abu gunung api (valkanis) atau material letusan gunung api yang telah mengalami pelapukan.
- Ciri – Tanah vulkanis dibedakan menjadi dua, yakni tanah regosol yang strukturnya berupa butiran kasar, berwarna kelabu hingga kuning dan mengandung sedikit bahan organik. Jenis tanah ini cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau, palawija dan buah-buahan. Sedangkan tanah latosol adalah tanah vulkanis berwarna merah hingga kuning dan bersifat asam. Jenis tanah ini cocok untuk tanaman padi, kelapa, dan karet.
- Sebaran – Tanah vulkanis regosol dapat ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara. Tanah vulkanis latosol dapat ditemukan di Sumatera Barat dan Utara, Bali, Jawa, serta Papua.
3. Tanah Humus
Tanah humus yang juga disebut bunga tanah adalah jenis tanah yang terbentuk dari tumbuhan yang membusuk. Tanah ini merupakan tanah subur yang cocok digunakan untuk lahan perkebunan dan pertanian.
- Ciri – Tanah humus mengandung unsur hara dan subur dengan warna kehitaman dan terdapat titik atau butiran putih.
- Sebaran – Tanah humus banyak terdapat di Sulawesi, Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, Papua.
4. Tanah Organosol
Tanah gambut merupakan sebutan populer jenis tanah organosol. Tanah ini terbentuk dari proses pelapukan bahan organik, seperti pembusukan tumbuhan rawa yang tidak sempurna akibat tergenang air.
- Ciri – Tanah organosol cenderung bersifat asam hingga sangat asam dan tidak cocok untuk lahan pertanian.
- Sebaran – Tanah gambut banyak ditemukan di daerah pasang surut Papua bagian barat, Kalimantan barat, Sumatera bagian timur, Jawa, pesisir barat Sumatera, dan pantai Kalimantan Timur.
5. Tanah Podsol
Tanah podsol adalah tanah yang terdiri dari campuran pasir dan bebatuan kecil. Tanah ini terbentuk akibat curah hujan yang tinggi namun suhu lingkungannya rendah.
- Ciri – Jenis tanah podsol biasanya berwarna kuning keabuan dengan tekstur pasir hingga lembung.
- Sebaran – Tanah podsol terdapat di daerah Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Papua.
6. Tanah Kapur
Tanah kapur merupakan jenis tanah yang berasal dari pelapukan batuan kapur. Jenis tanah kapur dibagi menjadi 2 jenis, yaitu tanah renzina yang berasal dari pelapukan batuan kapur akibat curah hujan yang tinggi dan tanah mediteran yang berasal dari pelapukan batuan kapur keras (batuan sedimen).
- Ciri – Tanah kapur miskin unsur hara, namun masih dapat ditanami pepohonan seperti jati.
- Sebaran – Tanah ini banyak terdapat di sekitar pegunungan kapur wilayah Blora, Pegunungan Kendengan, dan Gunung Kidul.
7. Tanah Pasir
Tanah pasir merupakan jenis tanah yang berasal pelapukan batuan pasir, umumnya terdapat di wilayah pesisir pantai.
- Ciri – Tanah pasir mengandung kadar air dan unsur hara yang sangat rendah.
- Sebaran – Dapat ditemukan diseluruh wilayah pesisir pantai, seperti bukit pasir yang berda di pantai Parangkusumo, Yogyakarta.
8. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah jenis tanah yang kandungan unsur haranya telah hilang akibat larut oleh curah hujan yang tinggi.
- Ciri – Tanah ini mengandung banyak zat besi dan alumunium, bersifat tidak subur atau telah hilang kesuburannya, tandus, serta kering. Tanah laterit umumnya berwarna kemerahan dan biasa disebut tanah merah.
- Sebaran – Tanah laterit bisa ditemukan di daerah Jawa Barat, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Barat.
9. Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah dari proses pelapukan batuan beku dan sedimen.
- Ciri – Bentuk tanah litosol berupa butiran kasar kerikil, miskin unsur hara, dan tidak subur untuk lahan pertanian.
- Sebaran – Jenis tanah litosol terdapat di Sumatera, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara, Maluku Selatan, dan Papua.
10. Tanah Andosol
Tanah andosol adalah jenis tanah vulkanik yang terbentuk akibat proses vulkanisme gunung berapi.
- Ciri – Tanah andosol sangat subur dan cocok untuk lahan pertanian dan perkebunan.
- Sebaran – Tanah ini banyak terdapat di daerah lereng gunung berapi di seluruh Indonesia.
11. Tanah Entisol
Tanah entisol adalah tanah vulkanis yang berasal dari pelapukan material gunung berapi.
- Ciri – Tanah entisol sangat subur dan termasuk tipe tanah muda. Umumnya berupa lapisan tipis belum membentuk gundukan tanah.
