Suku Jawa – Kepercayaan, Asal, Bahasa, Aksara, Seni & Kebudayaan

4/5 - (39 votes)

Etnis dengan jumlah populasi terbanyak di nusantara adalah Suku Jawa. Kelompok masyarakat ini utamanya tersebar meliputi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kabupaten Indramayu di Jawa Barat, Serang dan Cilegon di Banten. Bahkan sebaran suku ini hampir dapat kita temui di seluruh Indonsia.

Selain di Indonesia, Suku Jawa juga tersebar hingga mancanegara, seperti Suriname, Kaledonia Baru, Oseania, dan Amerika Selatan. Suku Jawa yang berada di negara-negara tersebut berasal dari orang-orang yang dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda untuk dijadikan pekerja di wilayah koloni.

Suku Jawa di Suriname merupakan salah satu suku mayoritas, etnis ini disebut sebagai Jawa Suriname. Selain itu, Suku Jawa juga tersebar di berbagai negara lain seperti Malaysia, Singapura, Belanda, dan Arab Saudi. Umumnya orang-orang Jawa di negara tersebut adalah tenaga kerja asing.

Kepercayaan Suku Jawa

Suku Jawa mengalami sejarah panjang sama seperti suku-suku lain di tanah air. Di masa kejayaan agama Hindu dan Buddha, mayoritas orang Jawa menganut kedua agama tersebut. Salah satu kerajaan Hindu terbesar dan terkuat yang pernah ada di nusantara dan berasal dari Jawa adalah Kerajaan Majapahit.

orang jawa Pixabay

Ada pula Candi Borobudur, yaitu bangunan bersejarah peninggalan dari masa kejayaan Buddha yang menjadi ikon Indonesia dan bahkan menjadi salah satu keajaiban dunia yang hingga saat ini kita banggakan.

Pada masa keemasan tersebut orang-orang Jawa belum membentuk satu kesatuan yang utuh, melainkan mereka mengidentifikasikan diri sebagai rakyat di mana sebuah kerajaan berkuasa.

Selanjutnya diteruskan dengan masa kerajaan Islam dimana agama Islam mulai masuk dan berkembang di Jawa. Kerajaan Demak menjadi salah satu kerajaan yang gencar menyebarkan agama Islam sehingga hasilnya mayoritas Suku Jawa memeluk agama Islam. Selain itu, beberapa kelompok minoritas kecil menganut agama Kristen, Hindu, Buddha, Khonghucu, dan aliran Kejawen.

Adat istiadat dan tradisi Suku Jawa sangat dipengaruhi oleh budaya Kejawen dan Hindu-Buddha akibat interaksi selama lebih dari seribu tahun. Hal ini tercermin dari kebiasaan, tradisi, hingga kesenian Jawa. Selain menjadi polulasi etnis terbesar di Indonesia, Suku Jawa bahkan menjadi kelompok etnis terbesar keempat di antara umat Islam sedunia. Posisinya berada di bawah suku Arab, suku Bengali, dan suku Punjab.

baca juga:  Pantai Mananga Aba, Sumba - Seakan Milik Sendiri

Asal Usul Suku Jawa

Suku Jawa adalah masyarakat dengan peradaban yang sangat maju. Hal ini dapat terlihat dari perkembangan arsitektur dan juga kekuasaan beberapa kerajaan yang pernah berdiri di tanah Jawa, seperti Kerajaan Mataram dan Majapahit.

kebaya jawa idntimes.com

Teori mengenai asal usul Suku Jawa pun beragam, beberapa di antaranya adalah:

1. Babad Tanah Jawa

Menurut Babad Tanah Jawa, orang Jawa berasal dari Kerajaan Kling atau Astina. Saat sedang berada dalam situasi pelik akibat perebutan kekuasaan, salah satu Pangeran Kling yang tersisih pun akhirnya meninggalkan kerajaan bersama pengikut setianya. Ia akhirnya menemukan sebuah pulau terpencil yang belum berpenghuni.

Pangeran Kling dan pengikutnya saling membantu membangun pemukiman dan mendirikan kerajaan yang diberi nama Javacekwara. Menurut Babad Tanah Jawa, keturunan Pangeran Kling dan pengikutnya inilah yang kemudian menjadi nenek moyang Suku Jawa.

