Taman Nasional Gunung Tambora merupakan satu di antara sekian taman nasional yang berada di kawasan gunung di Indonesia. Wilayah taman nasional ini membentang di wilayah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dengan luas 71.645,74 hektar.
Daya tarik utama dari kawasan ini adalah Gunung Tambora sendiri, karena para wisatawan dapat melakukan pendakian sesuai jalur yang telah disediakan. Selain itu, di sepanjang perjalanan mata juga tidak berhenti dimanjakan oleh flora dan fauna, terutama spesies burung, serta berbagai pesona alam lainnya.
Daftar Isi
Sejarah Taman Nasional Gunung Tambora
Sebelum resmi berstatus sebagai taman nasional, kawasan Gunung Tambora ini menjadi beberapa bagian. Dengan luas total 71.644 hektar, kawasan ini terbagi menjadi Cagar Alam seluas 23.840 Hektar, Suaka Margasatwa seluas 21.674 hektar, dan Taman Buru seluas 26.130 hektar. Taman nasional ini juga memiliki kawasan alamiah yang dilindungi dan tidak boleh dimasuki kecuali untuk tujuan penelitian.
Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2013-2028, kawasan Gunung Tambora ditetapkan menjadi satu di antara destinasi pariwisata unggulan dari Pulau Sumbawa. Tepatnya setelah bergabung dengan destinasi wisata Pulau Moyo dan Teluk Saleh.
Karena statusnya sebagai kawasan konservasi, maka Gunung Tambora dianggap kurang kondusif jika dijadikan wilayah pengembangan wisata alam. Maka dari itu, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengeluarkan usulan terhadap Kementerian Kehutanan agar mengubah status kawasan ini menjadi Taman Nasional Gunung Tambora.
Usulan yang diajukan tersebut memperoleh respon positif dari Kementerian Kehutanan. Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 111/MenLHK-II/2015 pada tanggal 7 April 2015, kawasan ini resmi berstatus sebagai Taman Nasional Gunung Tambora dan peresmiannya dilakukan tepat pada peringatan 200 tahun setelah meletusnya Gunung Tambora.
Kondisi Alam Taman Nasional Gunung Tambora
1. Letak dan Topografi
Letak geografis dari kawasan Taman Nasional Gunung Tambora berada di antara 117°47’00’’ Bujur Timur dan 08°07’00’’ Lintang Selatan. Sementara itu, secara administratif kawasan ini berada di Pulau Sumbawa, tepatnya di antara Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Kawasan TNGT terbagi ke dalam enam zona untuk menyesuaikan terhadap pengelolaannya. Keenam zona tersebut adalah zona inti (8.400 hektar), zona rimba (39.417,38 hektar), zona pemanfaatan (15.677,30 hektar), zona rehabilitasi (4.059,32 hektar), zona tradisional (3.059,98 hektar), dan zona khusus (1.030 hektar).
Topografi dari seluruh wilayah taman nasional ini bervariasi dari berbukit sampai bergunung. Kelerengan gunung mulai dari 8% sampai 45% yang terdiri dari wilayah hutan dataran rendah dan hutan pegunungan.
2. Geologi dan Tanah
Formasi geologi dari TNGT dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik Gunung Tambora sendiri. Batuan yang mendominasi formasi geologinya adalah batuan hasil dari gunung api dan sebagian kecilnya adalah batuan gunung api tua. Adapun kondisi tanah terdiri dari tiga jenis, yaitu mediteran, reogosol, dan aluvial.
3. Iklim dan Hidrologi
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmiht dan Ferguson, kawasan Taman Nasional Gunung Tambora mempunyai tiga tipe ilklim. Ketiga tipe iklim tersebut adalah tipe D, tipe E, dan tipe F. Kondisi iklim ini dipengaruhi oleh curah hujan serta perbandingan antara total bulan kering dan total bulan basah dalam periode tertentu.