- Sebaran – Tanah ini terdapat di sekitar gunung berapi, seperti daerah Yogyakarta dan Jawa.
12. Tanah Grumusol
Tanah grimosol terbentuk dari batuan kapur dan tuffa vulkanik. Jenis tanah ini tidak cocok untuk media tanam tumbuhan.
- Ciri – Tekstur tanah kering dan mudah pecah ketika musim kemarau dan berwarna hitam.
- Sebaran – Tanah grumosol dapat ditemukan di daerah Demak, Jepara, Pati dan Rembang.
13. Tanah Inceptisol
Tanah inceptiol adah jenis tanah yang terbentuk dari bauan sedimen atau metamorf dengan warna kecokelatan dan kehitaman, serta campuran keabu-abuan.
- Ciri – Tanah ini merupakan pembentuk hutan yang asri dan cocok untuk tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit dan pohon karet.
- Sebaran – Tanah inceptisol terdapat di Sumatera, Kalimantan dan Papua.
14. Tanah Latosol
Jenis tanah latosol terbentuk dari batuan metamorf dan batuan sedimaen.
- Ciri – Berwarna merah hingga kuning, tekstur lembung, dan bersifat tidak terlalu subur karena kandungan zat besi dan alumunium yang tinggi.
- Sebaran – Tanah latosol dapat ditemukan di daerah Sualwesi, Lampung, Kalimantan Timur dan Barat, Bali, serta Papua.
15. Tanah Mergel
Tanah mergel adalah tanah yang hampir sama dengan jenis tanah kapur. Tanah ini juga berasal dari batu kapur yang lapuk yang bercampur dengan pasir dan tanah liat.
- Ciri – Tanah ini cukup subur dan dapat digunakan untuk lawah pesawahan dan perkebunan.
- Sebaran – Tanah ini tersebar di dataran rendah, seperti Solo, Madiun dan Kediri
16. Tanah Oxisol
Tanah ini merupakan jenis yang sering ditemukan di daerah tropis dan mengandung zat besi dan alumunium tinggi.
- Ciri – Memiliki solum yang dangkal dan ketebalannya kurang dari 1 meter. Berwarna merah hingga kuning dan teksturnya seperti tanah liat.
- Sebaran – Umumnya terdapat di daerah iklim tropis basah di Indonesia.
17. Tanah Padas
Tanah padas merupakan tanah yang sangat keras dan terkadang digolongkan sebagai jenis batuan.
- Ciri – Hampir sama sekali tidak mengandung air dan sangat padat. Miskin unsur hara dan organik sehingga tidak subur dan tidak cocok untuk tanaman.
- Sebaran – Tersebar di daerah pegunungan padas di seluruh Indonesia.
18. Tanah Podsol Merah Kuning
Tanah podsolik merah kuning merupakan tanah yang mudah mengalami pencucian mineral oleh air hujan.
- Ciri – Tanah ini berwarna merah hingga kuning. Agar tanah ini dapat digunakan, maka harus diberi pupuk kompos maupun pupuk kandang.
- Sebaran – Tanah ini tersebar di daerah Sumatera, Sulawesi, Papua, Kalimantan, Jawa bagian barat untuk lahan persawahan dan perkebunan.
19. Tanah Liat
Tanah liat adalah jenis tanah yang terdiri dari campuran alumunium dan silikat yang berdiameter tidak lebih dari 4 mikrometer. Tanah ini terbentuk akibat pelapukan batuan silikat oleh asam karbonat yang berasal dari panas bumi.
- Ciri – Berwarna abu-abu pekat dan cenderung hitam. Biasanya digunakan untuk pembuatan kerajinan tembikar dan genteng,
- Sebaran – Jenis tanah liat tersebar di seluruh Indonesia, seperti di Grobogan dan Kudus.
20. Tanah Renzina
Tanah renzina adalah tanah organik diatas tanah kapur yang memiliki kadar lempung seperti vertisol.
- Ciri – Tanah ini mengandung kadar lempung tinggi, tekstur halus dan memiliki kemampuan mengikat air yang tinggi.
- Sebaran – Jenis tanah rensina dapat ditemukan di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Papua.
21. Tanah Mediteran
Tanah mediteran adalah tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah karena terbentuk dari proses pelapukan batuan kapur.
- Ciri – Berwarna merah kekuningan dan abu-abu, teksturnya lempung dan bersifat asam.
- Sebaran – Tanah mediteran tersebar di daerah Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
22. Tanah Sawah
Tanah sawah adalah jenis tanah yang telah lama mengalami pengolahan (daerah persawahan dan memperlihatkan perkembangan profil khas yang menyimpang dari jenis tanah aslinya.
