Pohon Sagu – Taksonomi, Morfologi, Sebaran, Manfaat & Budidaya

3.5/5 - (15 votes)

Pohon sagu atau Rumbia adalah salah satu jenis tanaman yang menjadi bahan makanan utama sebagian penduduk Indonesia, terutama masyarakat Indonesia timur. Biasanya tumbuhan ini hidup di daerah rawa-rawa air tawar dan lahan gambut, sekitar aliran sungai dan sumber air di kawasan hutan rawa.

Pixabay

Sagu dijadikan makanan pokok karena mengandung karbohidrat tinggi. Selain itu, pada tanaman sagu terkandung banyak zat yang baik untuk tubuh serta memiliki manfaat lain yang dapat diambil dari bagian-bagian pohonnya.

Taksonomi Pohon Sagu

Tumbuhan yang lekat dengan kehidupan masyarakat Papua ini mempunyai klasifikasi ilmiah sebagai berikut:

Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Klas Monocotyledoneae
Ordo Arecales
Family Arecaceae
Genus Metroxylon
Species Metroxylon sagu Rottb.

Morfologi Pohon Sagu

Pohon yang juga dikenal dengan sebutan rumbia ini memiliki ciri dan karakterstik sebagai berikut:

pohon sagu histori.id/

1. Batang

Morfologi pertama dari pohon sagu yang akan kita bahas adalah bentuk batangnya. Sagu umumnya tumbuh setinggi 10 hingga 15 meter. Batangnya berbentuk silinder dengan diameter 35 c, sa,[ai 50 cm yang merupakan komponen paling penting dari tumbuhan ini. Sebab pada bagian batang inilah karbohidrat dan berbagai cadangan makanan tersimpan. Batang sagu sanggup menyimpan 150 kg hingga 300 kg sari pati basah.

2. Akar

Meskipun besar dan tinggi menjulang, pohon sagu memiliki akar berjenis serabut. Meski begitu, akarnya sangat kuat karena tumbuh menjalar dan menebal seiring berkembangnya pohon.

3. Daun

Pohon sagu memiliki daun berbentuk memanjang dan agak melebar disertai dengan tekstur khusus. Meski sekilas seperti daun kelapa, tapi pada kenyataannya tanaman sagu dan kelapa berasal dari famili berbeda.

Pada saat daun masih muda atau pelepah, maka akan tersusun secara berlapis dan saat tanaman telah dewasa akan terlepas dan melekat mandiri pada ruas batang. Daun sagu muda berwarna hijau muda dan akan berangsur menjadi hijau tua dan cokelat kemerahan saat tanaman tua.

Pohon sagu biasanya mempunyai sekitar 18 tangkai daun dengan panjang kurang lebih sekitar 6 sampai 7 meter. Selain itu, tangkai di setiap 50 pasang daun ukurannya cukup bervariasi, panjangnya antara 60 hingga 180 cm serta lebar 5 cm.

Tanaman sagu memiliki daun yang serupa dengan daun kelapa atau daun pinang jika dilihat dari kejauhan. Pelepah daunnya tersusun berlapis-lapis yang ketika dewasa nanti akan melekat sendiri dan menempel pada ruas batangnya.

Keunikan dari daun sagu adalah adanya 1.000 stomata setiap mm2 daun. Kondisi ini menyebabkan pohon sagu mudah berfotosintesis dengan cara menyerap dan mengikat karbondioksida yang kemudian dirubah menjadi karbohidrat.

baca juga:  Bunga Kecombrang - Taksonomi, Morfologi, Manfaat & Cara Tanam

4. Bunga

Bunga pohon sagu termasuk bunga majemuk dan biasanya muncul dari ujung batang sagu. Bunga tanaman ini warnanya sangat indah, yaitu merah kecokelatan. Bunganya tersusun dari banyak cabang dengan sepasang bunga jantan dan betina.

Umumnya, pohon sagu berbunga saat berusia 10 hingga 15 tahun tergantung dari jenisnya. Setelah berbunga, pohon ini akan kering dan mati.

5. Buah

Sagu juga menghasilkan buah yang akan muncul setelah menginjak usia 2 tahun. Buah dengan tekstur bersisik ini berbentuk bulat dengan warna cokelat kekuningan.

Sebaran Pohon Sagu

Ada dua daerah di Indonesia yang menjadikan sagu sebagai konsumsi utama, yaitu Papua dan Maluku. Di daerah tersebut, sagu menjadi makanan pokok sama seperti beras.

Masyarakat Papua menjadikan pohon sagu sebagai tanaman pangan sebagai sumber utama karbohidrat. Salah satu contoh suku Papua yang menjadikan sagu sebagai makanan pokok antara lain suku asli di Jayapura.

