Taman Nasional Tesso Nilo adalah salah satu taman nasional yang berada di Pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Riau. Kawasan seluas 38.576 hektar ini merupakan perpaduan antara lahan basah dan kering, serta mempunyai ekosistem yang jarang ditemukan di wilayah taman nasional lainnya.
Hal tersebut menjadikan kawasan ini begitu kaya akan jenis flora dan fauna dan disebut sebagai taman nasional terkaya di dunia. Potensi tersebut juga menjadikan kawasan ini sebagai lokasi untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyenangkan dan sayang untuk dilewatkan.
Daftar Isi
Sejarah Taman Nasional Tesso Nilo
Pada tahun 2003, Menteri Kehutanan mencabut izin atas areal hutan HPH PT. Inhutani IV pada kawasan Hutan Produksi Terbatas dari kelompok Hutan Tesso Nilo, kemudian mulai menyiapkannya sebagai kawasan konservasi Tesso Nilo.
Status Taman Nasional Tesso Nilo ditetapkan secara resmi berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No. 255/Menhut-II/2004 pada tanggal 19 Juli 2004 sebagai Taman Nasional Tesso Nilo seluas 38.576 hektar.
Berikut ini adalah sejarah hukum terbentuknya kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo, yaitu:
No | Tahun | Status dan Kondisi | Dukungan Legalitas |
1 | 1974 | HPH PT. Dwi Marta | Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 410/Kpts/Um/7/1974 Tanggal 30 Juli 1974 Tentang Pemberian HPH Kepada PT. Dwi Marta seluas 120.000 ha. |
2 | 1979 | HPH PT. Nanjak Makmur | SK Menteri Pertanian Nomor 231/Kpts/Um/3/1979, Tanggal 27 Maret 1979 Tentang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Kepada PT. Nanjak Makmur seluas 48.370 ha |
3 | 1986 | Tesso Nilo merupakan Hutan Produksi Terbatas | SK MENHUT Nomor 173/Kpts-II/1986 Tanggal 6 Juni 1986 Tentang Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) |
4 | 1986 | Telah dilakukan Tata Batas HUtan Produksi Terbatas Kawasan Tesso Nilo seluas 337.500 ha | Penunjukan Kawasan Hutan oleh Menteri Kehutanan melalui Keputusan Nomor 173/Kpts-II/1986 tanggal 6 Juni 1986, |
5 | 1990 | Rerivisi PT. Dwi Marta dari 120.000 ha menjadi 105.000 ha | KEPMENHUT Nomor 510/Kpts-II/1990, tanggal 19 September 1990, Tentang Perubahan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 410/Kpts/Um/7/1974 Tanggal 30 Juli 1974. |
6 | 1993 | Perubahan pengelolaan PT. Dwi Marta oleh BUMN | Keputusan Menhut Nomor 362/Kpts-II/1993 Tanggal 15 Juli 1993 Tentang Eks HPH PT Dwi Marta dikelola Oleh PT INHUTANI IV yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). |
7 | 1994 | Pengelolaan PT. Dwi Marta berakhir dan dikelola oleh PT. Inhutani IV seluas 57.873 ha | SK Menhut Nomor 1039/Menhut-IV/1995 Tanggal 13 Juli 1995 Tentang Penunjukan dan Penugasan PT. INHUTANI IV Untuk Mengelola dan Mengusahakan Areal Eks HPH PT. DWI MARTA. |
8 | 1994 | RTRWP tetap merupakan Kawasan Hutan Produksi Terbatas | Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Riau Nomor 10 Tahun 1994 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Daerah Tingkat I Riau, |
9 | 1995 | Penunjukan dan Penugasan PT. INHUTANI IV | SK Menhut Nomor 1039/Menhut-IV/1995 Tanggal 13 Juli 1995 Tentang Penunjukan dan Penugasan PT. INHUTANI IV Untuk Mengelola dan Mengusahakan Areal Eks HPH PT. Dwi Marta Seluas 57.850 hektar. |
