Upaya melestarikan hutan dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya adalah dengan kegiatan silvikultur yang memiliki peranan penting dalam bidang kehutanan. Budidaya hutan atau yang kita sebut silvikultur ini juga dipelajari dalam jurusan atau program studi dibeberapa perguruan tinggi ternama, seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Indonesia memiliki harapan baru dalam kejayaan perusahaan hutan alam melalui sistem silvikultur. Budidaya hutan agar tetap lestari serta mampu memenuhi kebutuhan hasil hutan, baik kayu maupun non kayu sangat diperlukan.
Saat ini, ilmu mengenai budidaya hutan juga telah berkembang pesat. Contohnya adalah metode penembakan sinar elektromagnetik untuk pembudidayaan yang maksimal.
Daftar Isi
Pengertian Silvikultur
Silvikultur adalah kegiatan pengendalian proses permudaan (penanaman), pertumbuhan, komposisi, kesehatan dan kualitas suatu hutan untuk mencapai aspek ekologi dan ekonomi yang diharapkan.
Lebih spesifik lagi, bidang studi yang masih berkaitan dengan silvikultur adalah silvologi. Silvologi adalah studi mengenai hutan dan kayu.
Silvikultur fokus terhadap perawatan tegakan hutan agar tetap produktif. Dapat dikatakan, silvikultur adalah perpaduan antara ilmu dan seni menumbuhkan hutan berdasarkan ilmu silvika, yakni pemahaman mengenai sifat hidup jenis-jenis pohon serta interaksinya dalam tegakan, dan penerapannya memperhatikan karakteristik lingkungan tertentu.
Definisi lain mengenai silvikultur juga dikemukakan oleh Broun pada tahun 1912, yaitu: The theory and practice of controlling the establishment composition, character, and growth of forest stands to satisfy specific objectives.
Silvikultur berbeda dengan kehutanan, bedanya terletak pada cakupan silvikultur pada arah tegakan, sedangkan kehutanan bersifat lebih umum.
Hasil Hutan
Tujuan dari sistem budidaya hutan adalah tercukupinya kebutuhan hasil hutan, baik berupa kayu dan non kayu. Hasil hutan berupa kayu yang memiliki nilai ekonomis tinggi, antara lain jati, mahoni, ulin, gaharu dan sebagainya. Sedangkan hasil hutan non kayu, seperti madu lebah hutan, getah, dan lainnya.
Fungsi dan Tahap Silvikultur
Sistem ini memiliki prioritas untuk mencapai pengelolaan hutan secara lestari, dengan tahap berikut ini:
1. Kontrol
Kegiatan kontrol dalam budidaya hutan adalah aktivitas mengamati dan menganalisa, apakah pada hutan tersebut diperlukan tindakan silvikultur atau tidak. Pertimbangan secara ekonomi juga harus diperhitungkan, agar biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan budidaya hutan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
2. Fasilitasi
Kegiatan budidaya hutan yang dilakukan setelah kegiatan kontrol. Fasilitasi merupakan tindakan penyiangan, pemberian pupuk, pemangkasan, dan tindakan lainnya. Tujuan dari kegiatan ini agar pohon dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
3. Perlindungan
Perlindungan diperlukan agar tanaman hutan tidak terkena serangan hama dan penyakit dengan ccara melakukan pencegahan dan perbaikan.
4. Fungsi Penyelamatan
Penyelamatan adalah kegiatan untuk menghilangkan berbagai macam gangguan yang terjadi pada hutan. Misalnya pemadaman hutan ketika terjadi kebakaran, penghilangan hama dan penyakit.
Sistem Silvikultur
Sistem silvikultur adalah suatu sistem yang mencakup seluruh pengelolaan hutan produksi, mulai dari penyemaian hingga tahap pemanenan pada hutan produksi alam (IUPHHK-HA) serta hutan tanaman (IUPHHK-HT) secara berkelanjutan.
IUPHHK-HA merupakan kependekan dari Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam. Sedangkan IUPHHK-HT merupakan kependekan dari Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Hutan Tanaman.
Kementerian Kehutanan (saat ini menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) telah mengatur sistem silvikultur melalui peraturan yang dikeluarkan. Peraturan ini membatasi perusahaan yang memegang hak IUPHHK-HA atau IUPHHK-HT agar tidak melakukan kegiatan silvikulur tanpa dasar yang jelas.
