Taman Nasional Taka Bonerate merupakan kawasan konservasi seluas 530.765 hektar yang berada di wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Daerah yang terdiri dari gugusan pulau dan perairan ini memiliki pesona bawah laut yang sangat indah, sehingga mendapat julukan sebagai taman laut terindah.
Sesuai dengan kondisi alamnya, berbagai flora dan fauna perairan dan pantai dapat dijumpai di taman nasional ini yang didominasi jenis ikan dan terumbu karang. Kegiatan dan tujuan wisata yang paling menarik adalah menikmati indahnya pesona bawah laut kawasan TN Taka Bonerate.
Daftar Isi
Sejarah Taman Nasional Taka Bonerate
Sebelum resmi menjadi taman nasional, kawasan ini sebelumnya ditetapkan sebagai Cagar Alam melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 100/Kpts-II/1989. Tidak lama kemudian, kawasan ini ditunjuk menjadi taman nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 280/Kpts-II/1992 pada tanggal 26 Februari 1992.
Selanjutnya secara resmi ditetapkan menjadi taman nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 92/Kpts-II/2001 pada tanggal 15 Maret 2001 tentang perubahan status menjadi Taman Nasional Taka Bonerate dengan luas wilayah sebesar 530.765 hektar.

Pada masa pemerintahan Kerajaan Bone, kawasan taman nasional ini dikenal sebagai Bone Riattang yang berarti kerajaan Bone di bagian selatan atau juga bisa diartikan sebagai gundukan pasir di selatan. Kemudian pada masa pemerintahan Kerajaan Gowa dinamakan Gowa Irate yang berarti Kerajaan Gowa di selatan.
Dalam studi lain, Taka Bonerate diartikan sebagai hamparan karang yang berada di atas pasir. Sementara di dalam Sebaran dan Perkembangan Terumbu Karang di Indonesia Timur disebutkan bahwa Taka Bonerate adalah Atol Harimau (Tiger Island).
Nama gugusan pulau yang berada di kawasan taman nasional ini (Taka Bonerate) dalam sejarahnya telah melalui tiga kali perubahan nama. Tingkatan perubahan tersebut dimulai dari nama yang diberikan Molengraff di tahun 1929, kemudian nama yang berada di dalam Peta Dishidors, dan terakhir nama yang diberlakukan oleh penduduk setempat.
Salah satunya adalah Kepulau Macan yang penamaannya dimaknai berbeda-beda. Salah satunya adalah letak taka yang menyerupai gigi macan yang rapat dan juga tajam. Hal ini menyiratkan peringatan agar manusia yang ingin masuk ke kawasan ini terlebih dahulu wajib mengenal kondisi alamnya dengan baik.
Jika tidak dilaksanakan, maka manusia yang terlanjur masuk akan mengalami kesulitan untuk keluar. Pasalnya memasuki kawasan ini berarti sudah memasuki mulut macan. Nama Taka Bonerate sendiri mempunyai kaitan erat dengan berbagai peristiwa sejarah, ekonomi, dan politik, tetapi yang paling penting adalah sumber daya alamnya.
Kondisi Alam Taman Nasional Taka Bonerate
1. Letak dan Topografi
Letak Taman Nasional Taka Bonerate secara geografis berada pada koordinat 6°20’ – 7°10’ Lintang Selatan dan 120°55’ – 121°25’ Bujur Timur. Sedangkan secara administratif berada di Kecamatan Taka Bonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kondisi topografi yang mendominaasi kawasan ini merupakan gugusan dari berbagai pulau gosong karang yang berpadu dengan hamparan terumbu yang sangat luas. Pada beberapa bagian terdapat selat-selat yang mempunyai ukuran sempit, dalam, dan juga terjal. Selat tersebut menjadi pemisah antara dari gugusan pulau dan gosong karang.
Pada permukaan rataan terumbu karang dapat dijumpai gobah yang cukup dalam dengan jumlah yang banyak. Gobah tersebut kemudian dikelilingi oleh terumbu karang. Ketika air mulai surut, akan nampak bagian dasar menyerupai daratan kering dengan genangan air pada beberapa titik yang menyerupai kolam kecil.
