Pohon Sungkai – Morfologi, Manfaat, Harga & Budidaya

Sungkai adalah salah satu pohon yang kayunya kerap dimanfaatkan oleh masyarakat. Pohon dengan nama latin Peronema canescens ini juga disebut sebagai jati sabrang, ki sabrang, kurus dan sekai yang termasuk dalam famili Verbenaceae.

Taksonomi

Secara ilmiah, sungai memiliki klasifikasi sebagai berikut:

KerajaanPlantae
DivisiMagnoliophyta
KelasMagnoliopsida
OrdoLamiales
FamiliVerbeaceae
GenusPeronema
SpesiesPeronema canescens

Ciri Mofologi

Pohon sungkai dapat tumbuh mencapai ketinggian antara 20 m hingga 30 m dengan cabang mencapai 10 m. Diameter batang sungkai sekitar 60 cm dengan batang lurus dan berlekuk dangkal, tidak berbanir, serta ranting dipenuhi bulu-bulu halus. Sungkai berbuah sepanjang tahun.

Kulit luar tumbuhan sungkai berwarna kelabu atau sawo muda, beralur dangkal dan mengelupas kecil dan tipis. Pohon sungkai menghasilkan kayu teras yang berwarna kuning muda atau krem. Kayu sungkai memiliki ciri-ciri bertekstur kasar, kesat, tidak merata dengan arah serat lurus dan terkadang bergelombang.

Sama seperti jenis-jenis kayu dari pohon keras lainnya, kayu sungkai seringkali dimanfaatkan untuk rangka atap bangunan karena bersifat ringan dan kuat. Selain itu, penggunaan kayu sungkai juga dipakai pada konstruksi tiang dan jembatan.

Kayu dari pohon sungkai dijadikan alternatif pengganti kayu jati karena menghasilkan kayu yang baik, yakni kelas kuat II – III dan kelas awet II. Oleh karena itu, prospek budidaya tanaman sungkai dapat dijadikan ladang bisnis yang cerah dan menguntungkan karena permintaan kayu yang cukup banyak.

baca juga:  Pohon Waru - Taksonomi, Morfologi & Manfaat

Sebaran dan Habitat

Pohon sungkai dapat ditemukan di daerah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat dan hampir seluruh wilayah Kalimantan. Tumbuhan sungkai cocok tumbuh di daerah tropis bercurah hujan A hingga C, baik ditanah kering maupun sedikit basah pada ketinggian 0 mdpl hingga 600 mdpl.

Kandungan tanah yang kaya akan unsur hara adalah media yang tepat bagi pertumbuhan pohon sungkai. Dianjurkan pohon sungkai tidak ditanam pada jenis tanah mergel.

Manfaat Kayu Sungkai

Sebelum mengetahui apa manfaatnya, berikut adalah spesifikasi dan ciri-ciri kayu sungai:

  • warna kayu gubal putih dan bila dikeringkan berubah menjadi kekuning-kuningan, sedangkan warna kayu bagian teras putih sedikit gelap dan agak tua
  • tekstur kayu sungkai agak kasar
  • apabila diraba menciptakan kesan rapa permukaan yang agak kesat
  • arah serat sungkai cenderung lurus dan terkadang bergelombang

Kayu sungkai oleh sebagian pengrajin dimanfaatkan untuk pembuatan mebel, kerajinan dan bahan konstruksi atap. Berikut ini adalah keunggulan dan kelemahan kayu sungai, yaitu:

kayu sungai custommebel.com

1. Keunggulan

Kayu sungkai memiliki serat yang cukup bagus dan karakter kayunya awet, sehingga cocok digunakan untuk pembuatan furniture dengan konsep minimalis yang menonjolkan serat kayu. Kekuatan kayunya juga disukai oleh tukang kayu karena pengerjaannya relatif mudah.

