Satu lagi destinasi wisata menakjubkan yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur selain Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo. Destinasi tersebut adalah Taman Nasional Kelimutu yang membentang di antara Kecamatan Detsuko, Kecamatan Ndona, dan Kecamatan Wolowaru di Kabupaten Ende, Provinsi NTT.
Kawasan seluas 5.356,5 hektar ini merupakan salah satu taman nasional dengan luas sempit dan kecil yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Kelimutu.
Meski luasnya terhitung kecil, pesona alam yang dimilikinya tetap sanggup membuat mata takjub dan betah berlama-lama. Salah satu area yang paling terkenal dan banyak menarik wisatawan adalah pesona Danau Kelimutu atau juga dikenal sebagai danau tiga warna.
Tidak hanya itu saja, di kawasan taman nasional ini masih ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan dengan panorama alamnya yang memukau. Berbagai spesies flora dan fauna juga mendiami dan tersebar di sepanjang taman nasional ini, mulai dari yang dilindungi sampai tidak dilindungi.
Daftar Isi
Sejarah dan Mitos Taman Nasional Kelimutu
1. Sejarah
Sejarah Taman Nasional Kelimutu dimulai ketika seorang komandan militer yang bernama B. Van Suchtelen menemukannya pada tahun 1915. Tidak lama kemudian Y. Bouman juga membuat tulisan mengenai Danau Kelimutu pada tahun 1929 yang mengundang perhatian dan para wisatawan.
Sebenarnya nama Kelimutu adalah hasil dari gabungan dua kata yaitu ‘keli’ yang berarti gunung dan ‘mutu’ yang berarti mendidih. Dengan begitu, kedua kata yang digabungkan ini berarti ‘gunung mendidih’.
Selain itu kelimutu adalah nama dari sebuah gunung di kawasan tersebut, sedangkan danaunya sendiri memiliki nama seperti Ata Mbupu atau Tiwu Ata Mbupu, Tiwu Nuwa Muri Koo Fai, dan Tiwu Ata Polo atau Ata Polo.
Hingga saat ini ada dua peristiwa paling bersejarah berkaitan kawasan taman nasional ini.
Pertama, yaitu ketika dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 185/Kpts-II/1984 pada tanggal 4 Oktober 1984 untuk menetapkan kawasan ini sebagai Cagar Alam Danau Kelimutu dengan luas 16 hektar serta Taman Wisata Danau Kelimutu yang memiliki luas 4.984 hektar.
Kedua, kawasan ini resmi menyandang status sebagai Taman Nasional Kelimutu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 279/Kpts-II/1992 pada tanggal 26 Februari 1992 yang berisi perubahan status dari kawasan yang sebelumnya adalah cagar alam dan taman wisata menjadi Taman Nasional Kelimutu seluas 5.000 hektar.
2. Mitos
Mitos memang selalu hadir bergandengan dengan suatu lokasi yang keberadaannya sudah cukup lama. Begitupun dengan kawasan Taman Nasional Kelimutu. Sebenarnya, mitos yang berkembang di kawasan ini terkait dengan Danau Kelimutu yang merupakan area ikonik dari taman nasional.
Konon kedua danau yang berdekatan di Danau Kelimutu yaitu Tiwu Ata Polo dan Tiwu Nuwa Muri Koo Fai jika telah bercampur jadi satu, maka dunia akan kiamat. Faktanya, saat ini tebing pemisah danau tersebut semakin menipis.
Ada juga kepercayaan bahwa danau tiga warna ini adalah tempat bersemayamnya arwah orang meninggal. Tiwu Nuwa Muri Koo Fai dengan air berwarna biru muda adalah tempat untuk para pemuda pemudi. Sedangkan Tiwu Ata Polo yang airnya berwarna hijau toska adalah tempat arwah para tenung atau tukang sihir jahat.
Kondisi Alam Taman Nasional Kelimutu
1. Letak dan Topografi
Kawasan Taman Nasional Kelimutu secara geografis berada di antara 8°43’21’’ – 8°48’24’’ Lintang Selatan dan 121°44’21’’ – 121°40’15’’ Bujur Timur. Sementara letak administratifnya berada di antara tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Wolowaru, Kecamatan Ndona, dan Kecamatan Detsuko di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Topografi kawasan ini cukup beragam, mulai dari bergelombang, lereng terjal, lereng curam, dan juga bergunung-gunung. Beberapa gunung yang ada di taman nasional ini adalah Gunung Kelimutu (1.690 mdpl) dan Gunung Kelibara (1.731 mdpl).