Kawasan Taman Nasional Gunung Tambora merupakan bentangan dari beberapa kesatuan gunung. Gunung-gunung tersebut kemudian membentuk sungai yang berhulu di Gunung Tambora. Beberapa aliran sungai tersebut adalah Sungai Pasumba, Sungai Nangamiro, Sungai Hodo, Sungai Maggae, Sungai Labuhan Bili, dan Sungai Labuhan Kenanga.
4. Ekosistem
Ada tiga ekosistem yang terdapat di Taman Nasional Gunung Tambora. Ketiga ekosistem tersebut adalah hutan hujan tropis, hutan savana, dan hutan musim. Keberlangsungan fungsi ekologi yang berada di kawasan ini sangat bergantung pada tutupan vegetasi yang begitu rapat dari ketiga ekosistem tersebut.
Flora dan Fauna Taman Nasional Gunung Tambora
Potensi flora dan fauna yang terdapat di kawasan Taman Nasional Gunung Tambora sangat melimpah dan beragam. Diketahui terdapat sekitar 625 spesies dari flora dan fauna yang hidup di area taman nasional ini. 625 spesies tersebut terbagi menjadi dua, yaitu 277 jenis flora dan 348 jenis fauna. Pesona inilah yang juga menjadi daya tarik dari TNGT.
1. Flora
Kekayaan flora yang terdapat di Taman Nasional Gunung Tambora dapat dikelompokkan berdasarkan tipe vegetasinya. Di kawasan ini ada tiga tipe vegetasi, yaitu hutam musim selalu hijau, hutan sekunder, dan savana.
Tipe vegetasi hutan musim yang selalu hijau berada pada ketinggian 200 meter sampai 700 meter di atas permukaan laut. Tipe vegetasi ini juga biasa disebut dry evergreen. Di area vegetasi ini jenis flora yang mendominasi antara lain linggua (Pterocarpus indicus), binuang (Tetrameles nudiflora), dan kelanggo atau rajumas (Duabanga mollucana).
Ada pula spesies rida atau pulai (Alstonia scholaris), walikukun walikukun (Schoutenia ovata), wangkal (Albizia procera), monggo atau jambu hutan (Eugenia polyantha), bayur (Pterospermum javanicum), dan lain sebagainya.
Kemudian pada vegetasi hutan sekunder yang berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, jenis flora yang mendominasi adalah semak-semak dan perdu. Sedangkan pada vegetasi savana dimulai dari ketinggian 900 meter sampai 1.200 meter di atas permukaan laut.
Jenis flora yang hidup pada savana dengan ketinggian 900 meter, antara lain edelweis (Anaphalis javanica) dan cemara gunung (Casuarina junghuniana). Sementara itu, pada wilayah hutan savana yang berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut kebanyakan ditumbuhi rumput alang-alang (Imperata cylindrica), lantana (Lantana camara), kirinyuh (Euphatorium sp.), rumput gelagah (Cyperus rotondus), dan masih banyak lagi.
2. Fauna
Fauna yang menghuni kawasan Taman Nasional Gunung Tambora di semua tipe vegetasi juga beragam. Berhubung taman nasional ini berlokasi di gunung, maka jenis fauna yang mendominasi adalah burung-burung. Berbagai spesies burung juga beragam mulai dari jenis yang dilindungi dan tidak dilindungi.
Beberapa spesies burung yang hidup di TNGT adalah ayam hutan hijau (Gallus gallus), srigunting (Dicrurus densus), bentet kelabu (Lanius scach), kirik-kirik australia (Merops ornatus), alap-alap layang (Falco cinerhoides), dan elang bondol (Heliastur indus).
Terdapat pula spesies burung lain, seperti punglor kepala hitam (Zoothera doherty), kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea), nuri kepala merah (Geofroyyus geofroyyi), isap madu australia (Lichmera indistincta), isap madu topi sisik (Lichmera lombokia), dan masih banyak lagi.
