Taman Nasional Bukit Dua Belas adalah salah satu taman nasional di Pulau Sumatera yang biasa disebut sebagai TNBD. Kawasan seluas 54.780,41 hektar ini termasuk ke dalam taman nasional dengan ukuran yang relatif sempit dibandingkan yang lainnya.
Meskipun begitu pesona alam yang dimiliki kawasan ini tidak kalah dengan taman nasional lain. Sebab disini terdapat ekosistem yang sangat langka, berbagai jenis flora dan fauna membentuk habitat di TNBD. Bahkan pesona dan kekayaan alamnya menjadikan kawasan ini sebagai destinasi wisata yang patut dikunjungi.
Daftar Isi
Sejarah Taman Nasional Bukit Dua Belas
Taman Nasional Bukit Dua Belas mulanya adalah hasil alih fungsi dari sebagian areal hutan produksi terbatas Serengam Hulu yang memiliki luas 20.700 hektar, sebagian areal hutan produksi tetap Serengam Hilir dengan luas 11.400 hektar, kawasan Cagar Biosfer (Suaka Alam dan Pelestarian Alam) dengan luas 27.200 hektar, serta area lainnya seluas 1.200 hektar.
Kemudian pada akhirnya hutan lindung di Bukit Dua Belas, Provinsi Jambi tersebut resmi menjadi Taman Nasional Bukit Dua Belas berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.258/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 dan ditetapkan oleh Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

Berdasarkan perubahan fungsi hutan lindung tersebut, maka luas kawasan taman nasional mencapai 60.500 hektar dan berada tepat di tengah-tengah Provinsi Jambi meliputi empat kabupaten.
Sebelumnya kawasan hutan hujan tropis dataran rendah ini mengalami kerusakan dan penggundulan di wilayah sebelah utara akibat dari penebangan liar yang dilakukan oleh beberapa perusahaan untuk tujuan lahan hutan produksi. Akan tetapi kini kawasan taman nasional ini telah direboisasi demi mengembalikan fungsi utamanya.
Fungsi tersebut adalah sebagai hutan hujan tropis dan sekarang telah terbukti dengan manfaat yang diberikan oleh kawasan taman nasional ini terhadap Provinsi Jambi. Manfaat tersebut yaitu menjadi daerah tangkapan air.
Tidak lama kemudian, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.4196/Menhut-II/2014 tentang penetapan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas seluas 54.780,41 hektar pada tanggal 10 Juni 2014 setelah melalui proses tata batas dan pertimbangan keputusan dari berbagai pihak.
Kondisi Alam Taman Nasional Bukit Dua Belas
1. Letak dan Topografi
Secara geografis Taman Nasional Bukit Dua Belas terletak pada koordinat 1°44’ – 1°58’ Lintang Selatan dan 102°29’ – 102°49’ Bujur Timur. Sedangkan letak administratifnya berada di Kabupaten Sarolangun Bangko, Kabupaten Bungo Tebo, dan Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi.
Luas taman nasional ini terbilang kecil dan sempit dibanding kawasan taman nasional lainnya. Kondisi topografinya pun bervariasi mulai dari datar berbukit, sampai dengan bergelombang. Ketinggiannya berada di antara 50 – 400 meter di atas permukaan laut.
Sebagai kawasan yang berbukit-bukit, beberapa bukit yang dapat dijumpai di kawasan ini antara lain Bukit Punai setinggi 164 meter, Bukit Kuran setinggi 438 meter, serta Bukit Panggang dengan tinggi 328 meter.
2. Sistem Zonasi
Pengelolaan taman nasional ini juga menggunakan sistem zonasi yang dibagi menjadi tujuh, yaitu zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, zona, tradisional, zona religi, zona rehabilitasi, dan zona khusus.
Flora dan Fauna Taman Nasional Bukit Dua Belas
Meski pernah mengalami kerusakan, tetapi kini Taman Nasional Bukit Dua Belas / Bukit Duabelas National Park telah dikelola dengan baik. Apalagi kawasan ini memiliki tipe ekosistem yang sangat langka. Berbagai jenis tumbuhan dan satwa pun membentuk habitat di taman nasional ini. Bahkan tidak jarang dijumpai spesies langka dan endemik.
