Minangkabau atau seringkali disingkat dengan Minang adalah kata yang mengacu pada suku atau kelompok etnis sesuai adat istiadat Minang. Umumnya suku ini menganut agama Islam. Orang Minang sangat dikenal dengan sistem kekerabatan matrilineal, yaitu masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu.
Secara geografis, Minangkabau meliputi Sumatera Barat, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, sebagian Riau, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan Negeri Sembilan di Malaysia.
Masyarakat awam seringkali menyebut “orang Minang” dengan sebutan “orang Padang”. Hal tersebut merujuk jika Padang merupakan ibukota dari Sumatera Barat. Meskipun sebenarnya orang Minang mengidentifikasi kelompoknya dengan sebutan “urang awak”. Akan tetapi maksud dari ketiga istilah tersebut dianggap sama.
Daftar Isi
Sejarah Suku Minangkabau
Konon nenek moyang suku Minangkabau adalah keturunan Iskandar Zulkarnain atau Alexander The Great. Orang Minang merupakan salah stau bagian dari rakyat Deutro Melayu atau Melayu Muda yang melakukan migrasi dari daratan Cina Selatan menuju Pulau Sumatera.
Migrasi ini terjadi sekitar 2.000 hingga 2.500 tahun yang lalu. Mereka masuk dari arah timur Pulau Sumatera, kemudian menyusuri aliran sungai Kampar hingga ke dataran tinggi. Wilayah inilah yang kemudian menjadi kampung halaman orang Minang.
Orang Minang dan Melayu pada awalnya dianggap sama. Hingga pada abad ke-19, penyebutan orang Minang dan orang Melayu mulai dibedakan berdasarkan tradisi matrilineal dan patrilineal. Hukum adat Minangkabau menjalankan sistem kekerabatan matrilineal hingga saat ini kini. Sementara adat istiadat Melayu menjalankan sistem kekerabatan patrilineal.
Suku di Minangkabau
Etnis Minangkabau terbagi menjadi banyak klan atau suku. Budaya Minangkabau dibentuk oleh Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang.
Di masa awal pembentukan budaya Minang, hanya ada 4 suku awal, yaitu Klan Koto, Klan Bodi, Suku Caniago, dan Klan Piliang. Keempat klan ini terbagi menjadi 2 sistem kekuasaan adat yang disebut sebagain Kelarasan.
Kelarasan Koto Piliang berkembang menjadi sistem aristokrat. Sementara Kelarasan Bodi Caniago berkembang dengan menganut sistem konfederasi.
Nama-nama klan atau suku dari etnis Minangkabau berasal dari bahasa Sansekerta. Bahasa Sansekerta adalah jenis bahasa yang mendapat pengaruh dari bahasa Hindu dan Buddha yang sangat berkembang di kala itu.
Seiring dengan perkembangan budaya dan bahasa Minang, nama-nama tersebut kemudian berkembang pengucapannya sesuai dengan logat orang Minang. Selanjutnya, bahasa yang berkembang tersebut mendapat pengaruh dari agama Islam.
Beberapa suku Minang yang berkembang dari 4 klan awal, antara lain:
- Payobada
- Putopang
- Sikumbang
- Tanjuang
- Panai
- Guci
- Panyalai
- Jambak
- Bendang
- Kampai
- Kutianyie
- Malayu
- Sipisang
- Mandailiang
- Mandaliko
- Sumagek
- Singkuan
- Dalimo
- Supanjang
- Sumpadang
- Domi
Suku-suku yang disebutkan diatas adalah suku umum di Minangkabau. Masih banyak suku atau klan lainnya hasil dari 4 suku awal Minang.
Agama Suku Minangkabau
Beberapa bukti arkeologis menunjukkan masyarakat awal Minangkabau pernah memeluk agama Buddha pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Dharmasraya, hingga masa pemerintahan Asityawarman dan anaknya Ananggawarman. Setelah itu, muncul Kerajaan Pagaruyung yang menganut agama Islam dan menggunakan hukum Islam dalam sistem pemerintahannya.
Sekitar tahun 1803, Haji Sumanik, Haji Miskin, dan Haji Piobang datang dari Mekkah. Ketiganya memainkan peranan penting dalam penyebaran agama Islam dan penegakan hukum Islam di pedalaman Minangkabau.
Saat ini, agama Islam telah mengakar pada adat istiadat Minangkabau. Jika ada anggota masyarakat Minang yang keluar dari agama, maka yang bersangkutan secara langsung dianggap keluar dari masyarakat Minang. Tradisi ini disebut dengan “dibuang sepanjang adat”. Ia akan dikucilkan dari pergaulan dan tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan adat. Namun biasanya masih diperbolehkan tinggal di wilayah tersebut.
Hukuman “dibuang sepanjang adat” juga akan diberikan kepada anggota masyarakat yang melakukan kesalahan adat lainnya, misalnya merampok, berzina, hingga membunuh. Mereka akan dibuang dalam jangka waktu tertentu, bahkan hingga tak terbatas.
Sistem Kekerabatan Matrilineal
Membicarakan orang Minang, hal pertama yang biasa diingat adalah sistem kekerabatan matrilineal yang mereka anut. Sistem ini menjadi identitas etnis Minang. Pihak perempuan adalah pewaris harta pusaka dan kekerabatan.
Garis keturunan merujuk pada ibu dan disebut sebagai Samandeyang berarti seibu atau satu ibu. Pihak ayah disebut sebagai Sumando yang berarti ipar. Sedangkan Sumandi dianggap sebagai tamu di dalam keluarga.