10 | 1998 | Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Kepada PT. INHUTANI IV Seluas ± 57.873 | SK Menhut Nomor 14/Kpts-II/1998 Tanggal 6 Januari 1998 Tentang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Dengan Sistem Silvikultur Tebang Dan Tanam Jalur Kepada PT. INHUTANI IV Seluas ± 57.873 (Lima Puluh Tujuh Ribu Delapan Ratus Tujuh Puluh Tiga) Hektar, yang Terletak Di Provinsi Riau. |
11 | 2000 | Penataan Batas Sendiri Dan Persekutuan Areal Kerja HPHTI PT. INHUTANI IV | SK Menhut Nomor 108/Kpts/II/2000 Tanggal 29 Desember 2000 Tentang Perpanjangan Pemberian HPH Kepada PT. Nanjak Makmur seluas 48.370 ha |
12 | 2000 | Perpanjangan dan pemberian Hak Penguasaan Hutan PT. Nanjak Makmur seluas 48.370 ha | SK Menhut No 108/Kpts/II/2000 Tanggal 29 Desember 2000 Tentang Perpanjangan Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Kepada PT. Nanjak Makmur seluas 48.370 ha |
13 | 2001 | BKSDA mendukung TN sebagai kawasan konservasi | Surat Kepala BKSDA Riau Nomor: 405/UKSDA-2/XIV-5/2001, tanggal 15 Maret 2001 Tentang Dukungan kawasan hutan Tesso Nilo seluas 120,000 ha yang terletak di kab. Kampar, Indragiri Hulu, Pelalawan dan Kuansing sebagai kawasan konservasi gajah |
14 | 2001 | PHKA mendukung usulan BKSDA | Surat Dirjen PHKA Nomor 252/DJ-V/KK/201, tanggal 27 Maret 2001, Pada prinsipnya mendukung usulan Kepala Unit KSDA Riau dan WWF Indonesia untuk membentuk kawasan hutan produksi Tesso Nilo menjadi kawasan konservasi |
15 | 2001 | DPRD Kuansing mendukung TN sebagai kawasan konservasi | Surat Ketua DPRD Kuantan Singingi Nomor: 66/DPRD-KS/170/2001, tanggal 5 April 2001, tnetang dukungan pengalokasian kawasan konservasi gajah Riau di daerah Tesso Nilo yang sebagian termasuk wilayah Kabupaten Kuantan Singingi |
16 | 2001 | Bupati Pelalawan mendukung TN sebagai kawasan konservasi | Surat Bupati Pelalawan Nomor 050/Bappeda/F/IV/2001/362 tanggal 7 April 2001, Perihal Dukungan terhadap lahan konservasi gajah |
17 | 2001 | Bupati Kampar mendukung TN sebagai kawasan konservasi | Surat Bupati Kampar Nomor: 500/EK/IV/2001/296, tanggal 7 April 2001, Mendukung kawasan Tesso Nilo dijadikan sebagai Daerah Konservasi Gajah Provinsi Riau. |
18 | 2001 | DPRD Kampar mendukung TN sebagai kawasan konservasi | Surat Ketua DPRD Kampar Nomor: 170/124/DPRD/2001, tanggal 7 April 2001, Mendukung sepenuhnya kegiatan pengalokasian kawasan konservasi gajah Riau di daerah Tesso Nilo yang sebagian termasuk wilayah Kabupaten Kampar. |
19 | 2001 | DPRD Provinsi mendukung TN sebagai kawasan konservasi | Surat Ketua DPRD Provinsi Riau No 446/2001-4/UM/246 tanggal 16 April 2001, Perihal Dukungan dan Rekomendasi Usulan Kawasan Konservasi Gajah di Provinsi Riau, |
20 | 2001 | DPRD Pelalawan mendukung TN sebagai kawasan konservasi gajah | Surat Ketua DPRD Kabupaten Pelalawan Nomor 66/DPRD/IV/2001 tanggal 16 April 2001, Perihal Dukungan dan Rekomendasi Usulan Kawasan Konservasi Gajah di Provinsi Riau |
21 | 2001 | Gubernur Provinsi Riau usulan TN menjadi kawasan konservasi Gajah di Prov Riau | Surat Gubernur Provinsi Riau Nomor 522.2/EK/1006 tanggal 30 April 2001, Perihal Usulan Kawasan Konservasi Gajah di Provinsi Riau |
22 | 2002 | Penetapan batas PT. Inhutani IV dan persekutuannya sepanjang 80.691,61 meter | Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 1508/Kpts-VII/2002 Tanggal 15 April 2002 Tentang Penetapan Sebagian Batas Sendiri/Persekutuan Areal Kerja HPHTI PT. INHUTANI IV (Eks HPH PT. DWI MARTA), PT. Riau Andalan Pulp Dan Paper Dan HPH PT. Nanjak Makmur Sepanjang 80.691,61 (Delapan Puluh Ribu Enam Ratus Sembilan Puluh Satu, Perseratus) Meter Di Propinsi Riau |
