Tak kalah dengan provinsi lain di Indonesia, pulau Dewata Bali juga memiliki taman nasional bernama Taman Nasional Bali Barat. Kawasan seluas 19.002,89 hektar ini selain berfungsi sebagai wilayah perlindungan untuk berbagai jenis flora dan fauna juga telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia atau lebih dikenal sebagai World Heritage Site.
Keunikan dan daya tarik dari kawasan taman nasional ini adalah kombinasi dari tipe ekosistem yang dimilikinya. Selain itu, kondisi bentangan alam yang cukup bervariasi berupa perpaduan antara daratan dan perairan menjadi alasan tersendiri untuk menarik kunjungan wisatawan, baik domestik maupun internasional.
Kondisi alam dan lingkungan TN Bali Barat memberikan pengaruh terhadap berbagai jenis hewan dan tumbuhan di taman nasional ini. Hal tersebut dapat dilihat dari keberadaan fauna langka yang dilindungi seperti burung Jalak Bali.
Daftar Isi
Sejarah Taman Nasional Bali Barat
Sejarah pembentukan Taman Nasional Bali Barat dimulai pada tahun 1947. Kala itu melalui Keputusan Dewan Raja-Raja di Bali Nomor E/1/4/7/47 pada tanggal 13 Agustus 1947 tentang penetapan kawasan Taman Pelindung Alam Bali yang mencakup kompleks Banyuwedang dengan luas 19.365,8 hektar.
Selanjutnya pada tahun 1970 keluar keputusan terkait status burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 40/Kpts/Um/8/1970 bahwa Jalak Bali dinyatakan sebagai hewan langka yang berstatus dilindungi.
Pada tanggal 14 Oktober 1982, kawasan Taman Nasional Bali Barat dideklarasikan pada saat kongres Taman Nasional sedunia dilangsungkan di Kota Denpasar, Provinsi Bali. Hal ini sejalan dengan Surat Pernyataan Menteri Pertanian No.736/Mentan/X/1982.
Surat pernyataan tersebut menjelaskan bahwa kawasan dengan luas 77.727 yang terdiri dari Cagar Alam seluas 2.250 hektar, Suaka Margasatwa Bali Barat seluas 19.558,5 hektar, Hutan Lindung seluas 55.312,5 hektar, serta wilayah perairan pantai seluas 6..280 hektar menjadi Taman Nasional Bali Barat.
Akhirnya pada tanggal 15 September 1995 Menteri Kehutanan mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 493/Kpts-II/95. Surat keputusan ini dikeluarkan dengan tujuan untuk mengukuhkan penetapan atas status dari kawasan Taman Nasional Bali Barat yang mempunyai luas 19.002,89 hektar.
Kondisi Alam Taman Nasional Bali Barat
1. Letak dan Topografi
Secara geografis Taman Nasional Bali Barat berada pada koordinat 114°26’ – 114°35’ Bujur Timur dan 8°5’ – 8°13’ Lintang Selatan. Sedangkan secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng serta Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.
Kawasan yang berlokasi 60 km di bagian barat laut ibukota Bali, Denpasar, ini mempunyai keadaan topografi yang datar dan bergelombang pada sebagian kecil kawasan, serta cenderung berbukit sampai dengan bergunung-gunung dengan ketinggian yang berada di antara 210 sampai 1.114 meter di atas permukaan laut.
Disini cukup banyak gunung yang dapat dijumpai. Misalnya di bagian utara taman nasional terdapat Gunung Prapat Agung dengan ketinggian 310 meter di atas permukaan laut.
Sementara di bagian selatan kawasan terdapat lebih banyak gunung, yaitu Gunung Penginuman pada ketinggian 816 meter di atas permukaan laut, Gunung Bakungan pada ketinggian 803 mdpl Gunung Ulu Teluk Terima setinggi 603 meter dpl, Gunung Nyangkrur setinggi 347 meter di atas permukaan laut, dan Gunung Malaye pada ketinggian 332 meter di atas permukaan laut.
