Taman Nasional Lorentz – Kawasan Konservasi Terbesar Asia Tenggara

4.2/5 - (5 votes)

Tanah Papua yang terkenal akan kekayaan alamnya yang masih perawan memiliki kawasan konservasi bernama Taman Nasional Lorentz. Kawasan ini terkenal sebagai taman nasional terluas di Asia Tenggara dan juga mempunyai tipe vegetasi yang tergolong lengkap.

TN Lorentz memiliki banyak bentangan alam yang menjadikan wilayah ini surga untuk berbagai jenis flora dan fauna. Berbagai tumbuhan endemik, langka, dilindungi dan hampir punah, serta spesies baru dapat dijumpai di kawasan ini. Perpaduan antara kondisi alam, keanekaragaman hayati serta berbagai kebudayaan menjadi daya tarik wisata tersendiri.

Sejarah Taman Nasional Lorentz

Sejarah Taman Nasional Lorentz sudah dimulai sejak lama sebelum resmi berstatus sebagai taman nasional. Diketahui bahwa pada tahun 1909 melalui suatu ekspedisi alam yang dilakukan di bawah kepemimpinan Dr. H.A. Lorentz menjadi cikal bakal nama dari Lorentz National Park ini.

Selanjutnya pada tahun 1919 pada masa pemerintahan Belanda, kawasan ini ditetapkan sebagai Monumen Alam Lorentz dan menjadi status resmi pertama dari wilayah ini. Kemudian pada tahun 1970 kawasan ini direkomendasikan untuk menjadi jaringan kawasan di Pulau Irian yang dilindungi oleh beberapa lembaga dan organisasi.

Pada tahun 1978 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 44/Kpts/Um/1978 tanggal 25 Januari 1978, kawasan ini ditetapkan sebagai Cagar Alam dengan luas 2.150.000 hektar.

Kemudian kawasan ini resmi menjadi Taman Nasional Lorentz pada tahun 1997 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 154.Kpts-II/1997 pada tanggal 19 Maret 1997 tentang status Cagar Alam Lorentz menjadi Taman Nasional Lorentz seluas 2.505.600 hektar dengan menambahkan area yang berada di bagian timur serta laut di wilayah selatan. 

Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1999, taman nasional ini didaftarkan dan diajukan untuk menjadi Warisan Alam Dunia (World Heritage Site) dengan mengecualikan area seluas 150.000 hektar dari kawasan yang mempunyai izin untuk eksplorasi minyak bumi dan gas alam oleh Conoco.

Pengajuan tersebut ditetapkan secara resmi melalui Surat WHG/74/409.1/NI/CS tanggal 12 Desember 1999 seluas 2.350.000 hektar, sehingga Taman Nasional Lorentz juga menjadi Warisan Alam Dunia.

Tidak hanya itu, pada tahun 2003 setelah menyadari keunikan, keberagaman, serta berbagai nilai yang ada di kawasan Taman Nasional Lorentz, maka lahirlah upaya untuk melestarikan kawasan ini. Hasilnya kawasan Lorentz dinyatakan sebagai Taman Warisan ASEAN seluas 2.350.000 hektar melalui ASEAN Declaration on Heritage Parks.

Terakhir, pada tahun 2013 lalu melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor SK.92/IV-Set/2013 tanggal 27 Maret 2013 mengenai sistem zonasi Taman Nasional Lorentz.

Kondisi Alam Taman Nasional Lorentz

1. Letak dan Topografi

Taman Nasional Lorentz secara geografis berada pada koordinat 03°41’ – 05°30’ Lintang Selatan dan 136°56’ – 139°09’ Bujur Timur. Sedangkan secara administratif kawasan ini meliputi beberapa kabupaten, yaitu Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.

Selain kabupaten tersebut, masih ada kabupaten lain yang baru saja dimekarkan yang juga menjadi bagian dari TN Lorentz, seperti Kabupaten Lanni Jaya, Kabupaten Nduga, serta Kabupaten Puncak.

baca juga:  Telaga Claket - Ranu Kumbolo Pindah ke Wonogiri!

Batas wilayah TN Lorentz di sebelah utara berbatasan dengan Puncak Jaya dan Kabupaten Jayawijaya, di sebelah timur berbatasan dengan Yahukimo, Kabupaten Asmat, dan di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Mimika.

