Taman Nasional Gunung Gede Pangrango atau disingkat sebagai TNGGP merupakan satu di antara sekian taman nasional yang berada di kawasan Jawa Barat. Sesuai dengan namanya, taman nasional seluas 24.270,80 hektar ini berada di wilayah Gunung Gede dan Gunung Pangrango.
Tujuan pendirian taman nasional ini adalah sebagai lokasi konservasi ekosistem serta flora dan fauna yang berada di pegunungan. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan ini memiliki kekayaan hayati yang berlimpah dan juga menjadi habitat berbagai jenis spesies.
Berada di sepanjang area pegunungan, TNGGP tidak hanya berfungsi sebagai taman nasional ataupun lokasi pendakian. Melainkan ada banyak sekali kegiatan dan destinasi wisata yang dapat dikunjungi di sepanjang area taman nasional ini.
Daftar Isi
Sejarah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah salah satu taman nasional tertua yang ada di Indonesia bersama dengan TN Komodo, TN Gunung Leuser, TN Ujung Kulon, dan TN Baluran.
Sejarah taman nasional ini juga cukup panjang dan memiliki kisah tersendiri yang dipercaya oleh masyarakat sekitar. Penamaannya diambil dari dua nama gunung yang letaknya berdampingan yaitu Gunung Gede dan Gunung Pangrango.
Kawasan ini juga sudah lama dikenal oleh masyarakat. Hal ini diketahui melalui naskah-naskah kuno yang menceritakan tentang legenda dan dongeng kedua gunung di tanah Sunda ini. Salah satunya termaktub di dalam naskah perjalanan Bujangga Malik.
Ketika Belanda menjajah Indonesia, kawasan ini dijadikan sebagai perkebunan dan pertanian. Salah satu tanaman yang dikembangkan disini adalah teh Jepang, kemudian menyusul teh assam di lereng kedua gunung tersebut.
Sejak tahun 1819 sampai 1952, beberapa pendaki berhasil menaklukkan Gunung Gede. Pendaki pertama adalah C. G. C. Reinwardt, kemudian disusul oleh pendaki lain dan terakhir adalah C. G. G. J. Van Steenis yang akhirnya membuat buku The Mountain Flora of Java pada tahun 1972.
Pencetusan mengenai status taman nasional ini dimulai pada tahun 1980 ketika Menteri Pertanian mengajukannya. Sebelumnya, pada tahun 1830 lereng Gunung Gede berstatus sebagai Kebun Raya Cibodas, lalu diajukan perluasan hingga batas hutan primer pada tahun 1889.
Sementara itu, pada tahun 1919 hutan lindung yang berada di lereng bagian selatan Gunung Pangrango dijadikan sebagai Cagar Alam Cimungkat. Sayangnya perluasan Kebun Raya Cibodas ditolak pada tahun 1925.
Lima puluh tahun kemudian, tepatnya pada 1975 area Situ Gunung ditetapkan menjadi Taman Wisata. Selanjutnya pada tahun 1980 Menteri Pertanian kembali mengajukan agar Cagar Alam Cimungkat, Cagar Alam Gunung Gede-Pangrango, Cagar Alam Cibodas, dan Taman Wisata Situ Gunung agar dijadikan sebagai taman nasional.
Surat resmi mengenai status kawasan ini keluar dalam Surat Pernyataan Menteri Pertanian No. 736/Mentan/1982 tentang luas Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah 15.196 hektar. Luas ini terus mengalami perkembangan hingga pada tahun 2014 menjadi 24.270,80 hektar.