2. Iklim dan Hidrologi
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson tipe iklim di kawasan Taman Nasional Bali Barat tergolong ke dalam tipe D dengan besar nilai Q kurang lebih sekitar 85,29%. Adapun curah hujan di kawasan ini berada pada kisaran antara 972 hingga 1.559 mm per tahunnya atau rata-rata sebesar 1.480,6 mm setiap tahun.
Musim penghujan biasanya berlangsung pada bulan Januari hingga bulan Maret, sedangkan musim kemarau berlangsung antara bulan April hingga bulan September. Sementara kelembaban udara di taman nasional ini berada pada kisaran antara 28 hingga 29 derajat Celcius.
3. Geologi dan Tanah
Jenis tanah di Taman Nasional Bali Barat sebagian besar merupakan tanah berjenis latosol. Sementara jenis tanah selebihnya adalah tanah aluvial yang dapat dijumpai di wilayah dengan kondisi topografi datar dan jenis tanah mediterian biasanya berada di wilayah lipatan pegunungan.
Ada empat pulau yang masuk ke dalam kawasan taman nasional ini. Keempat pulau tersebut antara lain adalah Pulau Menjangan, Pulau Gadung, Pulau Burung, dan Pulau Kalong.
4. Ekosistem
Ekosistem yang ada di Taman Nasional Bali Barat merupakan tipe peralihan antara kawasan beriklim basah dan kawasan beriklim kering. Beberapa tipe ekosistemnya yaitu ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, ekosistem savana, ekosistem mangrove, ekosistem hutan musim, ekosistem hutan rawa, ekosistem tanaman eksotis, dan juga ekosistem hutan basah.
Flora dan Fauna Taman Nasional Bali Barat
Ada banyak sekali jenis binatang dan tumbuhan yang hidup dan menjadi penghuni Taman Nasional Bali Barat. Apalagi kawasan ini mempunyai tipe ekosistem yang cukup bervariasi, sehingga keanekaragaman hayatinya juga ikut terpengaruh. Bahkan beberapa spesies yang dapat dijumpai di taman nasional ini merupakan jenis langka dan hampir punah.
1. Flora
Jenis flora yang tumbuh di Taman Nasional Bali Barat dapat dibagi berdasarkan tipe ekosistemnya. Karena bentuk dan spesies floranya juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar.
Pada ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, jenis flora yang dapat dijumpai antara lain bayur (Pterospermum diversifolium), laban (Vitex pubescens), anjring (Drypetes), kesambi (Scheichera oleosa), ketangi (Lagerstroemi speciosa), klampok (Eugenia javanica), serta duren-duren (Aglaia argentea).
Jenis alang-alang merupakan spesies yang mendominasi ekosistem savana. Meskipun begitu, pada kawasan ini juga akan dijumpai beberapa spesies lain seperti lontar (Borassus flabelliffer), sawo kecik (Manilkara kauki), dan juga gebang (Corypha).
Sedangkan sabana yang berada di Semenanjung Prapat Agung selain didominasi oleh gebang dan lontar, juga terdapat bidara (Zizyphus jujuba), pilang (Acacia leucophloea), intaran atau mimba (Azadirachta indica), kesambi (Scleichera oleosa), Desmostachys bipinnata yang merupakan jenis rumput, serta Acacia lebbekioides.
Spesies yang mendominasi di ekosistem hutan mangrove yaitu jenis bakau (Rhizopora stylosa dan Rhizopora apiculata), nipah (Nypa fruticans), api-api (Avicennia marina), tancang (Bruguiera cylindrica), Ceriops tagal, Sonneratia alba, serta Osbornia octodonta yang merupakan spesies umum di Indonesia timur dan bagian timur Australia.
Ekosistem hutan musim dapat dijumpai di bagian barat wilayah taman nasional ini. Adapun jenis tumbuhan yang mendominasinya antara lain asam (Tamarindus indica), berasan (Cryptocarya), pilang (Acacia leucophloea), timoko (Kleinhovia hospital), serta bidara (Zizyphus jujuba).
Selain itu, ekosistem ini juga ditumbuhi alang-alang, rumput teki (Cyperus rotundus), merakan (Andropogon contortus), tumpang (Spergula arvensis), gelagah (Saccharum spontanum), rengas, sari, kesut, dan juga kasat.