Beberapa sistem silvikultur yang telah dikenal dan diterapakan di Indonesia adalah TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia), TPTJ (Tebang Pilih Tanam Jalur), TR (Tebang Rumpang), dan THPB (Tebang Habis Permudaan Buatan).
a. TPTI – Tebang Pilih Tanam Indonesia
Sistem tebang pilih tanam merupakan cara silvikultur yang meliputi penebangan dan permudaan hutan. Sistem silvikultur ini adalah perpaduan cara tebang pilih Filipina (selective logging), penyempurnaan hutan dengan tanaman pengayaan (enrichment), pembinaan permudaan dengan penebasan tumbuhan pengganggu, serta penerapan batas minimum diameter di Indonesia.
Pelaksanaan sistem silvikultur ini didasari pada hal-hal berikut:
- Azas kelestarian hutan bertujuan agar kelestarian hutan untuk produksi dan ekosistem yang ada didalamnya tercapai. Hasilny adalah pengusahaan hutan yang terus berjalan dan fungsi ekosistem terjaga dengan baik.
- Penggunaan teknik silvikultur yang digunakan harus sesuai dengan tipe hutan, sifat-sifat tumbuhan, dan kondisi ekologi.
- Keuntungan dari pengusahaan hutan serta pengawasan yang efektif dan efisien.
Silvikultur TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia) memiliki prinsip dasar sebagai berikut:
- Rotasi tebang
- Adanya tanaman pengayaan
- Pembatasan diameter minimum tebangan
- Adanya pohon inti
- Pencegahan erosi
- Pengamanan hutan
b. TPTJ – Tebang Pilih Tanam Jalur
Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 309/kpts-II/1999 tentang Sistem Silvikultur dan Daur Tanam Pokok dalam Pengelolaan Hutan Produksi, memberi pengertian bahwa sistem silvikultur TPTJ (Tebang Pilih Tanam jalur) adalah sistem yang meliputi cara tebang pilih dengan batas diameter 40 cm dan diikuti permudaan buatan dalam jalur.
Sistem silvikultur TPTJ wajib dilakukan penanaman tanaman pengayaan pada areal bekas jalur tebangan dengan jarak tanam antar jalur 25 m dan jarak tanam antar pohon 5 m. Adanya ruang antar jalur ditujukan agar keanekaragaman hayati berkembang dan memperkaya kelestarian ekosistem.
Dibandingkan sistem TPTI, sistem TPTJ memiliki kelebihan yaitu lebih terjaminnya produktivitas hutan karena mekanisme kontrol lebih optimal dan mudah dilakukan.
c. TR – Tebang Rumpang
Tebang rumpang adalah pemanenan yang dilakukan berdasarkan kelompok pohon di dalam bentuk rumpang. Rumpang adalah bentuk ruang terbuka hasil dari penebangan kelompok vegetasi yang berbentuk melingkar berukuran 1-2 kali tinggi pohon tepinya.
Tujuan sistem tebang rumpang adalah untuk meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak seumur melalui cara tebang kelompok. Selain itu, ruang tumbuh dalam rumpang juga dimanfaatkan untuk meningkatkan tiap pertumbuhan agar menghasilkan produksi yang berkelanjutan.
Sistem silvikultur tebang rumpang memiliki prinsip-prinsip berikut:
- Membuat ruang tumbuh yang optimal
- Rumpang menjadi unit perlakuan silvikultur
- Mempertahankan keanekaragaman hayati
- Sistem untuk tegakan tidak seumur
- Teknik pemanenan tebang kelompok rumpang yang terdapat satu jalan sarad sistematis menuju TPn
- Unit manajemen terkecil adalah TPn
d. THPB – Tebang Habis Permudaan Buatan
Sistem THPB adalah sistem silvikultur yang terdiri dari cara penebangan dan cara permudaan kembali. Sistem ini digunakan pada hutan tanaman untuk keperluan industri. Sistem THPB memiliki keunggulan yaitu terciptanya hutan dengan kualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri kehutanan.
Inti Sistem Silvikultur
Kegiatan pada sistem silvikultur pada dasarnya meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Permudaan
Permudaan hutan adalah usaha memperbarui tegakan hutan dengan cara menanam pohon baru. Metode permudaan, spesies yang ditanam, serta kepadatan tegakan pohon dipertimbangkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Permudaan dapat dibedakan atas permudaan alami dan permudaan buatan.
