Walau umumnya terlihat lucu dan tidak berbahaya, ternyata ada beberapa jenis katak beracun di dunia. Di Indonesia, hewan yang hidup di dua alam ini sering disebut juga sebagai kodok, padahal keduanya berbeda.
Perbedaan Katak dan Kodok
Meski sering dianggap sama, katak dan kodok adalah dua makhluk yang berbeda. Katak atau frog adalah sebutan untuk hewan amfibi dari suku Ranidae dengan ciri utama berkulit mulus dan mampu melompat jauh. Sedangkan kodok atau toad adalah sebutan untuk hewan amfibi dari suku Bufonidae dengan ciri utama berkulit kasar dan melompat pendek.
Namun sayangnya, perbedaan itu hanya berlaku di Inggris. Sebab sebutan katak dan kodok di Indonesia hanya digunakan bagi spesies yang berasal dari suku Ranidae dan Bufonidae. Oleh sebab itu, sebutan “kodok” di Indonesia digunakan untuk spesies dari suku Bufonidae, serta sebutan “katak” untuk spesies dari suku Ranidae, Microhylidae dan Racophoridae.

Secara lebih rinci, berikut ini adalah perbedaan katak dan kodok, antara lain:
- Bentuk tubuh katak lebih ramping dibandingkan tubuh kodok yang lebih gemuk dan membulat
- Kulit katak halus, sedangkan pada kulit kodok terdapat bintil-bintil pada tubuhnya
- Habitat katak berada di pohon, sedangkan katak di atas tanah
- Suara kodok lebih keras dibanding katak, suara khas ini biasanya dikeluarkan bersamaan dengan datangnya musim hujan dan menjadi penanda musim kawin
- Katak berperilaku lebih aktif dibandingkan kodok
- Pada lidah katak terdapat zat perekat untuk menangkap serangga, sedangkan kodok akan memangsa serangga dalam posisi dekat
- Daging kodok lebih tebal dibanding katak sesuai habitat hidupnya
Setelah mengetahui apa perbedaan katak dan kodok, berikut ini adalah penjelasan mengenai spesies katak paling beracun di dunia.
Ciri dan Karakteristik Katak Beracun
Katak yang mempunyai kandungan racun pada kulitnya biasanya mempunyai ciri khas dibanding katak yang tidak beracun. Katak berbahaya umumnya aktif di siang hari dan memiliki tubuh berwarna cerah.
Selain warna cerah, katak beracun juga mempunya pola aposematik untuk memberik peringatan kepada pemangsa. Warna terang berkaitan dengan tingkat toksisitas alkaloid pada kulit mereka.
Katak Beracun di Dunia
Katak paling mematikan di dunia sebagian besar berasal dari hutan hujan Amerika Tengah dan Amerika Selatan, yaitu hutan amazon. Racun katak sering dimanfaatkan oleh suku asli amazon untuk berburu dengan melumuri ujung mata anak panah mereka.
Berikut ini adalah daftar katak atau kodok beracun di dunia, antara lain:
1. Asian Toad atau Kodok Asia

Kodok ini mempunyai nama latin Duttaphrynus melanostictus. Di beberapa daerah, kodok mematikan disebut sebagai bangkong kolong, katak sunda dan katak jawa.
Sebarannya sangat luas, yakni meliputi kawasan Asia Selatan dan Tenggara meliputi Pakistan, Nepal, Bangladesh, India termasuk Kepulauan Andaman dan Nicobar, Sri Lanka, Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, Cina selatan, Taiwan, Hong Kong, Malaysia, Singapura, dan Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Anambas, dan Natuna)
Informasi terbaru dari kodok beracun berukuran sekitar 20 cm ini telah menginvasi pulau Madagaskar dan mengacaukan ekosistem serta populasi hewan lain, seperti ular, elang dan lemur.
2. Golden Poison Frog

Katak ini mempunyai nama ilmiah Phyllobates terribilis. Katak beracun mematikan ini berasal dari Kolombia dan hidup di kawasan hutan hujan dengan curah hujan sangat tinggi. Katak ini hidup dalam kelompok, warnanya yang cerah terlihat sangat menarik meski dibaliknya terdapat racun yang berbahaya.
Phyllobates terribilis termasuk spesies yang terancam punah. Meski umumnya berwarna kuning keemasan, beberapa sub-spesies katak emas memiliki warna beragam, seperti hijau hingga oranye.
3. Panamanian Golden Frog

Katak panama emas bernama latin Atelopus zateki. Katak beracun ini adalah spesies endemik Panama dan menghuni sepanjang lereng hutan pegunungan Coldilleran.
IUCN mencantumkan katak panama emas dalam kondisi kritis, meski faktanya telah dianggap punah di alam liar sejak 2007. Katak berbahaya ini berwarna kuning keemasan dengan bintik hitam di sekujur tubuhnya.
4. Splash-Back Poison Frog