Sesuai dengan namanya tumbuhan yang hidup di ekosistem tanaman eksotis adalah jenis dari luar, seperti cendana (Santalum album), jati (Tectona grandis), sono keling (Dalbergia latifolia), kayu putih (Melaleuca leucodendron), sono siso (Dalbergia sisoo), eboni (Diospyros celebica), akasia (Acacia auriculiformis), kemlandingan (Leucaena leucocephala), dan pohon murbei (Morus).
Tumbuhan yang hidup pada ekosistem hutan basah cenderung belum terganggu sama sekali. Beberapa diantaranya adalah spesies bayur (Pterospermum javanicum dan Pterospermum diversifolium), nyatoh (Palaquium javense), putat (Planchonia valida), tumbuhan sejenis kitiwu (Melosma ferruginosa), dan juga takir (Duabanga inoluccana).
2. Fauna
Satwa jenis mamalia yang hidup di Taman Nasional Bali Barat antara lain adalah kijang (Muntiacus muntjak), banteng (Bos javanicus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), luwak (Pardofelis marmorata), kancil (Tragulus javanicus), trenggiling (Manis javanica), dan juga landak (Hystrix brachyura).
Kelompok aves juga banyak dijumpai di taman nasional ini. Salah satu yang paling terkenal dan menjadi primadona adalah burung Jalak Bali. Burung ini dikenal sebagai spesies yang hobi ‘bersolek’, karena menyukai hidup di habitat yang bersih dan area yang dijelajahinya ketika terbang tidak begitu jauh dari sarangnya.
Sayangnya populasi burung Jalak Bali kini termasuk ke dalam spesies satwa yang terancam punah. Burung ini tergolong dalam kategori Critically Endangered yang mengindikasikan bahwa populasi spesies ini sudah sangat kritis dan hampir punah.
Hal ini diperparah pula oleh sifat Jalan Bali yang sangat mudah ditangkap. Oleh sebab itu, memerlukan pengawasan ketat dari berbagai pihak agar spesies ini dapat terus bertahan.
Jenis burung lain yang juga menjadi penghuni taman nasional ini antara lain jalak putih (Turnus melanopterus), jalak suren (Sturnus contra), bangau tongtong (Leptotilos javanicus), ibis putih kepala hitam (Threskiornis melanochepalus), wili-wili besar (Esacus magnirostris), dan juga cerek jawa (Charadrius javanicus).
Adapun spesies satwa yang hidup di areal perairan taman nasional yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), ikan bendera (Plateax pinnatus), ikan hiu (Carcharodon carcharias), biawak (Varanus salvator), kima raksasa (Tridacna gigas), serta ikan duyung (Dugong dugon).
Kegiatan dan Destinasi Wisata
Kawasan Taman Nasional Bali Barat selain menjadi surga untuk kehidupan flora dan fauna, juga merupakan obyek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. Pasalnya, di kawasan ini ada banyak sekali tujuan wisata, mulai dari wisata hutan, sejarah, serta laut dan pantai. Variasi tersebut juga menjadi pendukung berbagai kegiatan untuk dilakukan.
1. Trekking di Taman Nasional Bali Barat
Kegiatan yang wajib dilakukan ketika berada di taman nasional ini yaitu trekking menyusuri hutan. Biasanya kegiatan ini dilakukan dengan panduan dari guide. Sepanjang perjalanan, pengunjung akan menjumpai berbagai jenis satwa seperti lutung, monyet, ayam hutan, kijang, dan tentu saja burung Jalak Bali di antara pepohonan.
2. Pulau Menjangan
Bagi pengunjung yang gemar melakukan wisata air, Pulau Menjangan merupakan destinasi yang wajib untuk dikunjungi. Kawasan seluas 175 hektar ini berada di bagian utara kawasan Taman Nasional Bali Barat dan menjadi tempat penyu bersarang. Pulau Menjangan sendiri terdiri atas bebatuan, tanah hitam vulkanik, dan juga karang.