Kombinasi antara serat, kekuatan kayu dan harga yang lebih murah dibandingkan jenis kayu lainnya membuat sungkai menjadi alternatif pilihan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kayu.

baca juga:  Air Terjun Siluman - Guyuran Misterius di Tengah Hutan Langkat

2. Kelemahan

Meski dapat digunakan untuk produk furniture dan bahan konstruksi, namun kayu sungkai memiliki kelemahan, yaitu tidak cocok untuk penggunaan luar ruangan.

Contohnya adalah sebagai kursi di luar ruangan yang terkena sinar matahari terus menerus, karena kayu ini tidak tahan terhadap air seperti layaknya kayu jati. Selain itu, kayu sungkai juga rentan terkena serangan hama rayap.

Harga dan Budidaya

Dalam perdagangan kayu, jenis kayu sungkai memiliki harga yang stabil dan tidak seperti kayu ulin atau merbau yang cenderung melambung tinggi. Kayu sungkai per log dihargai sekitar 4 juta hingga 5 juta per meter kubik. Sementara harga kayu sungkai olahan berada pada kisaran 6 juta hingga 8 juta tergantung pada kualitas kayunya.

Mengingat kebutuhan kayu sungkai yang ada terus menerus, hal ini memberikan peluang usaha budidaya pohon sungkai guna mendapatkan hasil berupa kayu. Berikut ini adalah langkah atau cara budidaya pohon sungkai yang dapat diterapkan.

tanaman sungkai Google Images

1. Persiapan Bibit Sungkai

Perbanyakan benih diperoleh dari buah yang telah tua dengan ciri berwarna cokelat tua. Namun, pembudidaya sungkai lebih menyukai perbanyakan secara vegetatif karena lebih menghemat waktu.

Perbanyakan vegetatif diperoleh dari stek batang dengan mengambil terubusan pohon yang berumur kurang dari dua tahun ditunggul bekas tebangan. Tunggul yang dipilih menjadi induk dari terubusan calon stek berasal dari tegakan yang terpilih.

Setelah bibit stek dipilih dari terubusan yang sehat dan berkayu dengan diameter < 2,5 cm dan panjang 25-30 cm. Dilanjutkan merangsang pertumbuhan akar dengan cara memberi hormon pertumbuhan. Setelah itu, bibit ditanam atau disemaikan pada polybag dengan pemberian naungan.

Penyiraman dapat dilakukan dua kali sehari. Pengawasan terhadap serangan haman dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida atau fungisida. Setelah tanaman sungkai berumur sekitar 3 bulan, nionit sungkai dapat dipindah ke lahan tanam yang lebih luas.

2. Persiapan Lahan Tanam Sungkai

Lahan tanam harus dibersihkan dari gulma dan tanaman pengganggu lainnya, kemudian dilakukan pengolahan. Penanaman dengan sistem jalur dan cemplongan didahului dengan membuat dan memasang ajir.

Selanjutnya, lubang tanam dibuat dengan jarak tanam sekitar 2 m x 2 m atau 4 m x 2 m. Sebaiknya, lubang tanam dibuat satu atau dua minggu sebelum penanaman pohon sungkai dilakukan.

3. Penanaman Pohon Sungkai

Apabila lahan tanam telah siap, maka penanaman dapat dilakukan. Bibit yang diambil dari tempat semai dilepaskan dari polybag dengan hati-hati agar akar sungkai tidak rusak. Tanam bibit sungkai dengan posisi tegak, lalu tutup dengan tanah gembur yang sedikit dipadatkan.

4. Perawatan Pohon Sungkai

Agar panen kayu sungkai dapat maksimal, maka diperlukan penyulaman, penyiangan, pendanguran, pemupukan dan pemberantasan hama penyakit. Penyulaman dilakukan pada tahun pertama dan kedua setelah penanaman.

Penyiangan, pendangiran dan pemukukan dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu ketika awal dan akhir musim penghujan hingga pohon tumbuh cukup besar.

Hama penyakit yang menyerang pohon sungkai umumnya adalah penggerek batan dan penggerek pucuk. Untuk menanganinya, penggunakan insektisida sistemik sangat dianjurkan.

Industrial Engineer, Civil Servant, Entrepreuner & Writer.