Di Gunung Kelimutu terdapat Danau Kelimutu yang terdiri dari tiga buah danau. Danau-danau ini populer dikenal dengan nama Danau Tiga Warna. Keunikannya adalah airnya yang selalu beruabh setiap tahun, dari merah menjadi hijau tua kemudian merah hati, hijau tua menjadi hijau muda, serta cokelat kehitaman menjadi biru langit. Fenomena ini menjadikan Danau Kelimutu sebagai bagian dari 9 Keajaiban Dunia.
2. Iklim dan Hidrologi
Secara umum, iklim dari taman nasional ini masuk ke dalam tipe B yang nilainya adalah Q dan sebesar 22,2%. Curah hujannya rata-rata berada di antara 1.000 – 1.500 mm per tahun. Suhu di antara bulan Juli hingga Agustus mencapai 21,6° Celcius serta suhu udara rata-rata 25,5° sampai 31° Celcius.
3. Ekosistem
Ekosistem yang ada di kawasan Taman Nasional Kelimuti memiliki kekhasan tersendiri. Ada dua jenis ekosistem, yaitu ekosistem caccinium varingiaefolium dan ekosistem rododendron renchianum.
Flora dan Fauna Taman Nasional Kelimutu
Tidak hanya obyek wisata Danau Kelimutu saja, sebagai wilayah konservasi Taman Nasional Kelimutu juga kaya akan aneka ragam satwa dan tumbuhan. Bahkan tidak jarang flora dan fauna yang hanya bisa ditemukan di kawasan taman nasional ini saja (endemik). Berbagai jenis flora fauna tersebut hidup di arboretum yang merupakan hutan dengan luas 4,5 hektar.
1. Flora
Terdapat 78 jenis pohon yang tumbuh di kawasan taman nasional ini yang digolongkan ke dalam 36 suku. Sementara itu, spesies flora secara keseluruhan mencapai 100 jenis dan dua diantaranya adalah tumbuhan endemik.
Flora endemik yang tumbuh di kawasan taman nasional ini adalah turuwara (Rhododendron renschianum), arngoni (Vaccinium varingiaefolium) dengan bunga kecil bewarna putih dan menjadi hitam saat matang diyakani sebagai makanan dewa, dan uta onga (Begonia kelimutuensis).
Beberapa jenis flora yang tumbuh di kawasan ini antara lain ajang kode (Toona), kempo (Palaquium), kesambi (Schleichera oleosa), kesi (Canarium), kawah (Anthocephalus cadamba), kodal (Diospyros ferrea), sita (Alstonia scholaris), edelweis, dan cemara (Casuarina junghuhnia).
Sementara itu, pada ekosistem hutan empupu atau Eucalyptus urophylla tumbuhan yang mendominasinya adalah putri malu (Mimosa pudica), krinyuh (Eupatorium inofolium), dan tembelekan (Lantana camara).
Adapun di area yang tidak memiliki tutupan tajuk, jenis tumbuhan yang mendominasinya adalah berbagai jenis reruputan serta alang-alang (Imperata cylindrica).
2. Fauna
Tidak hanya keanekaragaman flora, kawasan Taman Nasional Kelimutu juga kaya akan berbagai jenis satwa. Sebagian di antara satwa tersebut adalah spesies endemik, seperti burung gerugiwa (Monarcha sp.) yang memiliki 11 suara kicauan yang berbeda-beda. Spesies burung ini oleh masyarakat dianggap sebagai burung arwah, karena jarang terlihat berkeliaran.
Burung madu (Lichmera lombokia) juga merupakan satwa endemik di Nusa Tenggara. Sementara satwa endemik jenis mamalia yang menghuni kawasan taman nasional ini adalah tikus gunung, tikus lawo, wawi ndua, dan deke.
Selain itu, TN Kelimutu juga menjadi habitat kijang (Muntiacus muntjak), babi hutan (Sus), luwak, landak, kancil, banteng, rusa (Cervus timorensis), trenggiling, ayam hutan hijau (Gallus varius), srigunting (Dicurus macrocercus), kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea), kancil, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kuskus (Phalanger), dan masih banyak lagi.
Kegiatan dan Destinasi Wisata
Melakukan wisata di kawasan alam memang selalu menarik untuk dilakukan. Begitupun di Taman Nasional Kelimutu yang sudah sejak dulu terkenal dengan berbagai pesona alamnya yang begitu menarik untuk dikunjungi.
Berada di area taman nasional ini bukan hanya menikmati panorama alamnya saja, melainkan ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan.