Kedalaman wilayah perairan di kawasan ini sangat bervariasi, mulai dari kedalaman 2 sampai 3 meter di areal rataan terumbu hingga kedalaman 200 meter yang berada di kawasan perairan dalam. Sementara gugusan pulau memiliki ketinggian di antara 2 sampai 4 meter di atas permukaan laut.
2. Iklim dan Hidrologi
Kondisi iklim di Taman Nasional Taka Bonerate secara umum adalah basah tropik khatulistiwa dengan kelembaban rata-rata setiap bulannya mencapai 88%. Iklim ini mengikuti kondisi iklim di Kabupaten Kepulauan Selayar yang merupakan iklim tropis. Sementara curah hujan berada pada kisaran 300 mm per bulan dengan suhu udara antara 28 sampai 32 derajat Celcius.
Sebagai kawasan yang terdiri dari gugusan pulau dan perairan, maka kondisi hidrologis di taman nasioal sudah cukup jelas. Pasang surut air laut merupakan jenis campuran yang condong ke dominan ganda, artinya dalam sehari semalam jumlah air pasang sebanyak dua kali yang berada pada interval 200 – 250 cm.
3. Geologi dan Tanah
Taman Nasional Taka Bonerate berada di bagian selatan dari Pulau Sulawesi dan juga Pulau Flores. Oleh sebab itu, kondisi geologi dari kawasan ini cukup mirip dengan geologi di Sulawesi Selatan namun berbeda dengan mandala vulkanik aktif yang berada di Pulau Flores.
Berbagai laporan terdahulu menyebutkan bahwa taman nasional ini merupakan bentuk batuan vulkanik dan batuan malihan. Kemudian berdasarkan citra seismik di bagian utara Pulau Flores memberi hasil bahwa kondisi geologi di bawah tanah kawasan ini merupakan masif vulkanik, terobosan, serta malihan.
4. Ekosistem dan Zonasi
Pengelolaan Taman Nasional Taka Bonerate menerapkan sistem zonasi berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal PHKA Nomor: SK.150/IV-SET/2012 tanggal 17 September 2012 tentang zonasi Taman Nasional Taka Bonerate. Keputusan tersebut menghasilkan empat zona, yaitu zona inti, zona perlindungan bahari, zona pemanfaatan, dan zona khusus.
Selanjutnya terjadi perubahan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Direktorat Jenderal Konservaasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor SK.23/KSDAE/SET/KSA.0/1/2019 tanggal 23 Januari 2019 yang menghasilkan 7 zona, yaitu zona inti, zona perlindungan bahari, zona pemanfaatkan, zona khusus, zona tradisional, zona religi, zona budaya dan sejarah, serta zona rehabilitasi.
Flora dan Fauna Taman Nasional Taka Bonerate
Sebagai kawasan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan dengan pulau-pulau kecil, Taman Nasional Taka Bonerate mempunyai keanekaragaman hayati yang merupakan kelompok di lingkungan perairan. Beberapa diantaranya merupakan spesies yang sudah cukup langka dan bahkan terancam punah.
1. Flora
Beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate antara lain adalah pohon kelapa (Cocos nucifera), cemara laut (Casuarina equisetifolia), pandan laut (Pandanus sp.), dan juga ketapang (Terminalia catappa).

Adapun untuk koral yang dapat dijumpai di taman nasional ini yaitu Pacillopora exdouxi, Acropora palifera, Fungia concinna, Montipora danae, Porites cylindrica, serta Pavona clavus.
2. Fauna
Sebagai kawasan perairan, ada banyak sekali jenis ikan yang hidup di taman nasional ini. Beberapa diantaranya merupakan kelompok ikan yang bisa dikonsumsi dan mempunyai nilai ekonomis yang tergolong tinggi. Misalnya cakalang (Katsuwonus spp.), kerapu (Epinephelus spp.), baronang (Siganus sp.), dan juga ikan napoleon (Cheilinus undulatus).