Berbeda dengan kebanyakan suku di tanah air, kaum perempuan menempati kedudukan yang istimewa dibandingkan laki-laki. Perempuan dijuluki sebagai Bundo Kanduang.
Perempuan memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan yang akan dibuat oleh para lelaki dalam posisi mereka sebagai mamak, atau paman dari pihak ibu. Bahkan wanita juga berperan dalam keputusan yang diambil oleh penghulu atau kepala suku.
Perempuan diibaratkan sebagai pilar utama rumah, atau dalam bahasa Minang disebut Limpapeh Tumah Nan Gadang. Kekuasaan di masyarakat Minangkabau sangat bergantung pada aset ekonomi, oleh karena itu pihak perempuan sangat berkuasa. Akan tetapi, kaum lelaki di keluarga perempuan masih memiliki otoritas di komunitasnya.
Bahasa Minangkabau
Bahasa yang digunakan orang Minang termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Banyak yang berpendapat bahwa bahasa Minang banyak terpengaruh dari bahasa Melayu, karena ada banyak kesamaan kosakata maupun dialek.
Namun banyak juga yang menentang pendapat ini, mereka berpendapat bahwa bahasa Minang adalah bahasa yang mandiri dan tak ada sangkut pautnya sama sekali dengan bahasa Melayu.
Saat ini terdapat beberapa dialek dalam bahasa Minang, tergantung dari daerah yang mereka tinggali. Dalam perkembangannya, bahasa Minang juga mendapat pengaruh dari bahasa lain. Umumnya masyarakat Minang mendapat pengaruh dari bahasa Arab, Sansekerta, Persia, dan Tamil.
Dalam tulisan, awalnya orang Minang menggunakan aksara Dewanagari, Pallawa, dan Kawi. Kemudian seiring dengan masuknya pengaruh Islam, ditemukan juga tulisan orang Minang dalam bahasa Jawi. Aksara-aksara tersebut digunakan sebelum mereka mengganti dengan pemakaian alfabet Latin.
Olahraga Suku Minangkabau
Masyarakat Minang mempunyai kebiasaan berolahraga sejak dulu dan jeberapa jenis olahraga masih dilakukan hingga saat ini. Kegiatan olahraga berkaitan erat dengan sistem kekerabatan di dalam masyarakat Minang yang kuat. Sehingga ada banyak kegiatan adat istiadat dan tradisi yang dilakukan secara bersama-sama.
Beberapa olahraga yang masih dilakukan hingga kini adalah pacuan kuda, lomba pacu jawi, pacu itik, dan sipak rago atau sepak takraw. Keempat olahraga ini hanya bisa dilakukan secara bersama-sama.
Perkawinan Suku Minangkabau
Dalam masyarakat Minang, prosesi pernikahan disebut sebagai Baralek. Pada umumnya, Baralek terdiri dari 3 tahapan, yaitu:
- Maminang merupakan proses meminang atau lamaran
- Majapuik Marapulai merupakan proses menjemput pengantin pria
- Basandiang adalah proses bersanding di pelaminan.
Kuliner Asal Minangkabau
Di Indonesia, masakan asal Minang sangat populer dan disebut sebagai masakan Padang. Bahkan hampir di setiap daerah di Indonesia terdapat rumah makan Padang.
Banyak jenis masakan Padang yang digemari orang Indonesia dari berbagai macam suku. Beberapa makanan khas Minang yang menjadi favorit adalah rendang, dendeng balado, sate Padang, soto Padang, asam pedas, dan lain-lain. Bahkan rendang pernah dinobatkan sebagai salah satu hidangan paling lezat di seluruh dunia.
Kesenian Minangkabau
Etnis Minang adalah salah satu kelompok masyarakat yang mempunyai eksistensi besar di Indonesia, termasuk dalam kesenian. Kesenian Minang tersebut meliputi upacara adat, tari tradisiopnal dan sebagainya. Beberapa contoh tarian khas Minangkabau antara lain:
- Tari Pasambahan
- Tari Piring
- Silek atau Silat Minangkabau
- Randai
- Salawat Dulang
Selain itu, masyarakat Minang juga dikenal karena seni berkata-kata. Setidaknya ada 3 jenis aliran seni berkata-kata, yaitu pasambahan atau persembahan, indang dan salawan dulang.
Seni berkata-kata ini populer disebut bersilat lidah. Dinamakan demikian karena lebih menonjolkan sisi sindiran, kiasan, ibarat, alegori, metafora dan aforisme. Kesenian berkata-kata ini diajarkan agar orang Minang mampu menjaga kehormatan dan harga diri mereka meski tanpa kontak fisik atau senjata.
Baju Adat Minangkabau
Pakaian tradisional khas Minangkabau dikenal dengan nama Bundo Kanduang atau juga disebut Limpapeh Rumah Nan Gadang. Keunikan pakaian ini terdapat pada bentuk penutup kepala yang menyerupai tanduk kerbau atau atap dari rumah gadang.
Bundo Kanduang adalah baju tradisional Minangkabau yang dikenakan oleh perempuan Minang yang telah menikah. Sedangkan untuk acara adat lain seperti pernikahan menggunakan pakaian tradisional lainnya.
Berikut adalah pakaian tradisional wanita Minangkabau, terdiri dari Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang, Tingkuluak (Tengkuluk), Baju Batabue, Lambak, Salempang dan Perhiasan. Sedangkan baju tradisional pria Minangkabau terdiri dari Deta, Baju, Sarawa, Sasampiang, Cawek, Sandang, Keris dan Tongkat.