Papeda adalah menu utama olahan sagu di daerah Indonesia timur. Papeda merupakan makanan khas dari Papua. Selain itu, sagu juga bisa diolah menjadi makanan lain seperti kue. Sedangkan di Maluku, masyarakatnya juga menjadikan sagu sebagai bahan pangan pokok.

Hampir sama seperti di Papua, sagu tidak hanya diolah menjadi makanan utama namun juga bisa menjadi berbagai menu masakan, meskipun dalam mengolahnya perlu keahlian khusus dan tidak bisa dilakukan dengan mudah karena teksturnya yang tebal. Contoh makanan yang sering dibuat oleh masyarakat Maluku adalah papaya yang dibentuk seperti roti dan disajikan saat sarapan bersama kopi atau teh hangat.

Sumber kandungan karbohidrat sagu yang tinggi, bebas gluten serta kandungan gula dan lemak yang sangat rendah merupakan kandungan utama dari sagu.

Meskipun sebagian besar pohon sagu tumbuh di Papua dengan luas lahan hingga 1,2 juta hektar, tanaman ini juga tersebar di beberapa daerah lain seperti Provinsi Papua Barat, Sulawesi, Sumatera khususnya Riau, Kalimantan dan Kepulauan Mentawai.

Manfaat Pohon Sagu

Sagu memiliki banyak manfaat bagi manusia. Berikut ini adalah beberapa contoh manfaat sagu, antara lain :

1. Kaya Nutrisi

Sagu adalah sumber makanan yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Selain karbohidrat tinggi yang terkandung di dalamnya, sagu juga mengandung nutrisi lain seperti protein, lemak, serat dan zink. Keunggulan sagu adalah kadar gluten yang rendah sehingga baik untuk dijadikan pengganti tepun bagi penderita celiac dan yang tengah menjalani diet ketat. Sagu juga kaya akan antioksidan yang memiliki manfaat untuk menangkal radikal bebas.

baca juga:  Katilayu - Morfologi, Getah, Manfaat & Cara Pengolahan

2. Memperkuat Stamina

Tepung sagu mengandung protein tinggi, sehingga dapat membantu tubuh dalam respon peningkatan insulin. Kandungan insulin dalam darah dapat membuat seseorang tidak mudah mengalami kelelahan, tentunya hal ini sangat bermanfaat bagi mereka yang suka berolahraga dan aktivitas fisik lainnya.

3. Sumber Energi Tambahan bagi Tubuh

Kandungan karbohidrat yang tinggi dalam sagu, memiliki sifat mudah dicerna dan diserap tubuh sehingga menjadikannya sebagai sumber makanan pokok yang tepat. Tubuh akan mengubah karbohidrat menjadi glukosa sehingga tubuh mendapatkan energi.

4. Memperlancar Sistem Pencernaan

Mengonsumsi sagu memberikan manfaat bagi sistem pencernaan kita. Sagu merupakan sumber makanan turun temurun dan dipercaya mampu mengobati berbagai penyakit pencernaan seperti kembung, sembelit, asam lambung, maag, dan gangguan pencernaan lainnya. Manfaat ini diperoleh karena kandungan seratnya yang tinggi. Kandungan serat tersebut sangat bermanfaat untuk mempercepat proses pencernaan, sehingga membantu menyeimbangkan pertumbuhan bakteri pada usus.

Budidaya Pohon Sagu

Tanaman sagu yang paling banyak ditanam dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia adalah jenis Metroxylon spp. Jenis ini lebih banyak ditemukan di daerah Riau dan Maluku.

tumbuhan sagu Pixabay

Budidaya tanaman sagu memerlukan teknik dan cara khusus agar dapat berhasil. Sebab tanaman ini memiliki siklus pertumbuhan yang cenderung berbeda dengan tanaman lain.

Umumnya, sagu ditanam di kawasan tanaman di daerah rawa berair tawar atau sekitar sungai. Dengan ekosistem tersebut, tak heran jika tanaman ini tergolong tanaman yang membutuhkan konsumsi banyak air.

Sagu juga akan lebih tumbuh optimal tumbuh pada tanah dengan kandungan organik cukup tinggi. Kandungan organik pada tanah ini biasanya terkait dengan unsur kalsium, fosfat, potasium, dan magnesium.

1. Pengadaan Bibit Sagu

Ada dua metode penanaman sagu yang bisa diaplikasikan. Pertama adalah metode generatif. Metode ini juga sering disebut dengan budidaya melalui biji. Sementara yang kedua adalah metode vegetatif. Artinya, budidaya menggunakan anakan yang menempel pada pangkal batang induk.

Syarat bibit yang digunakan pada metode generatif adalah biji yang berasal dari buah yang telah tua. Sebaiknya, buah tersebut diambil dari pohon induk dengan ukuran yang tidak terlalu besar atau kecil, bertunas, dan sehat.