Permudaan buatan menjadi metode yang paling umum dalam menanam. Sebab, metode ini lebih dapat diandalkan dibandingkan regenerasi alami. Penanaman dapat menggunakan semai (bibit), stek, atau benih.
Regenerasi secara alami adalah permudaan hutan dengan memanfaatkan biji dari pohon-pohon induk yang tersisa, semai akar atau terubusan dari tunggak. Konifer melakukan regenerasi melalui biji, sedangkan sebagian jenis pohon berdaun lebar dapat memperbanyak spesiesnya melalui terubusan akar atau tunggak.
2. Perawatan Hutan
Pengayaan (enrichment) adalah upaya meningkatkan kepadatan tegakan hutan dengan melakukan penanaman di hutan yang telah tumbuh. Istilah pengayaan digunakan jika jenis tanaman yang ditanam berbeda dengan jenis-jenis pohon yang telah ada. Sedangkan jika jenisnya sama, maka disebut dengan penyulaman atau penyisipan.
Penjarangan (thinning) adalah kegiatan mengendalikan jumlah pohon pada area tertentu, misalnya dengan menebang pohon yang tumbuh tidak normal atau kualitas kayu yang buruk, sehingga memberi ruang lebih kepada pohon lain yang sehat.
Tindakan ini bukan untuk menyediakan ruang untuk menanam kembali, melainkan sebagai seleksi untuk menebang pohon tertentu maupun secara mekanis dengan pola tertentu. Penjarangan juga dilakukan dengan tujuan ekologi, seperti untuk melestarikan spesies tertentu dan bukan hanya hasil kayu. Penjarangan berulang kali dapat menjaga kadar karbon dalam tanah lebih baik dibandingkan metode tebang habis kemudian ditanam kembali.
Pemangkasan (pruning) dalam silvikultur adalah pemotongan cabang terendah dari suatu pohon yang tidak produktif dalam proses fotosintesis dan mencegah perkembangan mata kayu. Kayu yang terbebas dari mata kayu memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Program Studi Silvikultur
Ilmu mengenai sistem silvikultur dapat diperdalam melalui program studi silvikultur. Saat ini, jurusan mengenai ilmu budidaya hutan telah ditawarkan oleh dua perguruan tinggi ternama, yakni Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Berikut ini adalah daftar lengkap universitas di Indonesia yang menawarkan program studi silvikultur serta akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), yaitu:
No. | Nama Perguruan Tinggi | Akreditasi BAN-PT |
1 | Institut Pertanian Bogor (IPB) | A |
2 | Universitas Gadjah Mada (UGM) | A |
3 | Universitas Bengkulu | B |
4 | Universitas Lambung Mangkurat (ULM) | B |
5 | Universitas Pattimura (Unpatti) | B |
6 | Universitas Muhammadiyah Malang | B |
7 | Universitas Negeri Papua | C |
Pada perkuliahan jurusan silvikultur, dibahas berbagai mata kuliah mengenai budidaya kelestarian hutan hingga rekayasa genetik untuk permudaan hutan.
Materi perkuliahan ketika menempuh jurusan ini antara lain:
a. Dendrologi
Dendrologi adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar di bidang kehutanan yang mempelajari tentang pengertian pohon, morfologi atau sifat botani, taksonomi atau klasifikasi tumbuhan, penjelasan suku, marga dan jenis spesies tumbuhan dalam hutan, serta kegiatan eksplorasi flora kehutanan.
Penjelasan mengenai ilmu dendrologi dapat dibaca secara lengkap pada tautan berikut: Ilmu Dendrologi
b. Ekologi Hutan
Pelajaran atau mata kuliah ini mempelajari tentang ekologi dan ekosistem hutan, prinsip energi, produktivitas, dinamika masyarakat tumbuhan, klasifikasi dan formasi hutan, vegetasi hutan, keanekaragaman hayati, hubungan masyarakat tumbuhan dengan lingkungan, serta dampak adanya gangguan hutan.