2. Iklim dan Hidrologi

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson, Taman Nasional Lorentz mempunyai iklim tipe A dengan curah hujan berada pada kisaran antara 3.700 hingga 10.000 mm per tahun. Sedangkan suhu di wilayah ini rata-rata 19° hingga 32° celcius.

3. Geologi dan Tanah

Kondisi geologi Taman Nasional Lorentz memiliki struktur yang sangat kompleks sebagai akibat dari pertemuan dua lempeng, yaitu lempeng Australia dan lempeng Pasifik.

Pada bagian selatan merupakan area dataran aluvial pantai yang begitu luas, sedangkan di bagian tengahnya adalah pegunungan yang menunjukkan karakteristik dari kawasan Lorentz.

Area yang menjadi puncak tertinggi di taman nasional ini terbentuk dari lempeng campuran yang merupakan perpaduan antara kerak Benua Australia dan bagian bawah dari Palcozoic yang berasal dari era Tasman Orogen. Kedua unsur tersebut kemudian mengalami perubahan dan akhirnya tertimbun oleh sedimen pada masa Holosen.

Wilayah terendam pada bagian selatan kawasan ini merupakan bentukan dari aluvium pada masa Neogen dan masa Kuarter. Kemudian pada bagian lereng dan kaki bukitnya mempunyai lapisan batuan Silurian atau batuan Devonian sampai dengan batuan Permain yang tergolong tebal.

4. Ekosistem

Secara keseluruhan ada 34 tipe vegetasi di kawasan ini, seperti hutan sagu, hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan hujan di bukit, hutan hujan lahan datar atau lereng, hutan gambut, pantai pasir karang, padang rumput, hutan pegunungan, hutan kerangas, dan lumut kerak.

Sementara berdasarkan ketinggian tempatnya, taman nasional ini mempunyai lima zona vegetasi. Kelima zona tersebut adalah zona dataran rendah antara 0-650 meter di atas permukaan laut, zona pegunungan antara 650-3.200 meter, zona sub alpin antara 3.200-4.170 meter, zona alpin antara 4.170-4.585 meter, dan zona nival pada ketinggian di atas 4.585 meter.

Flora dan Fauna Taman Nasional Lorentz

Kawasan Taman Nasional Lorenzt mempunyai tipe vegetasi yang cukup lengkap dan bervariasi. Kondisi alam taman nasional ini juga masih alami dan asri, sehingga berbagai jenis flora dan fauna dapat membentuk habitat di kawasan ini. Spesies yang dijumpai juga sangat beragam mulai dari jenis endemik, langka, dilindungi, sampai spesies baru karena belum teridentifikasi.

1. Flora

Tumbuhan yang tumbuh di Taman Nasional Lorentz dapat dikelompokkan berdasarkan daerah tumbuhnya. Pengelompokkan ini juga berkaitan dengan penerapan zona vegetasi TN Lorentz.

Jenis flora yang tumbuh di zona dataran rendah adalah kelompok tumbuhan pantai, rawa gambut, lembah, dan sebagainya. Beberapa flora yang dapat dijumpai yaitu nipah (Nypa fructicans), pandan (Pandanus julianetti), pohon sagu, alang-alang, serta tanaman yang hidup di bawah air.

hutan papua medium.com

Selain itu ada pula bakau, sarang semut yang merupakan sejenis pakis (Myrmecodia sp. dan Lecanopteris myrabilis), tumbuhan karnivora berkantong (Nephantes spp.), Syzygium Pandan, dan Freycinetia spp. Ada pula dari kelompok Meliaceae, Tristania, Eugenia, Garcinia, Myristica, Diospiros, Alstonia, serta Ficus.

Pada zona pegunungan didominasi oleh tumbuhan dari kelompok semak, perdu, padang tumput, serta pepohonan. Beberapa kelompok yang hidup di kawasan ini berasal dari genus Elastosterma, Bogonia, Castanopsis, Sloanea, Sericolea, Drymis, Prunus, Pittospermum, Elaeocarpaceae,  Lauraceae, serta Garcinia.

Zona sub alpin merupakan kawasan yang tidak terlalu banyak ditumbuhi oleh tanaman, sehingga disebut miskin tumbuhan terutama di bagian bawahnya. Semakin ke atas beberapa jenis flora yang mendominasi antara lain spesies Papuacedrus papuas, Rapanea sp., serta Dacrycarpus.