23 | 2002 | GubRi Mendukung kawasan pusat konservasi gajah | Surat Gubernur Provinsi Riau Nomor 522.51/EK/1678, tanggal 31 Juli 2002, Perihal Usulan Kawasan Konservasi Gajah di Provinsi Riau. |
24 | 2002 | Pencabutan PT. Inhutani IV | KEPMENHUT Nomor 10258/Kpts-II/2002 Tanggal 13 Desember 2002 Tentang Pencabutan KEPMENHUT Nomor 14/KPTS-II/1998 Tanggal 6 Januari 1998 Tentang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Dengan Sistem Silvikultur Tebang Dan Tanam Jalur Kepada PT. INHUTANI IV Seluas ± 57.873 Hektar, Yang Terletak Di Propinsi Daerah Tingkat I Riau |
25 | 2003 | KepMenhut persiapan penunjukan kawasan hutan Tesso Nilo sebagai kawasan konservasi gajah | KEPMENHUT Nomor 282/Kpts-II/2003 Tanggal 25 Agustus 2003 Tentang Perubahan KEPMENHIUT Nomor 10258/Kpts-II/2002 Tanggal 13 Desember 2002 Tentang Pencabutan KEPMENHUT Nomor 14/KPTS-II/1998 Tanggal 6 Januari 1998 Tentang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Dengan Sistem Silvikultur Tebang Dan Tanam Jalur Kepada PT. INHUTANI IV Seluas ± 57.873 Hektar, Yang Terletak Di Propinsi Daerah Tingkat I Riau. |
26 | 2004 | Kajian Tim Terpadu untuk perluasan TNTN | Berita Acara Hasil Pengkajian dan Pembahasan Tim Terpadu tanggal 1 Mei 2004 Tentang rekomendasi bahwa Kawasan hutan produksi pada areal eks HPH PT INHUTANI IV khususnya di areal eks PT Dwi Marta seluas 38.576 hektar layak untuk diubah fungsi menjadi Kawasan Pelestarian Alam dengan fungsi Taman Nasional sebagai kawasan konservasi gajah |
27 | 2004 | Perubahan Fungsi Sebagian Hutan Produksi Terbatas di Kelompok Hutan Tesso Nilo seluas ± 38.576 hektar menjadi Taman Nasional Tesso Nilo | SK MENHUT Nomor 255/Menhut-II/2004, tanggal 19 Juli 2004, Perubahan Fungsi Sebagian HPT di Kelompok Hutan Tesso Nilo yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu Provinsi Riau seluas ± 38.576 (Tiga puluh delapan ribu lima ratus tujuh puluh enam) hektar menjadi Taman Nasional Tesso Nilo |
28 | 2005 | Perubahan fungsi dan tata batas | Surat Kepala Badan Planalogi Kehutanan Tanggal 8 April 2005 Tentang SK Perubahan Fungsi TN Tesso Nilo No.255/Menhut-II/2004; Areal yang ditunjuk sebagai TN Tesso Nilo adalah HPH PT. INHUTANI IV (eks. HPH PT. DWI MARTA) yang sudah ditata batas di lapangan sesuai dengan laporan TBT No. 1386 Tahun 2000, batas sebelah Utara berbatas dengan HPHTI PT Riau Andalan Pulp And Paper dan di sebelah Timur berbatasan dengan Perkebunan Sawit PT. Indo Sawit Subur |
29 | 2006 | Trayek Tata Batas ditandatangani | Peta Trayek Batas Taman Nasional Tesso Nilo Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau. Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I Medan; Trayek Batas Taman Nasional Tesso Nilo Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau telah ditandatangi oleh Panitia Tata batas Hutan Kabupaten Pelalawan Tanggal 2 Februari 2006. |
30 | 2006 | PT. SIak Raya keberatan untuk dialihfungsikan | Surat Direktur HPH PT Siak Raya Timber Nomor: 98/SRT/HPH-D/III/06; tanggal 17 Maret 2006 kepada Menteri Kehutanan Tentang Dukungan terhadap perluasan TNTN namun keberatan dan menolak areal kerjanya dialih fungsikan sebagai TNTN. |
31 | 2006 | MenHUt menyatakan perluasan TNTN dimungkinkan | SK MENHUT Nomor: S.318/Menhut-IV/2006, tanggal 24 Mei 2006 kepada Kepala Badan Planologi, Dirjen BPK dan Dirjen PHKA bahwa Menteri Kehutanan memungkinkan untuk perluasan areal TNTN, karena adanya dukungan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta dan lembaga swadaya masyarakat. |