1. Danau Tiga Warna Kelimutu
Sebenarnya Danau Kelimutu adalah gabungan dari tiga danau yang berada di Gunung Kelimutu. Pertama danau tersebut adalah Danau Tiwu Ata Mbupu yang pada mulanya berwarna cokelat kehitaman lalu berubah menjadi warna cokelat susu.
Kedua adalah Danau Tiwu Ata Nuwa Muri Koo Fai dengan warna biru langit lalu berubah menjadi warna putih susu. Serta yang ketiga adalah Danau Tiwu Ata Polo yang berwarna merah pada tahun 1983 kemudian menjadi hijau tua dan merah hati, kemudian hijau tua, dan akhirnya menjadi biru muda pada tahun 1990.
Danau yang berada pada ketinggian 1.631 meter di atas permukaan laut ini terbentang di antara tiga kecamatan, yaitu Wolowaru, Ndona, dan Detsuko di kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Perubahan warna danau ini disebabkan oleh kandungan material yang berada di dasar danau.
2. Mengamati Flora dan Fauna
Kekayaan flora dan fauna yang ada di Taman Nasional Kelimutu juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Di kawasan ini terdapat hutan seluas 4,5 hektar yang menjadi area koleksi berbagai jenis flora dan fauna. Area ini dikenal dengan nama arboretum.
Pengunjung yang datang ke taman nasional juga dapat mengamati berbagai jenis keragaman hayati dan satwa-satwa yang hidup di kawasan ini. Sebab, yang hidup bukan hanya flora dan fauna familiar saja, melainkan juga jenis endemik.
3. Pendakian Gunung Kelimutu
Gunung Kelimutu juga menjadi destinasi wisata yang paling menarik hati dari pengunjung, apalagi para pecinta alam. Pendakian gunung ini menempuh jarak sejauh 14 km dalam waktu 4 jam. Jalur pendakian gunung yang tingginya kurang dari 2.000 meter di atas permukaan laut ini berupa jalan setapak. Gunung Kelimutu memiliki suhu yang tidak terlalu ekstrem.
Setelah melakukan pendakian gunung, kita dapat menikmati keindahan Danau Kelimutu yang memiliki tiga warna yang berada di puncak gunung ini. Hal ini juga menjadi salah satu alasan bagi para wisatawan rela melakukan pendakian demi menikmati pesona danau ini.
4. Pulau Flores
Panorama di Pulau Flores juga mempunyai daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Di pulau ini yang menjadi ikon wisatanya adalah pantai yang begitu indah, karena kondisi alamnya masih sangat terjaga.
5. Watunggere
Watunggere menjadi destinasi wisata yang menarik, karena di kawasan ini ada Benteng Merikengga. Kawasan ini sendiri berada di kabupaten Ende yang sebenarnya adalah kota sejarah. Hal ini karena Presiden pertama Republik Indonesia pernah diasingkan di sini.
6. Desa Moni
Bagi para wisatawan yang mencintai budaya, sayang sekali jika melewatkan kawasan Desa Moni. Di desa ini terdapat rumah adat dan pemakaman kuno yang tidak lepas dari peninggalan budaya dan sejarah.
Selain itu, di desa ini juga ada banyak penginapan seperti hotel dan lodge yang dapat disewa oleh pengunjung. Biasanya pengunjung yang menginap di tempat ini mengejar pesona dari waktu terbitnya matahari pada keesokan hari.
7. Penelitian
Kekayaan alam tidak hanya menjadi tujuan wisata saja, tetapi juga untuk melakukan penelitian. Adapun penelitian yang dapat dijadikan sebagai objek di kawasan Taman Nasional Kelimutu, antara lain sumber daya hutan, sumber daya alam, formasi geologi, geografi, masyarakat, dan masih banyak lagi.
Penelitian paling menantang adalah mempelajari perubahan warna dari tiga danau di puncak Gunung Kelimutu.
Masyarakat dan Budaya
Penduduk yang tinggal di kawasan Taman Nasional Kelimutu terdiri dari berbagai suku dengan adat istiadan yang berbeda, seperti pakaian tradisional, tarian adat daerah, serta hasil kerajinan dan kesenian berupa tenunan dengan corak dan mutu yang tinggi.
Pengelola Kawasan dan Mitra
Kawasan TN Kelimutu dikelola oleh Unit Taman Nasional Kelimutu (Unit Pelaksana Teknis Eselon IV) serta bermitra dengan organisasi atau lembaga yang berkaitan dengan kehutanan, flora dan fauna.