Kondisi Alam Gunung Gede Pangrango
1. Letak dan Topografi
Secara geografis Taman Nasional Gunung Gede Pangrango / Gunung Gede Pangrango National Park berada di antara 6°41’ – 6°51’ Lintang Selatan dan 106°51’ – 107°2’ Bujur Timur. Sementara letak secara administratifnya meliputi kabupaten Cianjur, kabupaten Sukabumi, dan kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Perbandingan luas TNGGP di setiap wilayah yang dilaluinya, yaitu 25% di Bogor seluas 4.514 hektar dengan 4 kecamatan dan 17 desa, 30% di Sukabumi seluas 6.781,98 hektar dengan 6 kecamatan dan 26 desa, serta 45% di Cianjur seluas 3.899,29 hektar dengan 3 kecamatan dan 18 desa.
Kondisi topografi di kawasan taman nasional ini adalah pegunungan dengan ketinggian 1.000 sampai 3.019 meter di atas permukaan laut. Beberapa gunung yang berada di wilayah taman nasional ini, antara lain Gunung Gemuruh, Gunung Sela, dan Gunung Gegerbentang.
Penghubung antara kawasan Gunung Gede dan Gunung Pangrango adalah daratan yang berada pada ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut.
2. Geologi dan Tanah
Jenis batuan di kawasan taman nasional ini diantaranya yaitu basalt lava, breksi tupan, breksi vulkani, piroklasik, dan andesit. Sementara jenis tanah yang terdapat di kawasan ini adalah latosol yang merupakan asosiasi antara andosol, regosol, dan latosol cokelat, serta jenis regosol sendiri.
3. Iklim dan Hidrologi
Iklim di kawasan TNGGP tergolong ke dalam tipe A yang mempunyai nilai Q dan berkisar antara 5% hingga 9%. Curah hujan di wilayah taman nasional ini berada pada rentang 3.000 hingga 4.200 mm per tahun. Ketika musim hujan, curah hujan di antara 200 sampai lebih dari 400 mm per tahun, sedangkan pada musim kemarau hanya 100 mm per tahun.
Kelembaban udara di taman nasional Gunung Gede Pangrango termasuk tinggi dan beragam setiap harinya, yaitu sekitar 30% di malam hari dan 90% di sore hari. Suhu di wilayah ini berada pada kisaran 0° celicus sampai 18° celcius tergantung ketinggiannya.
Angin yang bertiup di TNGGP adalah angins muson yang berubah arah tergantung musimnya. Saat musim hujan, yaitu antara bulan Desember hingga Maret maka angin bertiup dari arah barat daya dengan kecepatan cukup tinggi, sehingga tidak jarang menyebabkan tumbangnya pohon-pohon hutan. Sedangkan saat musim kemarau, angin bertiup dari arah timur laut dengan kecepatan lebih rendah.
Taman nasional ini mempunyai beberapa sungai yang disebut membentuk pola radial dengan jumlah kurang lebih 50 sungai dan anak sungai. Sungai-sungai yang berhulu di taman nasional ini antara lain Sungai Cikundul, Sungai Cimandiri, dan Sungai Citarum.
4. Ekosistem
Ekosistem di kawasan TNGGP tergolong sebagai hutan hujan tropis pegunungan di Jawa Barat yang terbagi menjadi tiga zona berdasarkan ketinggiannya.
Zona Submontana
Pertama adalah zona submontana yang berada pada ketinggian 1.000 hingga 1.500 meter di atas permukaan laut. Kawasan ini menjadi habitat bagi tumbuhan dari suku Fagaceae dan suku Lauraceae,seperti pohon rasamala (Altingia excelsa), Castanopsis argentea, Antidesma tetradum, Litsea sp., semak-semak (Ardisia fulginosa), dan Dichora febrifuga.
Kawasan ini juga menjadi habitat tumbuhan bawah, epifit dan lumut seperti kelompok Begonia, paku-pakuan jenis Asplenium nidus, serta berbagai macam anggrek yang jumlahnya mencapai 200 jenis serta lumur merah (Sphagnum gedeanum).
Zona Montana
Zona kedua yaitu montana yang terletak pada 1.500 – 2.000 meter di atas permukaan laut. Flora yang tumbuh dikawasan ini antara lain Puspa (Schima wallichii) dan tumbuhan berdaun jarum (Dacrycarpus imbricatus dan Podocarpus neriifolius).