- Ciri – Terdapat laipsan mangan dan besi.
- Sebaran – Tanah sawah dapat ditemukan di seluruh areal persawahan di Indonesia.
23. Tanah Hidromorf Kelabu
Tanah hidromorf kelabu adalah tanah yang perkembangannya dipengaruhi faktor lokal, seperti topografi dataran rendah.
- Ciri – Umumnya tanah ini selalu berada pada genangan air dengan warna kelabu hingga kekuningan.
- Sebaran – Tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di wilayah dataran rendah.
24. Tanah Regosol
Tanah regosol merupakan hasil endapan abu vulkanu baru yang memiliki butiran kasar.
- Ciri – Tekstur tanah kasar dan terdapat di sekitar lereng gunung berapi.
- Sebaran – Tanah ini tersebar di kawasan gunung berapi, seperti di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Jenis Tanah Berdasarkan Asalnya
Selain berdasarkan proses terbentuknya, tanah juga dibedakan menurut asalnya. Menurut asalnya, tanah dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu tanah organik dan anorganik.
1. Tanah Organik
Tanah organik adalah tanah yang berasal dari pelapukan dan sisa tanaman atau organisme hewan yang telah mati.
- Ciri – Tanah organik sangat subur, tekstur lunak, dan berwarna kehitaman.
- Sebaran – Jenis tanah organik dapat ditemukan di lantai atau dasar hutan.
2. Tanah Anorganik
Tanah anorganik adalah jenis tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan baik secara kimiawi maupun fisik.
- Ciri – Tanah ini memiliki aneka warna tergantung jenis batuan yang menjadi asalnya, seperti hitam pekat, cokelat, merah, kuning dan putih.
- Sebaran – Contoh sebaran tanah anorganik ialah pada sebaran tanah liat, tanah entisol, oxisol.
Jenis Tanah Berdasarkan Kesuburannya
Menurut tingkat kesuburannya, tanah dibedakan menjadi empat jenis, yaitu tanah muda, dewasa, tua dan sangat tua. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis tanah tersebut:
- Tanah muda mengandung unsur hara sedikit dan sifatnya kurang subur.
- Tanah dewasa cirinya sangat subur dan baik untuk untuk tanaman pertanian.
- Tanah tua adalah tanah yang mulai berkurang kesuburannya, dikarenakan jumlah unsur hara di dalam tanah sudah mulai berkurang.
- Tanah sangat tua merupakan tanah yang sudah tidak subur lagi karena unsur hara yang terkandung di dalamnya telah habis.
Fungsi Tanah
Secara umum, fungsi utama tanah dibagi menjadi lima, yaitu:
- Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman
- Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
- Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh, hormon, vitamin, asam-asam organik, antibiotik, toksin anti hama, dan enzim yang dapat meningkatkan ketersediaan hara) dan siklus hara
- Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama dan penyakit tanaman
- Lokasi pembangunan berbagai infrastruktur, seperti bangunan rumah, kantor, supermarket, jalan, terminal, stasiun dan bandara
Cara Menjaga Tanah
Kondisi tanah yang baik sangat pentin bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Oleh karena itu, kita harus merawat dan menjaga tanah agar tetap subur dan tidak rusak, baik karena erosi, longsor, maupun banjir.
Berikut ini adalah hal-hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga tanah, yaitu:
1. Pemupukan
Untuk menjaga kesuburan tanah, kita dapat menggunakan pupuk organik yang lebih ramah lingkungan. Tujuan dari pemupukan adalah memberikan kandungan unsur hara secara kontinyu afar tanah tetap subur.
2. Rotasi Tanaman
Perlakuan tanah dengan metode rotasi tanah juga dapat menjaga kesuburan tanah. Hal ini telah diterapkan di lahan persawahan, petani melakukan penyesuai tanaman berdasarkan musim, curah hujan, serta perlakuan tanah melalui pergantian tanaman.
3. Pengelolaan Sampah
Sampah adalah sumber utama pencemaran tanah yang merusak tanah, baik secara struktur dan kandungannya. Jenis sampah anorganik seperti plastik harus di daur ulang melalui mekanisme tertentu. Sebab, jenis sampah palstik memerlukan waktu lama agar terurai secara alami.
4. Pengelolaan Limbah
Jenis limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) tidak hanya mencemari air, karena tanah juga akan terpapar zat-zat berbahaya dari limbah tersebut. Kita dapat melakukan upaya konservasi terhadap tanah dan air untuk mencegah erosi, memperbaiki tanah yang rusak, dan memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah.
Selain itu, konservasi juga bermanfaat untuk menjamin tersedianya air untuk generasi mendatang, penghematan air baik dari segi pengambilan dan pengolahan, serta konservasi bagi habitat makhluk hidup.