32 | 2006 | Forum Masyarakat TN mendesak perlunya perluasan | Surat Forum Masyarakat Tesso Nilo kepada Bapak Presiden RI Nomor: 22/FTN-Ex/VIII/2006, tanggal 31 Agustus 2006, Menyebutkan segera realisasikan perluasan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dari 38.000 Ha menjadi 100.000 ha sesuai pernyataan Menteri Kehutanan |
33 | 2006 | PT. Nanjak Makmur tidak keberatan areal menjadi perluasan TNTN | Surat Direktur HPH PT Nanjak Makmur Nomor: 032/NM-IX/2006, tanggal 21 September 2006 kepada Dirjen BPK, PT. Nanjak Makmur tidak keberatan sebagian besar arealnya seluas + 44.000 Ha dijadikan perluasan TNTN. |
34 | 2007 | PT. Nanjak Makmur tidak keberatan areal menjadi perluasan TNTN | Surat Direktur HPH PT Nanjak Makmur Nomor: 001/NM/I/2007, Tanggal 9 Januari 2007, tentang persetujuan perluasan TNTN |
35 | 2007 | Bupati, rekomendasi perluasan TNTN | Surat Bupati Pelalawan Nomor 522.1/Dishut/959 tanggal 16 Juli 2007 Tentang rekomendasi perluasan TNTN |
36 | 2007 | Gubernur Riau inta DisHut buat surat pertimbangan Teknis perluasan TNTN | Surat Sekretaris Daerah Provinsi Riau Nomor: 500/Ekbang/41.27 Tanggal 22 Oktober 2007; Berdasarkan surat rekomendasi Bupati Pelalawan tanggal 16 Juli 2007, atas nama Gubernur Riau meminta Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau membuat surat pertimbangan Teknis perluasan TN.Tesso Nilo |
37 | 2007 | Surat pertimbangan Teknis Dishut Prov | Surat Kepala Dinas Kehutanan Riau nomor 522.1/PR/3239, tanggal 9 November 2007 Perihal pertimbangan teknis perluasan TNTN |
38 | 2007 | Gubri rekomendasi perluasan | Surat Gubernur Riau Nomor 522/Ekbang/66.30 tanggal 21 November 2007 Perihal Rekomendasi Perluasan Taman Nasional Tesso Nilo menjadi Seluas 100.000 Ha di Provinsi Riau |
39 | 2009 | Kajian Tim Terpadu untuk PT Nanjak Makmur, IUPHHK PT Hutani Sola Lestari dan PT Siak Raya Timber untuk usulan perluasan | Hasil Kajian dan rekomendasi Tim Terpadu sebagaimana Berita Acara tanggal 9 Juli 2009 |
40 | 2009 | Berakhir Izin HPH PT. Nanjak Makmur dan perubahan fungsi menjadi TNTN | SK MENHUT Nomor 663/Menhut-II/2009 tanggal 15 Oktober 2009 tentang Perubahan Fungsi Sebagian HPT di Kelompok Hutan Tesso Nilo yang terletak di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau seluas ± 44.492 hektar menjadi Taman Nasional Tesso Nilo, Setelah berakhirnya HPH PT. Nanjak Makmur tahun 2009, berdasarkan Surat KEPMENHUT Nomor 124/Menhut-II/2009 Tanggal 27 Maret 2009 |
41 | 2011 | Tata Batas Definitif | Tata Batas Definitif Kawasan Hutan TNTN, Keputusan Gubernur Riau Nomor: Kpts. 662/V/2011, Tanggal 5 Mei 2011 |
42 | 2014 | Penetapan Kawasan TN. Tesso Nilo | Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: Sk.6588/Menhut-VII/KUH/2014 , Tanggal 28 Oktober 2014, Tentang Penetapan Kawasan Rutan Taman Nasional Tesso Nilo Seluas 81.793,00 (Delapan Puluh Satu Ribu Tujuh Ratus Sembilan Puluh Tiga) Hektar Di Kabupaten Pelalawan Dan Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. |
Kondisi Alam Taman Nasional Tesso Nilo
1. Letak dan Topografi
Taman Nasional Tesso Nilo berlokasi di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Indargiri Hulu, Provinsi Riau. Sedangkan secara geografis berada pada koordinat 00°05’40’’ – 00°20’47’’ Lintang Selatan dan 102°03’21’’ – 102°35’21’’ Bujur Timur.