Pembahasan lebih lanjut mengenai bidang ini dapat dibaca pada tautan berikut: Ekologi
c. Silvika
Silvika merupakan cabang ilmu yang mempelajari faktor klimatis, edafis, hidrologis, biologi, fisiografi dan interaksi berbagai macam faktor tersebut dalam memengaruhi pertumbuhan pohon, regenerasi dan bentuk tegakan hutan. Selain itu, silvika juga membahas tentang pengaruh hutan terhadap lingkungan.
d. Perlindungan Hutan
Perlindungan hutan merupakan upaya yang dilakukan kepada hutan untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan serta hasil hutan akibat faktor-faktor pengganggu.
Gangguan pada hutan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain hama, penyakit, kebakaran hutan, penggembalaan ternak, pencurian hasil hutan serta alih fungsi lahan secara ilegal.
Perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga hutan agar fungsinya tetap optimal dan lestari sesuai peruntukannya. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan dan pemberantasan, contohnya adalah pemadaman api ketika terjadi kebakaran hutan.
e. Praktik Pengenal Ekosistem Hutan
Pengenalan ekosistem hutan dilakukan dengan kegiatan praktik melalui pengamatan dan pengukuran komponen ekosistem hutan alam dan hutan tanaman, mulai dari kawasan pantai hingga pegunungan untuk mengenal tipe-tipenya.
Bagian-bagian ekosistem yang diamati berupa komponen satwa liar, fisik tanah, iklim, perilaku vegetasi, interaksi antar komponen suatu ekosistem, manfaat suatu tipe ekosistem di dalam hutan bagi kehidupan, serta pengenalan status dan fungsi hutan.
f. Syn-Ekologi Hutan
Studi syn-ekologu membahas tentang pengertian ekosistem hutan tropis, ekologi populasi, ekologi komunitas, ekosistem hutan pantai, ekosistem hutan mangrove, ekosistem hutan rawa air tawar, ekosistem hutan gambut, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem hutan musim, ekosistem padang sabana, ekosistem padang pasit, serta penerapan bidang ilmu ekologi untuk mengelola ekosistem hutan secara keseluruhan.
g. Ekologi Jenis Pohon Tropik
Ilmu ini mempelajari tentang geografi tumbuhan, studi ekologi jenis atau outekologi, adaptasi dan domestikasi tumbuhan, ekologi pohon berjenis Dipterocarpaceae dan non Dipterocarpaceae, ekologi jenis tanaman budidaya, dan ekologi jenis tumbuhan penghasil hasil hutan bukan kayu (HHBK).
h. Pengaruh Hutan
Studi ini mempelajari mengenai daerah aliran sungai, neraca air, klasifikasi iklim, praktik pengelolaan hutan berkaitan dengan bencana erosi, prinsip dan perencanaan konservasi tanah dan air, serta bioengineering.
i. Pengelolaan Nutrisi Hutan
Pokok bahasan dalam studi ini meliputi pengertian dan batasan nutrisi hutan, tanah dan perkembangan vegetasi hutan, tanah dan klasifikasinya, fungsi nutrisi hutan, siklus hara, penilaian nutrisi hutan, pemupukakan dan penambahan nitrogen secara biologi, pengolahan tanah dan regenerasi terhadap nutrisi hutan, manajemen nutrisi hutan serta eveluasu nutrisi hutan untuk pelestarian hutan tanaman.
j. Silvikultur
Mata pelajaran ini mempelajari tentang pengertian silvikultur yang berkaitan dengan cabang ilmu lainnya, pertumbuhan pohon, reproduksi pohon, ekofisiologi pohon, teknik pembibitan dan pembangunan hutan serta bermacam sistem silvikultur.
k. Genetika Hutan
Genetika hutan adalah ilmu yang membahas tentang prinsip dan analisa genetika secara umum, meliputi genetika mendelian, dasar molekuler, genetika kuantitatif dan populasi yang diteruskan dengan analisa genetika khusus pada tegakan hutan. Analisis tersebut mencakup genetika pohon hutan, sistem genetikan pohon hutan, perkawinan, distribusi gen dan kerahaman genetika pada populasi hutan.
l. Dasar Pemuliaan Pohon
Pemuliaan pohon merupakan penerapan asa genetika untuk pembangunan hutan demi memperoleh aneka jenis pohon dengan sifat dan hasil yang lebih unggul.