Zona Subalpin
Ketiga yaitu zona subalpin yang berada pada ketinggian lebih dari 2.400 meter di atas permukaan laut. Hutan di kawasan ini memiliki tajuk yang terdirid ari dua lapis, yaitu pepohonan dan tumbuhan bawah. Di area ini pohon-pohon cenderung tumbuh lebih pendek dibanding zona sebelumnya.
Jenis tumbuhan yang hidup di daerah ini antara lain Rhododendron retusum, Rhododendron javanicum, Myrsine avenis, Selligueafeei, Cantigi gunung (Vaccinium varingiaefolium), serta Edelweis (Anaphalis javanica) yang menjadi simbol keabadian.
Selain itu, juga terdapat habitat lain berupa danau, rawa, padang rumput subalpin, kawah gunung, serta hutan dataran rendah yang terletak di bagian barat daya Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Pengelola TNGGP & Mitra Lain
TN Gunung Gede Pangrango dikelola oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang beralamatkan di Jl. Raya Cibodas 3 Sindanglaya, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, Indonesia – 43253 – Telp. (0263) 512776 – Fax. (0263) 519415.
Meskipun begitu, Balai Besar juga bekerjasama dengan organisasi atau lembaga kehutanan dan lingkungan hidup agar kawasan taman nasional tetap lestari. Berikut ini adalah mitra pengelola TN Gunung Gede Pangrango, yaitu:
- Yayasan WWF Indonesia
- Yayasan Owa Jawa (YOJ)
- Yayasan Alam Mitra Indonesia (ALAMI)
- Yayasan Bio Sain dan Bioteknologi Bandung (YPBB)
- The Indonesian Network for Plan Conservation (InetPC)
- Conservation International-Indonesia Program (CI-IP)
- Voluntary Service Overseas (VSO)
- Konsorsium Gedepahala
- USAID
- SKEPHI
- Hans Seidel Foundation
- BPPT
- Sarbi Moerhani Lestari
- Relawan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
- Pemerintah daerah kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi
Fasilitas Balai Besar TNGGP
Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menyediakan fasilitas umum yang dapat digunakan oleh wisatawan, antara lain:
- Kantor Balai Besar
- Pusat Informasi
- Kebun Raya Cibodas
- Cek kesehatan bagi yang ingin mendaki
- Pos pendakian
- Penunjuk arah pendakian
- Pusat Pendidikan Konservasi Bodogol
- Kamar mandi dan toilet
- Canopy Walk
- Camping site
Peraturan Bagi Pengunjung
Bagi pengunjung yang ingin memasuk kawasan hutan konservasi, maka harus menaati peraturan yang diberlakukan, yaitu:
- Setiap pengunjung wajib memiliki Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi
- Kegiatan penelitian di kawasan TN Gunung Gede Pangrango harus mendapatkan izin dari pihak terkait
- Dilarang membuang dan meninggalkan sampak di kawasan hutan konservasi dan wajib membuangnya di luar kawasan TNGGP
- Tidak diperbolehkan membawah keluar benda apapun dari TNGGP
- Dilarang melakukan perusakan terhadap flora maupun fauna
- Dilarang membuat api karena dikhawatirkan akan menyebabkan kebakaran hutan
- Pendakian harus didamping oleh pendaki yang telah berpengalaman atau petugas dari TNGGP
- Para pendaki tidak boleh menggunakan sandal dan wajib membawa peralatan standar serta dilakukan dalam kelompok regu
Flora dan Fauna TN Gunung Gede Pangrango
Kawasan pegunungan memang menjadi surga bagi flora dan fauna, begitupun di kawasan TNGGP. Seperti yang telah disebutkan, bahwa ada begitu banyak tumbuhan dan satwa yang hidup di area ini, termasuk beberapa jenis spesies langka.