1. Flora
Diketahui ada lebih dari 120 jenis tumbuhan yang tumbuh di Taman Nasional Bukit Dua Belas. Flora tersebut bervariasai mulai dari jenis kayu-kayuan sampai dengan tumbuhan obat seperti cendawan.
Beberapa diantara spesies tersebut adalah pohon ulin (Eusideroxylon zwageri), pohon menggeris (Koompassia excelsa) dengan ketinggian tumbuh mencapai 80 meter, jelutung (Dyera costulata) yang diameternya tumbuh hingga 2 meter, serta jerenang (Daemonorops draco).

Flora jenis lain yang juga dapat dijumpai yaitu damar (Agathis sp.), bulian (Eusideroxylon zwageri), bangkirai (Shorea laevifolia), giam (Cotylelobium spp.), kempas (Koompassia excelsa), bungur (Lagestromia speciosa), meranti (Shorea sp.), dan rotan (Calamus sp.).
Ada pula spesies durian (Durio carinatus), ampupu (Eucalyptus alba), cengal (hopea cengal), geronggang (Cratoxylon arcecrescen), keruing (Dipterocarpus avendiculatus), kulim (Schorodocarpus borneensis), rengas (Gluta renghas), nyatoh (Palaquium spp.), dan bayur (Pterospermum spp.).
2. Fauna
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa ada banyak sekali spesies satwa langka yang hidup di Taman Nasional Bukit Dua Belas. Diantaranya adalah tapir (Tapirus indicus), kancil (Tragulus javanicus-kanchil), beruk (Macaca nemestrina), beruang madu (Helarctos malayanus), siamang (Hylobates syndactylus), dan juga macan dahan (Neofelis nebulosa).

Tidak hanya itu saja, masih ada lagi spesies seperti kijang (Muntiacus muntjak), meong congkok (Prionailurus bengalensis–sumatrana), lutra Sumatera (Lutra sumatrana), kelinci Sumatera (Nesolagus netscheri), ajag (Cuon alpinus sumatrensis), dan harimau sumatera (Panthera tigris–sumatrae).
Ada pula spesies kukang (Nycticebus coucang), napu (Tragulus napu), rusa sambar (Cervus unicolor), kucing hutan (Felis bengalensis), serta kambing hutan (Carpricornis sumatrensis), sedangkan untuk kelompok burung diantaranya adalah ayam hutan (Gallus gallus), rangkong (Buceros rhinoceros), raja udang (Alcedo atthis), serta elang ular bido (Spilornis cheela).
Kegiatan dan Destinasi Wisata
Ada banyak sekali kegiatan yang dapat dilakukan di Taman Nasional Bukit Dua Belas, mulai dari wisata air, alam, sampai dengan budaya. Hal tersebut didukung oleh bentangan alam yang membentuk panorama indah di kawasan ini, sehingga selain status taman nasional, juga menjadi lokasi tujuan wisata.
1. Gua Tereng
Gua Tereng merupakan salah satu tujuan wisata di Taman Nasional Bukit Dua Belas. Lokasi gua ini berada di dekat Sungai Tereng yang merupakan anak dari Sungai Nilo. Pesona dari gua ini adalah bentukan batu kapur yang telah berlangsung selama jutaan tahun melalui proses yang alamiah. Poin menariknya adalah hasil bentukan tersebut tidak dapat terulang kembali, karena sebelumnya terjadi akibat dari pergeseran bumi pada masa lampau.
Obyek wisata ini juga menjadi satu di antara sekian sumber mata air yang sangat bermanfaat bagi kehidupan mahluk hidup di sekitarnya. Di sekitar kawasan ini juga masih banyak sekali keanekaragaan hayati yang belum sempat untuk diidentifikasi. Jadi selain menjadi destinasi wisata, juga cocok sebagai lokasi penelitian ilmiah.