2. Catatan Kuno India

Saat tinggi muka air laut masih jauh lebih rendah daripada sekarang, kepulauan di nusantara masih menyatu dengan daratan Asia lainnya hingga Australia. Kemudian terjadi musibah yang menyebabkan air laut meningkat dan beberapa daratan pun tenggelam, sehingga terbentuk pulau seperti yang kita kenal saat ini.

Tulisan Kuno India tersebut menyebutkan adanya seorang pengembara bernama Aji Saka. Ia menjelajah ke berbagai penjuru sampai akhirnya ia menemukan Pulau Jawa. Ia adalah orang pertama yang menginjakkan kami di pulau Jawa, menurut tulisan India Kuno. Kemudian Aji Saka dan para pengikutnya menjadi nenek moyang Suku Jawa.

Legedan Aji Saka tersebut berkaitan dengan mitos terbentuknya fenomena alam letusan lumpur, yaitu Bledug Kuwu.

3. Surat Kuno Keraton Malang

Ada pula catatan yang berasal dari surat kuno Keraton Malang. Menurut surat ini, asal usul penduduk Jawa ialah dari Kerajaan Turki. Pada tahun 450 SM, Raja Turki mengirim rakyatnya untuk mengembara dan membangun daerah kekuasaan di wilayah yang belum berpenghuni. Migrasi dari Kerajaan Turki tersebut dilakukan secara bergelombang dalam periode waktu tertentu.

Salah satu gelombang yang dikirim dari Kerajaan Turki akhirnya menemukan pulau yang subur dan ditumbuhi banyak bahan pangan. Karena merupakan daerah subur dan memberikan keuntungan, akhirnya mereka menbangun pemukiman. Selanjutnya semakin banyak gelombang migrasi yang datang ke tanah tersebut. Akhirnya pulau itu dinamakan Tanah Jawi karena terdapat banyak tanaman jawi yang tumbuh di sana.

4. Teori Arkeolog

Semetara menurut para arkeolog, leluhur masyarakat Jawa berasal dari orang Indonesia itu sendiri. Hal ini diyakini dengan ditemukannya fosil manusia purba di beberapa daerah di Jawa, yaitu Pithecanthropus Erectus dan Homo Erectus. Sehingga menurut para arkeolog, penduduk Jawa berasal dari penduduk pribumi.

Penemuan fosil Homo Erectus di Trinil pada tahun 1891 oleh Eugene Dubois memperkuat teori ini. Perbandingan DNA pun dilakukan antara fosil Homo Erectus dengan Suku Jawa modern, hasilnya tidak terdapat perbedaan yang jauh antara satu sama lain. Ini semakin meyakinkan para arkeolog bahwa asal usul Suku Jawa berasal dari pribumi.

5. Teori Sejarawan

Para sejarawan memiliki pendapat yang berbeda dari arkeolog. Menurut Von Hein Geldern, telah terjadi migrasi penduduk dari Tiongkok bagian selatan, tepatnya wilayah Yunnan menuju ke beberapa daerah di nusantara.

Orang dari Yunnan tersebut tersebar ke berbagai wilayah, seperti Sumatera, Sulawesi, dan pulau-pulau lainnya. Migrasi tersebut dilakukan secara besar-besaran dan terjadi sejak zaman neolitikum di tahun 2.000 SM sampai zaman perunggu apda tahun 500 SM.

Teori ini diperkuat oleh teori Dr. H. Kern yang menyebutkan bahwa bahasa daerah di Indonesia memiliki kemiripan satu sama lain. Hal ini diperkirakan karena bahasa-bahasa tersebut berasal dari rumpun bahasa yang sama, yaitu Austronesia.

Bahasa dan Aksara Jawa

Dalam percakapan sehari-hari, Suku Jawa menggunakan bahasa Jawa. Bahasa daerah ini masih lestari hingga kini dan di beberapa daerah menjadi salah satu bidang studi di sekolah. Dalam penggunaannya, bahasa Jawa memiliki beberapa tingkat. Penggunaan tingkatan ini tergantung siapa lawan bicaranya.

aksara jawa gurune.net

Berikut ini adalah tingkatan dalam bahasa Jawa, antara lain:

  • Bahasa Jawa Ngoko, yaitu bahasa Jawa sehari-hari yang tingkatannya berada di paling bawah. Bahasa ini digunakan saat berbicara dengan yang usianya lebih mudah. Di masa lalu juga digunakan kalangan bangsawan atau kalangan atas dalam status sosial masyarakat Jawa jika bicara kepada orang yang status sosialnya berada di bawah mereka.
  • Bahasa Krama Madya adalah bahasa Jawa yang dituturkan saat berbicara dengan orang yang dianggap sederajat dengan mereka.
  • Bahasa Krama Inggil, digunakan saat bicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang dihormati, serta orang yang kedudukan sosialnya berada di atas mereka.