Untuk pembibitan metode vegetatif, bibit pohon diambil dari tunas yang umurnya tidak sampai 1 tahun. Ukuran diameternya sekitar 13 cm dengan tinggi kurang lebih 1 meter.

2. Penyemaian dan Pembibitan

Sama seperti proses pembibitannya, proses penyemaian pohon sagu juga menggunakan dua metode. Namun yang akan kita bahas kali ini adalah metode generatif yang umum diterapkan.

Pada penyemaian metode generatif, kita perlu menyiapkan wadah berukuran tinggi 40 cm dengan panjang kurang dari 2 m dan lebar 1,5 cm. Isi wadah tersebut dengan campuran pasir dan serbuk gergaji hingga sepertiga bagian.

Usahakan jarak penyemaian antar bibit semai sekitar 10 x 10 atau 15 x 15 cm. Apabila bibit sagu telah muncul daun berjumlah 3 helai dengan rentang usia 1-2 bulan, maka bibit tanaman yang disemai sudah bisa kita pindahkan ke bedengan pembibitan.

3. Persiapan dan Pengolahan Media Tanam

Disarankan unutk mempersiapkan lahan atau media tanam di awal-awal musim hujan. Oleh sebab itu, proses pengolahan lahan harus dilakukan sebelum proses penanaman dilakukan.

Langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah membersihkan lahan tanam dari tanaman lain. Setiap tanaman yang tumbuh mengganggu di lahan tersebut harus segera disingkirkan agar tidak menyerap nutrisi yang diperlukan oleh tanaman sagu.

Selanjutnya buat bedengan tanaman yang dilakukan dengan cara pembuatan blok. Ukuran blok ini biasanya sekitar 400 x 400 meter. Tepat di bagian tengahnya akan dibuat 3 macam kanal, yaitu kanal utama, kanal sekunder, dan kanal tersier.

Sistem kanal ini sebenarnya ditujukan untuk infrastruktur sistem budidaya sagu. Apalagi biasanya kebun sagu berupa daerah berawa yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Selain itu, kita juga tidak boleh lupa untuk membuat sistem drainase dengan lebar sekitar 1 meter.

4. Penanaman Sagu

Setelah menyiapkan lahan media tanam, maka langkah selanjutnya adalah proses menanam bibit sagu. Proses menanam dengan sistem blok membutuhkan jarak tanam antara 8 hingga 10 meter. Perlu diketahui, setiap jenis sagu memiliki jarak tanam yang berbeda-beda sesuai jenisnya.

Sangat disarankan untuk membuat lubang tanam pada 1 minggu sebelum proses menanam berukuran 30 x 30 x 30 cm. Tanah hasil galian bagian atas harus dipisahkan dengan tanah bagian bawah, lalu biarkan selama beberapa hari.

Penanaman dilakukan dengan cara membenamkan dangkel pada lubang tanam. Tanaman harus diberi penyangga atau yang dikenal dengan sebutan sampiang. Penyangga ini diletakkan secara menyilang di bagian depan batang tanaman.

Perlu diketahui jika tanaman sagu yang baru ditanam sangat mengandalkan pasokan air. Oleh sebab itu, jangan lupa untuk memperhatikan pasokan air di sekitar lokasi tanam. Usahakan penanaman dilakukan di awal masa musim penghujan sehingga masalah ketersediaan air lebih mudah diatasi.

5. Pemeliharaan Tanaman Sagu

Dalam setiap budidaya tanaman apapun akan menjalani tahapan perawatan untuk menjaga kualitas tanaman, yaitu tahap pemeliharaan tanaman. Pada tanaman sagu, langkah pemeliharaan yang dilakukan tidak terlalu berbeda dengan tanaman lain. Umumnya, langkah pemeliharaan ini terdiri dari pengendalian gulma, hama serta penyakit.

6. Proses Panen

Usia paling tepat untuk memanen sagu saat berusia 7 tahun yang ditandai dengan pembengkakan pada batang serta pelepah daun sagu yang memutih. Proses memanen ini dimulai dengan membersihkan jalan untuk masuk ke rumpun tanaman sekaligus untuk membersihkan batang yang dipotong.

Pemotongan ini dilakukan sedekat mungkin dengan bagian agar menggunakan bantuan mesin pemotong, lalu bersihkan batang dari pelepah hingga menyisakan gelondongan batangan sagu berukuran 6 hingga 15 m. Sebaiknya potong gelondongan tersebut dengan ukuran masing-masing 1 hingga 2 m agar lebih mudah dalam proses pengangkutannya.

Industrial Engineer, Civil Servant, Entrepreuner & Writer.