Dengan kenyataan tersebut, maka kondisi alam di sekitar gua dan aliran sungai ini mempunyai panorama yang sayang jika sampai dilewatkan. Hal tersebut juga tidak lepas dari tipe hutan hujan dataran rendah yang mempunyai banyak sekali kenakeragaman flora dan fauna endemik. Jadi pengelolaan wisata di lokasi ini memang sangat memperhatikan kondisi alamnya.
2. Puncak Bukit Dua Belas
Salah satu tujuan wisata terbaik di Taman Nasional Bukit Dua Belas yaitu puncak bukit Dua Belas sendiri. Ketika berada di atas puncak bukit tersebut, pengunjung dapat menikmati pesona hutan hujan tropis dataran rendah dari atas ketinggian.

3. Air Menitik
Air menitik merupakan salah satu air terjun yang berada di Taman Nasional Bukit Dua Belas tepatnya di Desa Pematang Kabau. Akses untuk mencapai air terjun ini yaitu dengan mengendari sepeda motor selama 20 menit, lalu dilanjutkan berjalan kaki sekitar 45 menit.
Selama menuju air terjun setinggi 1,5 meter ini, kita sekaligus dapat mengamati demplot tumbuhan obat, tanaman anggrek, serta kantong semar. Sepanjang trek yang dilalui terdapat pohon sialang yang dipelihara oleh orang rimba.
4. Benuaron
Benuaron adalah istilah yang digunakan oleh orang rimba untuk menyebut area yang ditumbuhi berbagai jenis buah-buahan secara alami. Dalam artian umum, benuaron merupakan kebun buah. Lokasi dari benuaron sendiri dapat ditemukan di seluruh kawasan TN Bukit Dua Belas.
Biasanya lokasi dari benuaran mengikuti area konsentrasi pada orang rimba. Bahkan setiap kelompok rimba juga memiliki benuaron dengan karakternya masing-masing. Ketika musim buah telah tiba, maka pengunjung yang kebetulan bertandang juga dapat menikmati buah yang dipanen tersebut.
Meskipun begitu, perlu diketahui bahwa buah adalah sumber pangan paling utama bagi orang rimba. Sehingga perilaku menebang pohon buah sangatlah dilarang. Apabila terjadi, maka pelakunya akan dibebankan sanksi hukum adat sebagai akibat dari pelanggaran yang dilakukannya.
Orang Rimba / Suku Anak Dalam
Orang rimba adalah sebutan bagi masyarakat Suku Anak Dalam, suku asli Provinsi Jambi yang tinggal di kawasan TNBD. Asal usul Orang Rimba hingga saat ini belum bisa dipastikan, namun ada beberapa versi sejarah terkait hal tersebut, yaitu:
- Sisa Laskar Pagaruyung dari Minangkabau, yakni kelompok laskar yang tersesat dalam perjalanan menuju Jambi untuk membantu Ratu Jambi yang akhirnya memutuskan untuk tinggal dan mengisolasi diri di dalam hutan.
- Masyarakat asal Desa Kubu Karambia, yaitu kelompok masyarakat Desa Kubu Karambia Kerajaan Pagaruyung yang menolak ajaran agama Islam dan melarikan diri ke kawasan hutan Jambi.
- Keturunan Bujan Perantau dan Putri Kelumpang yang berkelompok dan menetap di kawasan hutan.
Orang Rimba yang tinggal di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas hidup secara nomaden atau pola berpindah. Salah satu budaya populer dari suku ini adalah “melangun”, yaitu kegiatan berpindah tempat ketika salah anggota kelompok atau keluarga meninggal atau terkena musibah.
Keunikan lain dari Suku Anak Dalam adalah rumah yang disebut “sudung”. Sudung adalah pondok tanpa dinding yang beratapkan daun benar, serdang atau rumbia. Rumah ini dibangun di kedalaman hutan dan tiap sudung satu keluarga terpisah agak berjauhan dengan keluarga lainnya.
Perkembangan zaman dan interaksi Orang Rimba dengan dunia luar kini mengubah dan memberi pengaruh terhadap sudung. Saat ini atapnya tidak tertutup oleh dedaunan, namun menggunakan terpal hitam. Bahkan karena luas hutan yang kian menyusut, sudung juga dibangun di tepi jalan setapak serta berdekatan dengan perkebunan sawit.