Pada studi ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan dan ruang lingkup pemuliaan pohon, keragaman dan faktor penyebabnya, uji provenan, seleksi, uji keturunan, predisik parameter populasi, pembangunan dan pengelolaan sumber benih, penyusunan program pemuliaan pohon, serta perkembangan pemuliaan pohon di hutan Indonesia.
m. Teknologi Perbanyakan Tanaman Hutan
Studi ini membahas tentang teknologi perbanyakan tanaman hutan meliputi teknik vegetatif atau aseksual, mulai dari pengertian pembiakan vegetatif, peranan bioteknologi kehutanan, pemuliaan pohon dan konservasi plasma nutfah, dasar pembiakan vegetatif, sistem pembiakan vegetatif dan faktor yang memengaruhi sistem stek, cangkok, okulasi, sambung dan kultur jaringan, nutrisi media tumbuhan kultur jaringan serta in vitro.
n. Hama Hutan
Hama hutan adalah bagian dari ilmu silvikultur yang membahas tentang penyebab kerusakan pohon atau tegakan hutan akibat serangan hama. Studi ini mempelajari mengenai binatang penyebab kerusakan pohon dan tegakan hutan, ciri dan karakteristik serangga, keistimewaan serangga, perilaku serangga, siklus hidup serangga, reproduksi atau perkembangbiakan, klasifikasi dan metamorfosa, tanaman hutan yang berisiko terkenan serangan serangga, pengaruh lingkungan biotik dan abiotik terhadap serangga, dampak ekonomi, serta akibat serangan hama pada pohon hutan, survei dan pantauan hama hutan serta cara pengendalian hama hutan.
o. Penyakit Hutan
Selain membahas tentang hama, silvikultur juga membahas mengenai fisiologi penyakit hutan. Studi ini mencakup pelajaran mengenai mekanisme penyerapan patogen, mekanisme pertahanan inang, ekologi penyakit meliputi serangan terhadap akar, batang, daun, pelapukan kayu, pewarnaan kayu serta cara mengendalikan penyakit pada tanaman hutan.
p. Kebakaran Hutan dan Lahan
Pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah hal penting dalam upaya melindungi hutan. Pada studi ini akan dipelajari mengenai prinsip segitiga api (panas, bahan bakar, oksigen) tahapan proses kebakaran, perilaku api, faktor iklim dalam kebakaran hutan, dampak kebakaran hutan meliputi keuntungan dan kerugiaannya terhadap ekosistem hutan, vegetasi, tanah, udara, air, dan kesehatan manusia. Selain itu, akan dibahas pula mengenai prinsip pengendalian kebakaran hutan mulai dari tindakan pencegahan hingga pemadaman.
Pembahasan mengenai kebakaran hutan dapat dibaca lebih rinci pada tautan berikut: Kebakaran Hutan, Cara Mencegah Kebakaran Hutan, Sejarah Kebakaran Hutan Indonesia 1997
q. Silvikultur Hutan Alam
Silvikultur hutan alam membahas tentang penerapan sistem silvikultur untuk pengelolaan hutan alam produksi didaerah tropis yang didasarkan pada faktor-faktor tempat tubuh, yaitu iklim dan tanah serta kondisi tegakan untuk kelestarian hutan.
Selain itu, ilmu ini juga membahas hal-hal terkait kondisi tempat tumbuh, dasar silvikultur, contoh sistem silvikultur daerah tropis seperti Indonesia dan negara lain disekitarnya, serta dampak penebangan dan cara melakukan regenerasi tegakan hutan.
r. Agroforestri
Agroforestri adalah ilmu yang membahas mengenai sistem budidaya tanaman kehutanan yang dilakukan bersama dengan tanaman pertanian / peternakan. Sistem ini cukup kompleks sehingga akan menjangkau pokok bahasan dari berbagai multidisiplin ilmu lainnya.
