Ngarai Sianok – Bukittinggi adalah kota yang pernah menjadi Ibukota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Kota ini juga pernah menjadi Ibukota Provinsi Sumatra dan Provinsi Sumatra Tengah.
Tak hanya kaya akan nilai historis, Bukittinggi juga mempunyai panorama alam begitu indah, salah satunya adalah Ngarai Sianok. Ngarai Sianok adalah salah satu lembah di Sumatera dengan topografi curam. Lembah ini terletak di perbatasan kota Bukittinggi, tepatnya di Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.
Ngarai Sianok mempunyai kedalaman sekitar 100 meter dengan panjang 15 meter serta lebar 200 meter. Lembah ini menjadi pemisah Pulau Sumatera menjadi 2 bagian dengan bentuk potongan memanjang atau juga dikenal dengan Patangan Semangko.

Patahan lembah ini sangat curam bahkan tegak lurus dibeberapa tempat hasil dari pergerakan turun kulit bumi. Oleh Belanda, ngarai ini dinamakan dengan karbouwengat atau kerbau sanget, karena banyak terdapat kerbau liar hidup bebas memakan rumput subur di dasar lembah.
Bentangan alam ini menjadi salah satu obyek wisata alam andalan, yakni dengan dibukanya Taman Panorama Ngarai Sianok. Tempat liburan ini buka mulai pukul 09.00 WIB sampai 17.30 WIB meski bisa dikunjungi setiap waktu karena merupakan tempat terbuka.
Untuk masuk dan menikmati pemandangan lembah ini kita harus membayar tiket Rp 4.000 per orang. Lokasinya yang berada dekat dengan pusat kota membuat para pengunjung mudah untuk mencari penginapan, seperti hotel maupun villa. Restoran pun mudah ditemukan dan didominasi sajian makanan khas Padang.
Selain menjadi lokasi rekreasi, Ngarai Sianok juga mempunyai legenda yang lama berkembang di masyarakat. Menurut mitos dulu ada seorang lelaki bernama Katik Muno yang memiliki tubuh besar, berkulit sekeras tembaga, dan sangat sakti. Katik Muno awalnya adalah orang dengan sifat baik dan lemah lembut namun berubah menjadi orang jahat dan kasar.

Akibat dari kejahatannya, penduduk sekitar menjadi menderita. Melihat kondisi rakyat Sang Sapurba merasa sangat malu. Untuk menghindari konflik dengan atasannya kemudian Katik Muno berubah menjadi naga dan membagi daratan menjadi 2 bagian. Daratan yang terbagi inilah yang kini dikenal sebagai Ngarai Sianok.
Pada saat awal pemisahan, diceritakan dulunya dasar lembah dialiri oleh api yang membara. Akan tetapi setelah Katik Muno dan Sang Sapurba bertempur dan dimenangkan oleh Sang Sapurba, maka aliran api tersebut diubah oleh Katik Muno menjadi aliran air sebagai wujud permintaan maaf.
Kondisi Ngarai Sianok sempat mengalami sedikit perubahan, tepatnya saat terjadi gempa Pulau Sumatera pada tahun 2007, yaitu sebagian dinding lembah runtuh. Namun kejadian ini tidak mengubah minat pengunjung untuk tetap berwisata ke tempat ini.
Keindahan Ngarai Sianok tak perlu diragukan lagi, buktinya pada perhelatan Padang Tourism Award pada tahun 2007 di Padang, Sumatera Barat, lembah ini mendapat penghargaan sebagai The Best Tourism Object.

Di kawasan wisata alam ini kita tak hanya disuguhi pemandangan tebing curam, ada pula sungai bernama Batang Sianok. Sungai ini dialiri air yang jernih dan bermuara ke Samudera Hindia. Batang Sianok juga menjadi lokasi cara event olahraga air, seperti Kano, Kayak dan Arung Jeram.
Kawasan Ngarai Sianok juga menjadi habitat bunga langka, yakni Bunga Rafflesia serta berbagai macam tanaman obat-obatan yang tumbuh subur di tepi sungai. Sedangkan fauna yang ada di lembah ini adalah Monyet Ekor Panjang, Macan Tutul, Siamang, Babi Hutan, Tapir Asia, serta beragam jenis burung yang hidup di hutan sekitar ngarai.