Katak beracun di dunia berikutnya adalah Ranitomeya Variabilis. Katak ini hidup di daerah hutan hujan Ekuador dan Kolombia. Warna katak ini sangat unik, yaitu gradasi warna antara merah, kuning, hijau, dan oranye dengan pola hitam.
5. Granular Poison Frog

Katak bernama ilmiah Oophaga granulifera berasal dari keluarga Dendrobatidae. Habitatnya berada di hutan Kosta Rika dan Panama, berupa hutan tropis dataran rendah.
Ukuran tubuhnya tergolong kecil atau sekitar 2 mm. Pada kulitnya terdapat butiran halus dengan warna khas oranye terang pada bagian kepala, tubuh dan lengan atas. Sedangkan bagian bawah termasuk kaki dan lengan bawah berwarna hijau kebiruan.
Racun dari tubuhnya digunakan untuk bertahan diri dari pemangsa. Warna cerah kulitnya berguna sebagai peringatan untuk predator bahwa tubuhnya mengandung racun berbahaya.
6. Corroboree Frog

Katak corroboree terdiri dari dua spesies, yaitu Pseudophryne corroboree dan Pseudophryne pengilleyi. Katak ini memiliki kemampuan menghasilkan racun sendiri dan bukan berasal dari sumber makanan tertentu seperti katak beracun lainnya di dunia.
Kedua katak tersebut berasal dari Southern Tablelands, Australia. Hewan amfibi beracun ini mampu menghasilkan alkaloid sebagai racun pertahanan diri dan melindungi kulit dari mikroba. Jika racun katak ini masuk ke tubuh pemangsa akan sangat mematikan.
7. Black-Legged Dart Frog

Phyllobates bicolor adalah katak beracun yang berasal dari Kolombia barat, tepatnya di sepanjang sungai San Juan. Katak ini menempati posisi kedua paling beracun.
Seperti katak mematikan lainnya, tubuh amfibi ini juga berwarna cerah, yaitu kuning atau oranye. Habitat hidupnya berada di hutan dataran rendah dengan kelembaban tinggi.
Racunnya dapat menyebabkan kematian pada manusia. Hanya dibutuhkan 150 mikrogram racun untuk membunuh manusia dewasa. Biasanya racun katak ini dimanfaatkan untuk berburu dengan mengoleskan cairan yang keluar dari kulitnya ke ujung panah atau tombak. Sifat racun katak ini adalah membuat lumpuh sistem pernapasan dan otot gerak.
8. Blue Poison Dart Frog

Katak mematikan berwarna biru ini juga disebut dengan Blue Poison Arrow Frog. Nama ilmiahnya adalah D. tinctorius azureus yang berasal dari Suriname. Oleh masyarakat lokal, katak ini dikenal dengan nama okopipi.
Tubuhnya berukuran sedang, yaitu 3 sampai 4,5 cm dengan berat 8 gram. Kulitnya berwarna biru cerah dan cenderung gelap di bagian tungkai. Kulit cerah tersebut merupakan pertanda bahwa tubuhnya mengandung racun yang sangat berbahaya.
Racun yang dimiliki katak ini keluar dari kelenjar alkaloid dan mampu melumpuhkan dan membunuh predator. Bintik-bintik pada kulitnya memiliki pola berbeda-beda pada setiap individu dan bermanfaat untuk identifikasi.
9. Phantasmal Poison Frog

Katak beracun ini berasal dari Ekuador, tepatnya dari lereng pegunungan Andes. Bernama ilmiah Epipedobates tricolor, katak ini mempunyai kombinasi warna-warna cerah. Ukurannya sekitar 22 mm dengan kepala lebar dan moncong seperti terpotong dan kulit halus.
Pada bagian punggung umumnya berwarna hijau atau kuning dengan garis-garis memanjang. Habitat hidupnya berada di hutan hujan tropis.
10. Yellow-Banded Poison Dart Frog

Dendrobates leucomelas adalah nama ilmiah katak mematikan ini. Amfibi beracun ini tersebar di kawasan utara Amerika Selatan, tertama di Venezuela, serta juga ditemukan di Guyana, Brazil dan timur Kolombia.
Habitatnya berada di hutan hujan tropis lembab dekat dengan sumber air tawar. Katak ini mengeluarkan racun dari kulit mereka. Racun tersebut didapatkan dari jenis arthropoda yang dimangsa. Racunnya bersifat neurotoksin yang sangat kuat dan mengganggu impuls saraf yang menyebabkan gagal jantung.
11. Strawberry Poison-Dart Frog

Ukuran katak beracun ini cukup kecil dan berwarna merah seperti buah strawberry. Habitat hidup katak bernama latin Oophaga pumilio adalah di hutan dataran rendah lembab di kawasan Amerika Tengah, meliputi Nikaragua, Kosta Rika hingga Panama.
12. Sky-Blue Poison Frog

Katak bernama latin Hyloxalus azureiventris ini merupakan katak beracun endemik Peru, tepatnya di lembah amazon di wilayah San Martin. Pada tubuhnya terdapat garis-garis dorsolateral yang mengarah ke belakang.