Adapun jenis mamalia yang dapat dijumpai di kawasan taman nasional ini, antara lain kera abu-abu (Macaca fascicularis), babi hutan (Sus scrova), dan rusa timor (cervus timorensis). Sedangkan jenis reptil yang sering dijumpai adalah ular piton (Phyton sp.) dan biawak (Varanus salvator).
Selain beberapa spesies dari jenis tersebut, kawasan ini juga memiliki potensi penghasil madu, yang dikenal dengan madu sumbawa.
Kegiatan dan Destinasi Wisata
Kawasan Taman Nasional Gunung Tambora tidak hanya sebatas wilayah konservasi, melainkan juga menawarkan destinasi wisata yang menjanjikan. Hal ini tidak lepas dari kekayaan alam yang dimiliki, sehingga mampu menarik para wisatawan untuk datang berkunjung.
Sebagai kawasan gunung, taman nasional ini menyimpan berbagai pesona yang sangat cocok untuk dijadikan destinasi berwisata. Mulai dari keanekaragaman hayati, satwa, dan panorama alam yang begitu memukau. Semua keindahan ini sangat sayang jika harus dilewatkan begitu saja.
1. Mendaki Gunung Tambora
Mendaki Gunung Tambora memang menjadi kegiatan yang paling menyenangkan dan diminati oleh para wisatawan. Tentu saja, karena taman nasional ini memang berada di gunung. Gunung Tambora sendiri memiliki ketinggian yang mencapai 2.815 meter di atas permukaan laut. Ketinggian ini pula yang membuat Gunung Tambora sangat cocok untuk didaki.
Kegiatan mendaki tidak hanya sebatas itu saja, sepanjang perjalanan mata juga tidak berhenti disuguhi berbagai pemandangan yang indah. Selain itu, pendaki juga sesekali akan disambut oleh satwa-satwa yang menghuni kawasan Gunung Tambora.
Jalur pendakian menuju puncak Gunung Tambora yaitu Doronganca, Kawinda Toi, Piong (Kore), dan Pancasila. Keempat jalur ini pastinya memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga sensasi yang dirasakan pendaki juga beragam.
2. Kawah Gunung Tambora
Kawah Gunung Tambora merupakan destinasi yang juga paling menarik untuk dikunjungi. Alasannya karena kawah ini adalah yang terbesar di Indonesia. Kawah ini sendiri memiliki lebar seluas 7 kilometer, ukuran kelilingnya 18 kilometer, serta kedalaman sejauh 800 meter.
Pada mulanya, kawah ini terbentuk akibat dari letusan Gunung Tambora yang terjadi sekitar 200 tahun lalu, tepatnya pada tahun 1815. Bahkan ketika itu, abu vulkanik yang dihasilkan dari letusan gunung ini berdampak pada perubahan iklim di dunia. Satu tahun setelah peristiwa ini dikenal sebagai tahun tanpa musim panas.
3. Jungle Tracking
Jungle tracking atau jelajah hutan juga menjadi kegiatan yang disukai oleh para pengunjung kawasan Taman Nasional Gunung Tambora. Hal ini dikarenakan kondisi taman nasional yang masih sangat rapat serta didukung kondisi alam yang sejuk dan nyaman, sehingga pengunjung dapat betah berjalan-jalan dalam waktu yang cukup lama.
Selain hutan, pengunjung juga dapat menikmati keindahan padang sabana yang ada di kawasan taman nasional ini. Salah satunya adalah taman savana doronganca yang merupakan salah satu jalur pendakian menuju puncak Gunung Tambora.
4. Pulau Moyo
Wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Gunung Tambora akan sangat disayangkan jika tidak menyempatkan diri mampir ke Pulau Moyo. Ketika berada di pulau ini, mata akan dimanjakan dengan panorama pantai nan indah berpadu dengan air laut berwarna biru cerah.
Perlu juga diketahui bahwa tepat di tengah-tengah pulau terdapat desa adat yang sebelumnya adalah lokasi Istana Kesultanan Sumbawa. Selain itu pengunjung dapat juga mendatangi air terjun bertingkat yang ada di pulau ini.