Kawasan yang berada pada ketinggian antara 52 sampai 175 meter di atas permukaan laut ini memiliki kondisi topografi yang datar dan bergelombang dengan kemiringan antara 10° – 15°.
2. Iklim dan Hidrologi
Kondisi iklim di Taman Nasional Tesso Nilo tergolong sangat basah dengan rata-rata curah hujan 2.000 – 3.000 mm per tahun. Adapun Daerah Aliran Sungai yang mengalir di taman nasional ini yaitu DAS Kampar, serta Sungai Sawan, Sungai Sangkalalo, dan Sungai Mamahan
3. Ekosistem
Taman Nasional Tesso Nilo memiliki hutan hujan tropika dataran rendah atau lowland tropical rain forest. Sebagai hutan dengan tipe yang sudah jarang dijumpai, kawasan ini memiliki ekosistem transisi dataran tinggi dan juga dataran rendah. Ekosistem tersebut dikenal mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Flora dan Fauna Taman Nasional Tesso Nilo
Seperti yang telah disebutkan bahwa Taman Nasional Tesso Nilo memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang begitu tinggi. Hal tersebut juga membuat kawasan ini mempunyai banyak sekali spesies satwa, mulai dari jenis endemik hingga berbagai satwa yang dilindungi.
1. Flora
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Taman Nasional Tesso Nilo adalah kawasan hutan yang memiliki jenis flora paling kaya di dunia. Hal tersebut cukup beralasan, mengingat ada banyak sekali keragaman flora di taman nasional ini, mulai dari jenis pepohonan, tumbuhan vaskular, dan masih banyak lagi.
Selain itu, kawasan ini juga menjadi habitat berbagai jenis flora yang terancam punah, seperti ramin (Gonystylus bancanus), gaharu (Aquilaria malaccensis), jelutung (Dyera polyphylla), kayu batu (Irvingia malayana), keruing (Dipterocarpus spp.), kulim (Scorodocarpus borneensis), dan berbagai jenis meranti (Shorea spp.).
Spesies seperti kempas (Koompasia malaccensis), beberapa spesies durian (Durio spp.), tembesu (Fagraea fragrans), keranji (Dialium spp.), berbagai jenis dari Aglaia spp., dan kelompok Sindora (Sindora leiocarpa, Sindora velutina, dan Sindora Brugemanii).
Sebuah penelitian berhasil mengidentifikasi bahwa ada lebih dari 83 jenis flora yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk menjadi bahan dasar obat untuk mengatasi kurang lebih 38 penyakit. Tidak hanya itu, ada juga 4 jenis flora yang berfungsi sebagai racun ikan.
Beberapa diantaranya adalah patalo bumi (Eurycoma longifolia) yang kerap digunakan sebagai fitofarmaka dengan nilai jual yang cukup tinggi dan juga pagago (Centella asiatica) yang mulai dibudidayakan oleh masyarakat dengan menanamnya di pekarangan rumah.
2. Fauna
Beberapa jenis satwa yang dapat dijumpai di kawasan ini yaitu harimau (Panthera tigris-sumatrae), tapir (Tapirus indicus), siamang (Hylobathes syndactylus), gajah Sumatera (Elephas maximus-sumatranus), beruang madu (Helarctos malayanus), dan rusa (Cervus timorensis).
