Badak jawa merupakan satwa langka yang saat ini berjumlah sekitar 67 individu (Data Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2017). Sedangkan menurut data IUCN jumlahnya hanya 50 individu. Satwa bercula satu ini termasuk kategori satwa yang di lindungi dan saat ini hanya tersisa di wilayah Ujung Kulon sebagai habitat alaminya.
Sebenarnya, badak bercula satu awalnya tersebar dari India bagian timur, Bangladesh, Indochina hingga Asia Tenggara termasuk Indonesia. Namun saat ini, badak jawa hanya memiliki habitat dengan wilayah sempit dan terbatas, yaitu Semenanjung Ujung Kulon.
IUCN (International Union for Conservation of Nature) telah menetapkan badak jawa pada status CR atau Critically Endangered, yang berarti terancam punah di alam liar.
Daftar Isi
Mengenal Ujung Kulon
Dalam bahasa sunda Ujung Kulon memiliki arti Ujung Barat, yaitu daerah yang berada di paling “kulon” atau paling “barat” di pulau Jawa. Sebelum dikenal sebagai habitat Badak Jawa, Ujung Kulon dikenal sebagai tempat bersemayamnya Pangeran Kiansantang, putra dari Prabu Siliwangi yang berada di Goa Syanghyangsirah.
Ujung Kulon merupakan wilayah yang berbentuk smenanjung, dengan batas Selat Sunda di bagian utara dan Samudera Hindia di bagian Selatan. Wilayah Ujung Kulon secara administratif masuk dalam Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Ujung Kulon ditetapkan sebagai taman nasional dengan total luas 57.500 hektar pada tahun 1980, dimana wilayah tersebut mencakup Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, dan Cagar Alam Gunung Honje beserta daerah hutan lindung di sebelah utara.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 Tanggal 26 Februari 1992, Ujung Kulon ditunjuk sebagai Taman Nasional dengan luas total yang bertambah dari 57.500 hektar pada tahun 1980 menjadi 122.956 hektar dengan rincian kawasan darat 78.619 hektar dan perairan 44.337 hektar.
Wilayah Semenanjung Ujung Kulon dibagi menjadi 3 bagian, yaitu hutan pegunungan di sebelah barat Sungai Cibunar dan Ciujungkulon. Di bagian tengah berupa kawasan yang luas berbentuk bukit dan dataran rendah ke arah timur lau dan selatan. Di bagian utara berupa daerah pasang surut rawa bakau, dari Jamang ke timur mendekati tanah genting di Tanjung Telereng.
Semenjung Ujung Kulon merupakan daerah yang termasuk hutan hujan dataran rendah, dimana memiliki 5 tipe vegetasi kompleks yang menyediakan cukup pakan. 5 tipe vegetasi tersebut adalah hutan pantai, hutan rawa air tawar, hutan hujan dataran rendah, padang pengembalaan dan tumbuhan introduksi.
Oleh karena itu, untuk mencari dan menentukan habitat pengganti bagi Badak Jawa bukanlah hal mudah. Diperlukan kajian dengan menyesuaikan perilaku alami spesies badak agar dapat hidup aman dan nyaman, serta menambah keturunan.
Poin Penting Habitat Badak Jawa di Ujung Kulon
Berikut ini adalah poin-poin penting tentang fakta badak di ujung kulon, antara lain:
- Taman Nasional Ujung Kulon adalah habitat terakhir Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) yang kini memiliki status kritis / Critically Endangered (CR) menurut IUCN
- Badak Jawa berasal dari India bagian timur, Bangladesh, Indochina, Asia Tenggara hingga Indonesia
- Badak Jawa semakin terancam punah karena habitatnya di Semenanjung Ujung Kulon semakin sempati dan populasinya terbatas
- Diperlukan habitat lain untuk Badak Jawa selain di Ujung Kulon, namun diperlukan kajian oleh para ahli agar sesuai dengan kehidupannya