Hal tersebut menghasilkan perpaduan yang indah antara ekosistem laut berupa hutan mangrove dan juga ekosistem darat. Jadi selain menjelajahi hutan mangrove, pengunjung juga dapat menyusuri padang rumput di daratan. Pada bagian utara pulau ini terdapat Pulau Tabuan serta Dermaga yang berada di Teluk Menjangan.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pengunjung yaitu menyelam, berenang, naik perahu, atau sekadar bersantai di pinggir pantai yang mempunyai pasir putih sambil menikmati panorama laut lepas. Meskipun begitu, kehidupan bawah laut seperti terumbu karang dan aneka jenis ikan juga sayang untuk dilewatkan.
3. Pulau Bahari
Satu lagi pulau yang dapat menjadi tujuan wisata di Taman Nasional Bali Barat yaitu Pulau Bahari. Cara untuk mencapai pulau ini yaitu dengan menggunakan glass bottom boat yang juga sekaligus dapat digunakan untuk mengelilingi pulau.
4. Klatakan
Klatakan adalah kawasan yang berada pada ketinggian 400 meter di atas permukaan laut. Pemandangan dari kawasan ini sangat menakjubkan dengan diselingi burung rangkong serta rusa yang berkeliaran.
5. Pantai Prapat Agung
Kegiatan menarik lain yang dapat dilakukan yaitu menyusuri jalan setapak di Pantai Prapat Agung sejauh 25 km. Pengunjung dapat menikmati panorama laut yang berpadu dengan pantai. Di sini pengunjung bisa bersantai hingga senja untuk menunggu pemandangan matahari terbenam.
6. Pura Pulaki
Pura Pulaki berada di sebelah timur kawasan Cekik dengan jarak sekitar 6 km jauhnya. Lokasinya terletak di tepi jalan raya yang menghubungkan antara Kota Singaraja dan Kota Gilimanuk. Pura ini berdiri tepat di pinggir tebing bukit batu karang dan langsung menghadap ke laut yang mempunyai pantai pasir putih kuarsa.
Pembangunan Pura Pulaki diketahui dilakukan pada abad ke-16. Hal tersebut sesuai dengan riwayat perjalanan dari Sang Hyang Nirartha, dimana putra pertamanya dibuatkan istana di Pulaki yang dikenal sebagai ‘Bhatiri Malanting’. Menariknya di sekitar pura ini satwa monyet ekor panjang sering berkeliaran, sehingga semakin menambah daya tariknya.
7. Sumber Air Panas
Sumber air panas di Taman Nasional Bali Barat berada di kawasan Banyuwedang, tepatnya disekitar ekosistem hutan mangrove. Pengunjung yang ingin menikmati sensasi mandi dan berendam di sumber air panas dapat bertandang ke kawasan ini. Air panas di sini dipercaya oleh masyarakat mampu untuk menyembuhkan berbagai penyakit kulit.
8. Teluk Terima
Teluk Terima merupakan salah satu wilayah perairan pantai yang mempunyai panorama terumbu karang indah. Biasanya kegiatan menyelam untuk melakukan wisata terumbu karang dilakukan di areal ini. Di sekitar area pantai monyet ekot panjang yang telah dijinakkan juga sering berkeliaran. Teluk Terima juga berseberangan dengan Pulau Menjangan.
9. Candi Taman Sari
Masih di kawasan Teluk Terima, terdapat sebuah candi yaitu Candi Taman Sari. Candi juga berdekatan dengan makam Jayaprana dan Layur Sari. Lokasinya berada di atas bukit yang dapat dicapai sejauh 1 km dari ujung jalan raya yang menghubungkan antara Kota Gilimanuk dan Kota Singaraja.
Candi dan makam ini sering dikunjugi oleh masyarakat sekitar yang merupakan penganut agama Hindu, terutama untuk tujuan ziarah pada hari besar. Tidak jauh dari kawasan ini, tepatnya di sebelah barat daya terdapat tempat peribadatan berupa pura kecil yang memiliki janur serta sesajian khas Bali.
10. Tempat Penangkaran Jalak Bali
Sebagaimana telah disebutkan, burung Jalak Bali merupakan spesies yang paling menarik di Taman Nasional Bali Barat. Oleh sebab itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah membuat suatu proyek penangkaran burung Jalak Bali. Adapun lokasi penangkaran ini tepatnya berada di kawasan Tegal Bunder.