Sementara itu zona alpin didominasi oleh berbagai jenis tumbuhan yang berada pada batas semak tinggi dan umumnya membentuk padang rumput, tundra, serta kerangas. Beberapa spesies yang hidup di kawasan ini yaitu Monostachya oreoboloides, Deyeeuxia brassi, Agrostis reinwardtii, Poa callosa, dan Anthoxantium angustum.

2. Fauna

Tercatat ada 630 jenis burung dan 123 jenis mamalia yang hidup di kawasan ini. Beberapa spesies mamalia yang dapat dijumpai antara lain babi duri moncong pendek (Tachyglossus aculeatus), serta babi duri moncong panjang (Zaglossus brujnii).

baca juga:  Pantai Walakiri - Paduan Pohon Menari & Siluet Jingga Langit Sumba

Di antara spesies mamalia yang berhasil diidentifikasi ada beberapa spesies yang merupakan jenis baru. Beberapa satwa yang tergolong sebagai jenis baru dan langka antara lain kangguru pohon (Dendrolagus mbaiso dan Dendrolagus dorianus), serta landak irian (Zaglossus brujini).

Selain itu, ada pula beberapa spesies kelelawar (Syconycteris hobbit, Paranyctimene raptor, Pipistrellus collinus , serta Tadarida kuboriensis), beberapa jenis tikus dari genus Stenomys, dua spesies tikus raksasa (Mallomys aroaensis dan Mallomys istapantap), tikus air (Hydromys habbema),  serta tikus spesies Coccymys rummleri dan Mellomys mollis.

Ditemukan pula spesies seperti kuskus abu (Phalanger gymnotis), kuskus totol (Spilocuscus maculatus), walabi coklat (Docropsis muelleri), posum kerdil (Cercatus caudatus), dan posum bergaris (Dactylopsila trivergata).

Kelompok aves yang merupakan ciri khas dari taman nasional ini terdiri atas beberapa spesies, yaitu dua spesies kasuari, 31 spesies merpati, 30 spesies kakatua, empat spesies megapoda, 29 spesies burung madu, 13 spesies burung udang, dan 20 spesies endemik antara lain puyuh salju (Anurophasis monorthonyx) dan cendrawasih ekor panjang (Paradigalla caruneulata).

burung kasuari jubi.co.id

Tercatat ada 45 jenis burung sebaran serta 9 jenis yang merupakan burung endemik di taman nasional ini.  Beberapa diantaranya adalah pipit ekor api (Oreostruthus fuliginosus), nuri kabare (Pittrichas fulgidus), serta walet sapi dan walet gunung (Collocalia esculenta dan Collocalia hirundinacea).

Selain itu ada juga spesies Archboldia papuensis, ifrita topi biru (Ifrita kowaldi), sesap madu (Eurostopodus archboldi), mambruk selatan (Goura scheepmakeri), robin salju (Petroica archboldi), itik noso (Anas waigiuensis), dan cendrawasih elok (Macgregoria pulchra),

Fauna dari kelompok reptil dan amfibi yang hidup di kawasan ini dan biasa dijumpai antara lain ular sanca boelan (Morelia boelini), kura-kura moncong babi (Carettochelys insculpta), dua spesies buaya (Crocodylus porosus dan Crocodylus novaeguineae), serta Lobula sp.

Sedangkan untuk kelompok ikan diperkiran ada lebih dari 1.000 spesies yang hidup di wilayah perairan taman nasional ini. Adapun jenis ikan yang biasa dijumpai yaitu ikan kaloso atau yang lebih dikenal sebagai ikan arwana (Scleropages jardini).

Kegiatan dan Destinasi Wisata

Keadaan rimba papua yang masih perawan memberikan tantangan bagi para wisatawan yang ingin mengeksplorasi tanah Papua. Berikut ini adalah obyek wisata dan kegiatan yang dapat dilakukan TN Lorentz.

baca juga:  Bermain Dengan Ubur-Ubur Danau Kakaban, Sama Sekali Tak Berbahaya

1. Puncak Carstensz atau Puncak Jaya

Salah satu tujuan wisata yang menarik di Taman Nasional Lorentz adalah Pucak Carstensz atau dikenal Puncak Jaya. Daya tarik utama dari destinasi ini adalah pemandangan pegunungan bersalju abadi yang sangat memukau.

puncak carstenz adventureconsultants.com

Puncak Jaya ini juga merupakan pegunungan yang sangat terkenal. Dengan ketinggiannya yang mencapai kurang lebih 5.030 meter di atas permukaan laut, puncak ini juga masuk ke dalam Seven Summit.