1. Flora
Tercatat ada lebih dari 1.000 spesies flora yang tumbuh di kawasan taman nasional ini. Beberapa diantaranya adalah edelweis (Anaphalis javanica), rotan buluh (Calamus sp.), kondang (Vicus variegata), saninten (Castanopsis argentea), rasamala (Altingia excelsa), anggrek (Dendrobium hasseltii), kantong semar (Nepenthes gymnamphora), dan puspa (Schima wallichii).
Flora jenis endemik Pulau Jawa yang hidup di sini selain edelweis dan anggrek adalah lumut merah (Sphagnum gedeanum), Amomum pseudofoetens, Diacorea platycarpa, dan Dioscorea blumei.
2. Fauna
Terdapat 250 jenis burung yang hidup di TNGGP, seperti elang ular (Spilornis cheela), punai salung (Terron oxyura), burung hantu (Strix seloputo), dan dua jenis endemik yaitu elang jawa (Spizaetus bartelsi) dan tesia (Tesia superciliaris).
TNGGP menjadi habitat berbagai jenis mamalia yang totalnya lebih dari 100 spesies, seperti owa jawa (Hylobates moloch), kukang jawa (Nycticebus javanicus), landak jawa (Hystrix javanica), dan jenis endemik yaitu trenggiling (Manis javanica).
Adapun jenis amfibi dan reptil antara lain katak terbang (Rhacophorus reinwardti), katak bertanduk (Megophys montana), katak jawa (Rhacophorus javanus), kodok gunung (Leptophryne cruentata), dan ular hijau (Trimeresurus puniceus).
Selain itu, beragam invertebrata dan serangga juga hidup di TN Gunung Gede Pangrango, yaitu Metaphire longa (Cacing Sonari). Phyllium, Vespa velutina (Tawon), Episcapha glabra (Kumbang), Bombus rufipes (Lebah), Papillio paris (Kupu-Kupu), Actis maenas (Kupu-Kupu), dan Delias (Kupu-kupu).
Akses Menuju Kawasan
TNGGP ramai dikunjungi wisatawan pada musim liburan serta hari sabtu. Kita dapat memasuki kawasan ini melalui jalan setapak yang telah disediakan mulai pintu masuk kawasan, baik dari Cibodas, Gunung Putri dan Selabintana.
Untuk menuju masing-masing pintu masuk tersebut, kita dapat menempuh jalur berikut:
- Pintu masuk Cibodas dapat dituju dari Jalan Raya Bogor – Bandung kemudian masuk ke arah Selatan di kawasan kecamatan Pacet, Cianjur dekat dengan RSUD Cianjur.
- Pintu masuk Gunung Putri dapat dituju dari Jalan Raya Bogor – Bandung, kemudian kita menuju ke arah selatan dari Cipanas.
- Pintu masuk Selabintana adalah pintu masuk yang dekat dengan kota Sukabumi.
Kegiatan dan Destinasi Wisata
Berlokasi di antara dua gunung, yakni Gunung Gede dan Gunung Pangrango, membuat alam di wilayah ini cocok untuk kegiatan pendakian para pecinta alam. Selain itu, keanekaragaman flora dan fauna yang hidup juga kerap dijadikan sebagai sumber penelitian.
Berikut ini adalah beberapa kegiatan dan wisata yang ada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
1. Alun-Alun Suryakencana
Ada banyak pendaki yang rela menempuh track sulit demi mencapai Alun-Alun Suryakencana yang berada pada ketinggian 2.958 meter di atas permukaan laut. Alasannya akan terjawab ketika tiba di lokasi ini.
Mata akan dimanjakan oleh hamparan bunga edelweis yang membentang di atas lahan seluas 50 hektar. Padang bunga edelweis merupakan hal yang sangat jarang ditemukan di tempat lain, sehingga cocok sekali dijadikan sebagai spot foto. Khususnya pada kisaran Juni hingga Agustus ketika edelweis mekar secara sempurna.