Aksara Jawa terdiri dari 20 huruf yaitu ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga. Jika diartikan adalah “ada dua utusan yang setia saling bertarung sama-sama saktinya dan sama-sama matinya”.

baca juga:  Tari Legong - Sejarah, Makna, Gerakan, Gamelan, Jenis, Keunikan & Perkembangan

Aksara Jawa sudah jarang digunakan dalam penulisan modern. Meskipun demikian, masih diajarkan di beberapa sekolah di Pulau Jawa sebagai bentuk pelestarian tradisi dan kebudayaan Jawa.

Wayang Kulit

Wayang kulit adalah salah kebudayaan Jawa yang dipercaya dikembangkan oleh Wali Songo. Wali Songo adalah tokoh-tokoh penyebar agama Islam di tanah Jawa.

wayang kulit wikimedia

Wayang kulit umumnya menceritakan kisah-kisah bermakna kehidupan yang dapat kita pelajari, misalnya cerita Mahabarata dan Ramayana yang disesuaikan dengan kultur Jawa. Pementasan wayang kulit dimainkan oleh dalang dengan perlengkapan, seperti wayang, batang pisang atau gedebok untuk menancapkan wayang, kain putih dan sorot lampu.

Pementasan ini dilakuakn semalam suntuk. Iringan musik yang digunakan adalah gamelan khas Jawa serta iringan penyanyi yang disebut Sinden.

Seni Musik

Dalam budaya Suku Jawa, terdapat kesenian musik tradisional yang dinamakan gamelan. Menurut sejarah, gamelan digunakan Wali Songo untuk mengenalkan agama Islam. Gamelan terdiri dari beberapa alat musik, seperti gong, kendang, bonang, kenong, kempul, gambang, slenthem dan lain-lain.

Seni Tari

Membahasan mengenai kesenian tari Jawa, tentu sangat banyak dan beragam. Karakteristik seni tari dari Suku Jawa adalah gerakan lemah gemulai, namun beberapa diantaranya terdapat gerakan yang tangkas.

Tarian Jawa biasanya berkaitan dengan unsur klenik kejawen. Contoh seni tari Jawa antara lain sintren, bedhaya, reog, kuda lumpung dan sebagainya. Dalam pementasannya, tari-tarian ini diiringi oleh musik gamelan dan seruling.

Senjata Tradisional

Senjata khas Jawa adalah keris. Keris dianggap sebagai pusaka yang sanga penting dalam kebudayaan Jawa. Keris juga dipercaya mempunyai kekuatan mistis.

keris goodnewsfromindonesia.id

Misalnya keris yang dibuat oleh Mpu yang ditempa serta diberi mantra-mantra terntentu. Salah keres legenda Jawa adalah keris Mpu Gandring yang terdapat dalam kisah Ken Arok.

Budaya Kejawen

Kejawen adalah ajaran kepercayaan yang berkembang secara turun-temurun di masyarakat Jawa. Ajaran ini adalah gabungan adat istiadat, budaya, pandangan sosial dan filosofis orang Jawa. Ajaran ini pun dianggap sebagai agama atau aliran spiritual yang mendekatkan masyarakat Jawa kepada Sang Pencipta.

Falsafah / Pedoman Hidup

Orang Jawa mempunyai pandangan hidup atau falsafah, seperti “urip iku urip”, artinya adalah bahwa hidup harus bermanfaat, “mangan ora mangan sing penting kumpul”, artinya ialah kebersamaan lebih penting dari hal-hal lainnya, serta “narimo ing pandung”, yaitu menerima pemberian dari yang kuasa atau dengan kata lain kita harus senantiasa bersyukur atas seluruh pemberian Tuhan.

Kalender Jawa

Kelompok etnis Jawa mengenal kalender atau penanggalan berupa perpaduan antara budaya Islam, Hindu-Budha Jawa, serta Eropa. Dalam sistem kalender Jawa, siklus hari ada dua, yaitu siklus mingguan yang terdiri dari 7 hari pada umumnya, serta pekan pancawara yang terdirid ari 5 hari pasaran, yakni  paing-pon-wage-kliwon-legi.

20200912

Industrial Engineer, Civil Servant, Entrepreuner & Writer.