2. Danau Habema

Selain kawasan pegunungan, Taman Nasional Lorentz juga memiliki danau yang sayang jika dilewatkan. Danau tersebut adalah Danau Habema. Pemandangan dari danau ini memang sangat mempesona dengan latar belakang Gunung Trikora yang puncaknya diselimuti oleh salju.

danau hebema mytrip.co.id

Meskipun begitu, akses menuju Danau Habema yang berada pada ketinggian 3.225 meter di atas permukaan laut ini masih sulit untuk ditempuh, sehingga perjalanan akan terasa lebih berat. Selain itu, medan yang harus dilalui berupa tanjakan yang sangat terjal disertai awan putih karena berada pada kawasan yang cukup tinggi.

3. Lembah Baliem

Taman Nasional Lorentz juga terkenal dengan Lembah Baliem-nya. Diketahui bahwa lembah ini juga merupakan tempat tinggal bagi beberapa suku Papua, yaitu Suku Dani, Suku Lani, dan Suku Yali. Ketiga suku tersebut dikenal sebagai penduduk asli daerah setempat. Lembah Baliem berada pada ketinggian kurang lebih 1.600 meter di atas permukaan laut.

lembah baliem triptrus.com

Ketinggian tersebut menjadikan pemandangan dari lembah ini semakin menarik. Selain itu, keberadaan suku asli setempat di Lembah Baliem juga dapat menjadi tujuan wisata budaya.

4. Puncak Trikora

Puncak Trikora atau juga dikenal sebagai Puncak Wilhelmina adalah kawasan puncak ketiga tertinggi yang ada di Indonesia. Ketinggian kawasan ini mencapai sekitar 4.750 meter di atas permukaan laut. Dengan ketinggian tersebut, panorama dan bentangan alam yang disuguhkan kawasan ini sangatlah memukau.

puncak trikora indonesiaexpeditions.com

Selain itu, daya tarik utama dari kawasan ini adalah area puncaknya yang juga tertutupi salju. Puncak Trikora yang berada tepat di belakang Danau Habema menjadi tempat terbaik untuk mengamati pemandangan danau Hebema serta Puncak Jaya yang tertutup salju dari kejauhan.

5. Danau Larson

Pemandangan Danau Larson akan tampak ketika pengunjung melakukan perjalanan untuk menuju Puncak Jaya atau Puncak Carstensz. Warna air dari danau akan tampak kebiruan ketika dilihat dari kejauhan.

Di sekitar Danau Larson terdapat area perbukitan batu yang membentang dan mengelilingi danau ini. Tidak hanya itu saja, ketika berada di danau ini pengunjung juga dapat menikmati pemandangan berupa hamparan padang rumput luas. Berbagai jenis flora serta fauna akan sesekali tampak ketika berada di danau ini.

6. Wisata Budaya

Taman Nasional Lorentz tidak hanya kaya akan bentangan alam yang mempesona dan keanekaragaman hayati saja, tetapi juga mempunyai kebudayaan yang sangat beragam. Bahkan beberapa sumber menyebutkan bahwa budaya di kawasan ini telah berumur sekitar 30.000 tahun.

suku papua Pixabay

Ada banyak suku yang mendiami kawasan ini, tiga di antaranya telah disebutkan sebelumnya. Sementara itu, ada pula Suku Asmat, Suku Nduga, Suku Amungme, dan Suku Sempan. Bahkan masyarakat setempat percaya bahwa di pedalaman hutan belantara masih ada suku lain yang belum tersentuh oleh moderniasasi ataupun manusia.

Suku Asmat merupakan suku paling terkenal yang hidup di daratan Papua. Suku ini juga dikenal memiliki keterampilan membuat pahatan patung. Kemampuan tersebut menjadi hal yang cukup wajar, apalagi mengingat bahwa Suku Asmat kerap diidentikan dengan pepohonan ataupun hutan.

Dalam kepercayaannya, batang pohon merupakan lambang untuk tubuh manusia, dahan-dahan pepohonan adalah lambang untuk lengan, serta buah menjadi lambang untuk kepala manusia. Pohon juga diyakini sebagai tempat para arwah nenek moyang Suku Asmat hidup. Tidak hanya itu saja, sistem kepercayaan pohon juga diberlakukan untuk gunung, sungai, dan sebagainya.

Industrial Engineer, Civil Servant, Entrepreuner & Writer.