2. Lembah Mandalawangi
Tidak jauh dari puncak Gunung Pangrango adalah lokasi dari Lembah Mandalawangi. Lembah ini juga yang berhasil memikat Soe Hok Gie (penggagas MAPALA) dan tertuang di dalam puisinya dengan judul “Mandalawangi-Pangrango”.
Melalui lembah ini pendaki dapat menikmati panorama yang memikat seperti Gunung Halimun dan Gunung Salak. Sunset dari area ini juga sangat indah, oleh sebab itu banyak yang rela menunggu hingga waktu yang tepat untuk melihat sunset.
3. Telaga Biru
Telaga cantik ini berada di jalur Cibodas, tepatnya di area hutan hujan tropis. Disebut Telaga Biru karena warna airnya yang biru. Telaga dengan luas kurang lebih 5 hektar persegi ini terletak di ketinggian 1.575 meter di atas permukaan laut.
Warna biru telaga ini disebabkan oleh populasi spesies ganggang biru yang hidup di dalam airnya. Pada waktu tertentu airnya akan berubah menjadi hijau kecokelatan, tergantung jenis alga apa yang mendominasinya.
4. Kawah Gunung Gede
Kawah Gunung Gede merupakan salah satu destinasi wisata yang paling menarik untuk dikunjungi. Letak kawah ini sendiri berada di puncak Gunung Gede, sehingga panorama yang dapat disaksikan dari ketinggian ini juga begitu memukau.
Jika mendapatkan waktu yang tepat, wisatawan dapat menikmati indahnya sunset atau sunrise. Tidak hanya itu, di kawasan ini juga sesekali akan terlihat satwa liar yang berkeliaran, serta yang paling utama adalah kawahnya yang menjadi saksi bisu dari wisatawan yang berhasil menaklukkan puncak Gunung Gede untuk pertama kali.
5. Curug Cibereum
Curug Cibereum adalah air terjun setinggi 50 meter yang berada di jalur Cibodas. Air terjun ini terletak di kawasan pada ketinggian 1.675 meter di atas permukaan laut.
6. Air Terjun Ciwalen
Wisatawan yang ingin merasakan ketentraman dan gemericik air yang menenangkan dapat mengunjungi Air Terjun Ciwalen. Uniknya, di atas lembah air terjun ini terdapat Canopy Trail yang menggantung di antara sela pohon-pohon.
Menyeberangi jembatan dengan panjang kurang lebih 130 meter dan tinggi 48 meter ini dapat menjadi kegiatan yang menantang.
7. Wisata Air Panas
Medan yang dilalui menuju lokasi Air Panas memang tidaklah mudah, tetapi sudah ada tali yang dipasang sehingga wisatawan dapat melaluinya. Berada di ketinggian 2.171 meter di atas permukaan laut, destinasi ini cocok bagi yang ingin berendam dan merelaksasi diri.
8. Kebun Raya Cibodas
Kebun Raya Cibodas adalah jalur pertama untuk memulai pendakian menuju puncak Gunung Gede dan Gunung Pangrango. Wilayah ini juga berfungsi sebagai pusat riset tumbuhan, sehingga wisatawan dapat melihat berbagai spesies flora yang tumbuh di area seluas 80 hektar ini.
9. Kandang Badak dan Kandang Batu
Sebenarnya Kandang Badak adalah salah satu pos pendakian yang dapat menjadi tempat istirahat para pendaki. Di lokasi ini terdapat sumber air bersih, sehingga pendaki dapat mengisi perbekalan air di sini. Selain itu, tidak jauh dari area ini ada air terjun kecil yang bernama Panca Weuleuh.
Tidak jauh berbeda, Kandang Batu juga merupakan pos pendakian. Hanya saja area ini menjadi begitu terkenal karena berfungsi sebagai tempat perkemahan serta terdapat pemandangan berupa bongkahan batu hasil letusan Gunung Pangrango.