Sementara itu juga tercatat 18 jenis mamalia yang dilindungi menghuni kawasan Tesso Nilo, seperti rusa sambar (Cervus unicolor), pelanduk napu (Tragulus indicus), pelanduk kancil (Tragulus javanicus), berang-berang (Lutrogale perspiciliata), kijang (Muntiacus muntjak), dan kucing emas (Prionailurus planiceps).
Selain itu macan dahan (Neofelis nebulosa), kucing (Pardofelis marmorata), kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis), bintaung muntu (Arctictis binturong), landak Sumatera (Hystric brachyura), owa (Hylobates agilis), dan juga lutung budeng (Trachypithecus auratus) merupakan spesies yang dilindungi dan hidup di TN Tesso Nilo.
Kelompok aves atau burung yang tercatat di kawasan ini berasal dari 28 famili dengan 114 spesies. Di antara spesies tersebut terdapat satu spesies baru yaitu kipasan gunung (Rhipidura albicollis) dan satu spesies yang terancam punah tetapi belum dilindungi yaitu empuloh paruh kait (Setornis criniger).
Beberapa jenis burung yang langka dan dilindungi yaitu alap-alap capung (Microchierax fringillarius), elang ular bido (Spilornis cheela), pijantung kecil (Arachnothera longirostra), kuau (Argusianus argus), dan juga dua spesies rangkong badak (Buceros rhinoceros dan Buceros bicornis).
Ada pula burung madu rimba (Hypogramma hypogrammicum), pijantung kampung (Arachnothera crassirostris), Ceyx rufidorsa, Lacedo pulchella, Halcyon pileata, julang jambul hitam (Aceros corrugates), enggang klihingan (Anorrhinus galeritus), dan juga kangakreng hitam (Anthracoceros malayanus) yang merupakan spesies burung dilindungi dan populasinya langka.
Spesies aves lain yang juga dapat dijumpai yaitu penyul (Rollulus rouloul), punai lengguak (Treron curvirostra), punai gagak (Ptilinopus jambu), punai bakau (Treron fulvicollis), punai kecil (Treron olax), sempidan (Lophura ignita), walik jambu (Chalcophaps indica), dan ayam hutan (Gallus gallus).
Ada juga tukik tikus (Sasia abnormis), caladi badok (Meiglyptes tukki), serindit (Loriculus galgulus), beter ekor panjang (Psittacula longucauda), perkutut (Geopelia striata), beo Sumatera (Gracula religiosa), serta nuri tanau (Psittinus cyanurus).
Semua spesies burung tersebut memiliki perannya masing-masing pada ekosistem Taman Nasional Tesso Nilo. Misalnya sebagai pemerataan ekosistem, pemencar biji dan pemakan buah, burung yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dengan dikonsumsi dan juga burung yang dijadikan peliharaan.
Adapun kelompok reptil yang menghuni kawasan ini tercatat sebanyak 33 jenis dengan 8 speises ular, 2 spesies cicak terbang, 2 spesies buaya air tawar, 2 spesies bunglon, dan 1 spesies labi-labi. Sementara kelompok amfibi yang berhasil di identifikasi yaitu beberapa spesies katak (katak serasah, katak percil, katak lekat, dan katak pohon).
Kemudian untuk kelompok insekta terdapat kumbang (Coleoptera), wereng (Homoptera), cocopet (Dermaptera), lalat (Diptera), kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), kepik (Hemiptera), kecoa (Orthoptera), semut (Hymenoptera), laron (Isoptera), undur-undur (Neuroptera), capung (Odonata), lebah, tawon, belalang, serta jangkrik.
Sedangkan ikan terdapat 50 spesies dari 13 genus, 16 suku, dan 4 ordo yang berasal dari kelompok Cyprinid, Channidae, Akysidae, Chacidae, Siluridae, Pristolepididae, Belontidae, Clariidae, Balitoridae, Luciocephalidae, Hemirhampidae, Bagridae, Mastacembelidae, dan juga Belonidae.
Kegiatan dan Destinasi Wisata
Taman Nasional Tesso Nilo juga dikembangkan menjadi lokasi wisata dengan berbagai kegiatan yang sayang jika dilewatkan. Bahkan, beberapa agen tour telah menyediakan jasa dan paket khusus untuk pengunjung yang ingin menjelajahi pesona dari taman nasional ini.