Pengelola taman nasional tersebut berlokasi di Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 34 Ende (Flores), Nusa Tenggara Timur, Indonesia – Telp. (0381) 22478.
Pihak pengelola melakukan kerjasama dengan Konsorsium Dataran Tinggi Nusa Tenggara, Badan Pengembangan Wallacea (BPW), PT. Deka Pentra, serta pemerintah daerah setempat untuk melindungi kawasan taman nasional serta melakukan pengembangan potensi wisata.
Peraturan Taman Nasional
Terdapat dua jenis peraturan (tertulis maupun tidak tertulis) yang mesti kita patuhi ketika berkunjung ke TN Kelimutu maupun taman nasional yang lain, antara lain:
- Sebelum memasuki kawasan taman nasional, maka pengunjung wajib mempunyai Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi dengan memenuhi persyaratan administrasi yang ditetapkan.
- Pengunjung dari dalam negeri yang ingin melakukan penelitian dan kegiatan lain memerlukan izin dari pengelola Taman Nasional Kelimutu secara tertulis dengan melampirkan proposan penelitian.
- Pengunjung daru luar negeri yang ingin melakukan survei, pengamatan, penelitian dan kegiatan lain wajib mendapat izin dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan melampirkan proposal penelitian serta surat rekomendasi dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).
- Disarankan untuk mengetahui informasi atau gambaran umum taman nasional dengan berkunjung ke Wisma Cinta Alam atau Pusat Informasi yang disediakan.
- Pengunjung yang memerlukan pemandu wisata dapat menghubungi pengelola kawasan TN Kelimutu.
- Berkunjunglah ke taman nasional pada musim kemarau atau sekitar bulan Juli hingga September.
Akses Menuju Kawasan TN Kelimutu
Setidaknya ada 7 alternatif jalur menuju Taman Nasional Kelimutu yang dapat kita pilih, yaitu:
- Melalui jalur udara menggunakan penerbangan domestik dari Jakarta menuju Denpasar – Kupang – Ende atau dari Denpasar – Mataram – Bima – Ruteng – Ende.
- Melalui jalur udara dari Bali menuju Labuan Bajo, Ende, atau Maumere, kemudian diteruskan dengan kendaraan umum atau sewaan menuju lokasi taman nasional.
- Melalui penerbangan pesawat dari Kupang menuju Maumere, kemudian dilanjutkan dengan kendaraan umum atau sewaan menuju lokasi taman nasional.
- Melalui penerbangan luar negeri dari Darwin, Australia menuju Maumere, dilanjutkan menaiki kendaraan umum atau sewaan menuju lokasi taman nasional.
- Melalui jalur laut dengan menggunakan Kapal Motor Kelimutu yang beroperasi 2 minggu sekali, dari Semarang – Surabaya – Ujung Pandang – Padang Bay (Bali) – Lembar (Lombok) – Bima (Sumbawa) – Ende. Kemudian dari Ende menuju Kelimutu menggunakan kendaraan umum dengan waktu tempuh 2 jam perjalanan.
- Jalur darat dari Ende atau Maumere menuju Moni dapat menggunakan bus atau kendaraan pribadi.
- Jalur Udara dari Kupang menuju Ende dengan pesawat sekitar 40 menit atau dari Bima menuju Ende dengan pesawat sekitar 90 menit. Dari Ende menuju ke desa terdekat dengan Taman Nasional Kelimutu, yaitu Desa Koanara (Moni) berjarak 93 km (3 jam perjalanan). Desa Koanara – Desa Koposili – Desa Manakuko – Puncak Danau Kelimutu melalui jalan setapak sekitar 2,5 jam, atau dari Desa Woloara – Desa Koposenda – Desa Woloki – Desa Kopo – Puncak Danau Kelimutu melalui jalan setapak sekitar 2,5 jam.
Fasilitas dan Transportasi
Untuk sampai di TN Kelimutu, pengunjung dapat melewati jalan lintas Flores sepanjang 546 km menuju kota-kota disekitar kawasan. Kita dapat memilihnya berdasarkan rute sebagai berikut:
- Dari Labun Bajo menuju Ruteng dengan jarak 140 km
- Dari Ruteng menuju Bajawa dengan jarak 112 km
- Dari Bajawa menuju Ende dengan jarak 146 km
- Dari Ende menuju Maumere dengan jarak 148 km
Di sekitara kawasan Taman Nasional Kelimutu juga terdapat penyewaan kendaran roda dua maupun roda empat, tepatnya di Wisma Kelimutu dan Sao Risa Wisata di daerah Desa Moni serta sekitar Koanara.