Selain itu, kelompok moluska yang berhasil diidentifikasi berjumlah sekitar 244 jenis seperti kerang kepala kambing (Cassis cornuta), lola (Trochus niloticus), batulaga (Turbo spp.), triton (Charonia tritonis), kerang mutiara (Pinctada spp.), nautilus berongga (Nautilus pompillius), dan kima sisik (Tridacna squamosa).
Sementara jenis penyu yang hidup di kawasan ini dan berhasil tercatat antara lain adalah penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu lekang (Dermochelys coriacea).
Kegiatan dan Destinasi Wisata
Ada banyak sekali kegiatan yang dapat dilakukan di Taman Nasional Taka Bonerate. Kegiatan itupun tentunya didominasi terkait dengan laut dan pantai. Apalagi kawasan ini memang menonjol dari segi pesona bawah laut yang dimilikinya.
1. Wisata Bawah Laut
Melakukan wisata bawah laut merupakan kegiatan wajib di Taman Nasional Taka Bonerate dan menjadi tujuan utama para pengunjung. Ada 17 pulau yang mempunyai pesona bawah laut yang bisa dikunjungi di kawasan ini.

Salah satu spot favorit untuk diving adalah The Rivers Spot yang berada di Pulau Jinato. Lokasi diving ini mempunyai karakteristik berupa slope atau dinding dengan suhu mencapai 28 derajat celcius. Kedalaman perairan rata-rata berada pada kisaran 5 sampai 10 meter dengan arus sekitar 0,15 meter per detik.
Selain itu, ada pula Jinato Wall Paradise masih di kawasan perairan dengan kedalaman di antara 5 sampai 15 meter. Tutupan karang di kawasan ini didominaasi oleh softcoral dan hardcoral. Ada banyak sekali jenis biota laut yang dapat dijumpai di kawasan ini, salah satu yang paling menarik adalah kima.
2. Berinteraksi Langsung Dengan Hiu
Ada pengalaman yang memberi kesan tersendiri di Taman Nasional Taka Bonerate, yaitu ikan hiu yang memenuhi sepanjang bibir pantai kawasan ini. Pemandangan langka nan unik ini hanya bisa dijumpai di Pulau Tinabo yang merupakan salah satu pulau tak berpenghuni di taman nasional ini.

Bayi hiu berjenis black tip yang berada bibir pantai tergolong cukup ramah, karena pengunjung dapat berinteraksi dengan nyaman bersama mereka tanpa perlu khawatir akan digigit. Selain itu. pengunjung juga dapat melakukan kegiatan lain, seperti snorkeling, diving, dan dive discovery di kawasan ini.
3. Island Hopping
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan pengunjung adalah island hopping, misalnya di Pulau Rajuni dan Pulau Lantigiang. Perpaduan antara pasir putih dan laut biru akan menambah keindahan pulau ini. Jika beruntung, pengunjung juga dapat mengikuti Festival Bajo yang sebenarnya merupakan rangkaian dari Festival Taka Bonerate.
4. Wisata Budaya
Wisata budaya juga menjadi kegiatan menyenangkan bagi para wisatawan di Taman Nasional Taka Bonerate. Salah satunya adalah Festival Taka Bonerate yang biasa diadakan di Pulau Jinato. Festival ini berupa pertunjukan debuh gendang yang merdu, tarian ikonik setempat, sampai dengan pementasan drama musikal.
Bagi pengunjung yang mengikuti festival ini juga akan diberi kehormatan untuk berbaur langsung dengan penduduk setempat. Dengan begitu pengunjung dapat mengikuti kegiatan sehari-hari penghuni Pulau Jinato. Beberapa kegiatan diantaranya adalah pembuatan abon ikan, pembuatan permen gula merah, serta pembuatan jaring yang dipakai menangkap ikan.

Selain Festival Taka Bonerate, ada juga tradisi Sorong Kopi yang merupakan prosesi mendorong perahu yang baru saja selesai dibuat ke laut oleh seluruh penduduk setempat. Tradisi ini diyakini dapat menumbuhkan semangat gotong royong dari para penduduk.
Setelah proses mendorong perahu selesai dilaksanakan, penduduk akan duduk bersama dan menyantap bubur baladekdek. Bubur ini merupakan campuran dari tepung beras serta gula merah yang dipercaya mampu membuka pintu rezeki oleh masyarakat setempat.