1. Menyusuri Sungai Nilo
Kegiatan menyusuri Sungai Nilo dilakukan dengan menggunakan pompong yang dapat disewa dari masyarakat sekitar taman nasional ini. Waktu yang dibutuhkan untuk menyusuri sungai sekitar 1 sampai 3 jam, tergantung tujuan dan jarak yang dipilih oleh pengunjung.
2. Peddle Tour
Pengunjung yang hobi bersepeda wajib melakukan kegiatan satu ini. Apalagi di Taman Nasional Tesso Nilo sudah disediakan trek khusus untuk bersepada menjelajahi hutan. Meskipun begitu, pengunjung harus membawa sendiri sepeda untuk trekking karena pihak pengelola belum menyediakannya. Perjalanan dengan sepeda ini juga akan dipandu oleh guide.
3. Mengamati Gajah
Pengunjung dapat mengamati gajah di Taman Nasional Tesso Nilo dengan menyaksikan bagaimana kehidupan salah satu mamalia terbesar ini. Kegiatan yang dapat dilakukan pengunjung antara lain memberikan makanan dan minuman kepada gajah. Biasanya makanan yang diberikan adalah brownies, sedangkan minumannya adalah air mineral.
Setelah itu pengunjung juga dapat menyaksikan, bahkan turut serta memandikan gajah di kolam pemandian khusus gajah yang telah disediakan. Jika beruntung pengunjung dapat menyaksikan atraksi dan keterampilan yang dimiliki oleh gajah.
Apabila pengunjung membawa anak berusia 5 tahun ke atas, maka mengamati gajah dapat dilakukan di menara pemantau. Cara untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh dengan memanfaatkan gajah sebagai jasa transportasi. Rutenya biasa dimulai di sekitar Flying Squad atau Camp Flying Squad.
Ada pula kegiatan patroli gajah yang biasanya berlangsung selama 2 sampai 3 jam. Trek yang dilalui adalah menyusuri areal hutan, menyeberangi sungai kecil, dan juga rawa dangkal. Proses penggiringan gajah menggunakan meriam karbit juga dapat diamati dengan bantuan gajah flying squad.
4. Panen Madu
Salah satu kegiatan yang menarik untuk dilakukan yaitu memanen madu. Pengunjung akan dibimbing oleh guide berpengalaman dan pemanjat madu. Mulai dari bagaimana proses memanen madu dari pohon sialang. Biasanya kegiatan ini dilakukan pada malam atau siang hari, tergantung lokasinya.
Selain itu, pengunjung juga dilengkapi dengan body protector untuk mengamankan dari serangan lebah madu. Setelah panen, sarang madu akan dimasukkan ke dalam tempat tertentu, sampai dengan proses meniriskan madu.
5. Mengamati Burung dan Mamalia
Pengamatan burung atau birding dapat dilakukan di dalam trek hutan pada pagi hari ataupun malam hari. Pengunjung dapat menyebutkan spesies burung yang ingin dilihatnya dan guide yang sudah berpengalaman akan memandu untuk menemukan spesies tersebut.
Selain pengamatan burung, pengunjung juga dapat mengamati mamalia atau mammals trekking. Jenis mamalia yang dapat diamati paling sedikit sekitar 20 sampai 35 spesies dengan didominasi oleh kelompok primata. Pengamatan dilakukan dengan flying camp di dalam areal hutan dengan dampingan seorang guide.
Biasanya lama waktu yang dibutuhkan untuk mengamati satwa ini menghabiskan waktu selama beberapa hari. Jika beruntung pengunjung dapat turut serta dalam proses pengamatan lebih jauh seperti pemasangan kamera dan video jebakan, pengecekan lokasi, pembuatan transek, sampai dengan pengambilan kembali kamera yang telah dipasang.
6. Mengenal Kehidupan Masyarakat Sekitar
Di Taman Nasional Tesso Nilo terdapat Dusun Terapung, Kuala Napu, yang dapat dikunjungi dan mencoba tinggal di sana. Wisatawan dapat hidup berdampingan warga kampung dan hidup layaknya warga setempat. Misalnya mengikuti pekerjaan yang dilakukan warga seperti mencari ikan. Pada sore hari peserta wisata dapat menikmati sunset yang begitu mempesona.