Penjelasan mengenai agroforestri telah dijabarkan secara lengkap pada tautan berikut: Agroforestri
s. Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu
Mata pelajaran ini membahas mengenai dasar dan konsep pengendalian hama dan penyakit hutan secara terpadu, dasar ekologi dalam pengendalian, pemahaman proses dan struktur ekosistem hutan, status dan karakter hama dan penyakit, kerusakan yang ditimbulkan dan langkah pengendalian, pemantaun serta peramalan serangan hama dan penyakit, risiko dan kendala, serta aturan kebijakan dan perundangan tentang perlindungan hutan.
t. Dasar Fisiologi Hutan
Dasar fisiologi hutan adalah bahasan tentang perang fisiologi pohon dalam kelestarian hutan, struktur dan fungsi sel, pertumbuhan pohon, proses fotosintesis untuk menghasilkan energi dan karbohidrat, serapan air dan tranpirasi, asimilasi dan respirasi, absorbsi, translokasi dan akumulasi, hormon dan zat pengatur pertumbuhan, nutrisi, mineral, serapan garam, enzim dan vitamin.
u. Dasar Mikrobiologi Hutan
Dasar mikrobiologi hutan membahas tentang mikroorganisme di dalam hutan yang memberikan keuntungan atau pun kerugian bagi manusia. Jasad mikor ini terdiri dari kelompok fungi, bakteri, nematoda, mikroplasma, dan virus. Studi ini juga membahas mengenai taksonomi dan sifat mikroorganisme.
v. Ilmu Tanah
Ilmu tanah adalah studi yang mempelajari mengenai mineral dan proses terbentuknya tanah, proses pelapukan, organisme dalam tanah, sifat fisik, kimia dan jenis-jenis tanah di hutan Indonesia.
w. Silvikultur Hutan Tanaman
Silvikultur hutan tanaman membahas tentang teknik penanganan benih, persemaian hingga pemanenan berbagai jenis pohon di hutan tanaman. Hasil hutan tersebut mencakup bahan untuk produksi pulp dan kertas, kayu, plywood, dan kayu mewah. Selain itu, studi ini juga mempelajari jenis pohon di hutan rawa dan mangrove, serta jenis pohon penghasil produk selain kayu.
x. Dasar Reklamasi Pasca Tambang dan Restorasi Hutan
Dalam pelajaran ini akan dibahas tentang cara reklamasi dan restorasi lahan hutan pasca tambah dan mengalami kerusakan. Poin penting yang akan dipelajari adalah prinsip dasar penataan lahan pasca tambang, pengendalian erosi, teknik revegetasi dan penerapan prinsip dasar ekologi untuk restorasi hutan.
y. Kualitas Tempat Tumbuh
Studi ini mempelajari tentang kualitas media tumbuh pohon hutan, faktor penentu kualitas, cahaya dan hasil hutan, tanah dan pertumbuhan tegakan, air dan pertumbuhan hutan, iklim dan pertumbuhan hutan, biota tanah dan hutan, metode pengukuran, dampak pemanenan terhadap kualitas tempat tumbuh, serta hubungan kualitas tempat tumbuh dengan kelestarian hutan dan lingkungan.
z. Konservasi Tanah dan Air
Studi ini membahas mengenai hubungan geografis dan potensi erosi, faktor pengendali, jenis tanah tererosi, cara pengawetan tanah dan air, desain hutan konservasi, serta evaluasi kemampuan lahan dalalm upaya konservasi tanah dan air.
Konservasi tanah dan air telah dibahas tersendiri secara lengkap pada tautan berikut: Konservasi Tanah dan Air
aa. Perencanaan Pembangunan Hutan Tanaman
Ruang lingkup keilmuan ini ditekankan pada perencanaan pembangunan hutan tanaman, meliputi pengertian, fungsi, unsur, dan ilmu penunjang lain dalam bidang perencanaan hutan tanaman, fungsi dan keterkaitan dalam pembangunan hutan tanaman di Indonesia, termasuk teknik dan metode pengambilan keputusan.
ab. Pemantauan Kesehatan Hutan
Ilmu ini membahas mengenai prinsip kesehatan hutan, ciri dan indikator hutan yang sehat, metode dan teknik pengambilan data kesehatan hutan guna mengetahui produktivitas, vitalitas, keragaman, kualitas hutan dan informasi lainnya.
ac. Manajemen Pengendalian Kebakaran Hutan
Manajemen pengendalian kebakaran hutan mencakup materi tentang pencegahan kebakaran hutan, aturan perundangan terkait kebakaran hutan, sistem peringatan dini jika terjadi keabkaran hutan, indikator bahaya kebakaran hutan, metode pemadaman hutan yang terbakar, penanganan hutan setelah terbakar, serta penginderaan jarak dalam pengelolaan kebakaran hutan.