5. Berolahraga
Pengunjung yang memiliki hobi olahraga ekstrem juga cocok menjadikan Taman Nasional Gunung Tambora sebagai destinasi wisata. Pasalnya pihak Balai TNGT telah menyediakan fasilitas untuk melakukan olahraga ekstrem. Beberapa jenis olahraga yang bisa dicoba antara lain panjat tebing, offroad, paralayang, dan masih banyak lagi.
6. Berwisata Air
Kawasan taman nasional ini juga memiliki sungai yang dapat dijadikan sebagai tujuan wisata. Misalnya menjelajahi Sungai Oi Marai yang kerap dijadikan sebagai lokasi peristirahatan untuk para pendaki yang telah melalui perjalanan panjang. Di sungai ini juga terdapat air terjun indah yang mampu menyejukkan jiwa dan raga.
Masyarakat Taman Nasional Gunung Tambora
Masyarakat disekitar taman nasional umumnya bekerja sebagai peternak dan petani. Kawsan TN Gunung Tambora yang mempunyai padang sabana yang luas kerap dimanfaatkan waga sekitar untuk menggembala hewan ternak, seperti sampi, kerbau, kambing, kuda, dan sebagainya.
Sedangkan warga yang berprofesi sebagai petani umumnya menanam tanaman unggulan perkebunan, seperti asam, kemiri, kelapa, jabu mete dan lainnya. Sebagian besar petani merupakan warga transmigran.
Masyarakat di sekitar Gunung Tambora juga mendapat pembinaan dari Balai Taman Nasional Gunung Tambora sebagai upaya pengembangan pariwisata berbasis ekowisata. Mereka terbagi menjadi beberapa kelompok masyarakat, misalnya dari Desa Tambora, Desa Kawinda Toi, Desa Soritangga dan Desa Piong. Program pembinaan tersebut diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat yang awalnya hanya sebagai orang yang mendapat manfaat beralih menjadi pengelola dan penerima manfaat.
Balai Taman Nasional Gunung Tambora
TN Gunung Tambora dikelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Tambora yang beralamatkan di Jl. Syech Muhammad No. 5, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Kode Pos 84212. No Telp. (0373)-21919 | Fax. (0373)-21919 | Email: tntambora@gmail.com
Pengelola & Mitra TN Gunung Tambora
Selaku pengelola, Balai TNGT juga bekerja sama dengan berbagai pihak yang selanjutnya disebut mitra dalam mengelola taman nasional ini. Salah satu mitra Balai TNGT adalah Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Kerjasama ini dilakukan untuk mendorong perkembangan Taman Nasional Gunung Tambora melalui kelompok kerja (POKJA) percepatan pembangunan kawasan Tambora.
Akses & Fasilitas
Bagi yang ingin mengunjungi taman nasional ini, kita dapat melalui jalur darat dari kota Mataram selama 13 jam. Perjalanan dimulai dari Mataram ke Dompu kemudian menaiki kapal feri sekitar 11 jam. Kemudian dari Dompu menuju Kore ditempuh selama 2 jam hingga tiba di Pos Kore.
Sedangkan bagi yang ingin masuk melalui Pos Kawinda Toi, maka diperlukan waktu tambahan selama 2 jam dari Kore. Kemudian jika ingin masuk dari Pos Doropeti maka memerlukan waktu 2 jam dari Dompu.
Beberapa fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola taman nasional antara lain adalah jalur pendakian, pos pendakian, serta fasilitas olahraga seperti paralayang dan panjang tebing. Selain itu juga ada lahan untuk berkemah, warung makan, penginapan, mushola pusat informasi dan sebagainya.
Balai Taman Nasional Gunung Tamboro kini juga telah menyediakan jalur pendakian eksklusif dengan menaiki jeep serta motor trail. Jalur baru ini melalui dua rute, yakni Desa Piong di Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima dan Doroncanga di Kabupaten Dompu.