Taman Nasional Way Kambas atau juga dikenal sebagai TNWK adalah salah satu taman nasional yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini terkenal sebagai wilayah konservasi berbagai jenis satwa dan flora. Hal ini didukung oleh kondisi habitat serta ekosistem Way Kambas yang alami dan lestari.
Kondisi bentangan alam serta keanekaragaman hayati di kawasan taman nasional ini menjadi daya tarik wisata tersendiri. Itulah mengapa ada banyak sekali kegiatan dan obyek wisata yang dapat dikunjungi di TN Way Kambas.
Daftar Isi
Sejarah Taman Nasional Way Kambas
Sejarah Taman Nasional Way Kambas pertama kali dimulai pada tahun 1924 ketika kawasan ini masih terpisah-pisah menjadi beberapa areal hutan lindung. Kemudian pada tahun 1936, Mr. Rookemaker sebagai Residen di Provinsi Lampung mengusulkan kawasan ini untuk menjadi Suaka Margasatwa.
Satu tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1937, Gubernur Belanda yang kala itu masih memimpin Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan yang berisi penetapan kawasan Way Kambas sebagai Suaka Margasatwa dengan luas kawasan 130.000 hektar. Status Suaka Margasatwa inilah yang terus bertahan hingga bertahun-tahun kemudian.
Selanjutnya pada tahun 1978, pihak Menteri Pertanian mengeluarkan suatu kebijakan yang tertuang di dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian. Surat tersebut berisi pengubahan status kawasan Way Kambas dari Suaka Margasatwa untuk menjadi Kawasan Pelestarian Alam (KPA).
Selama beberapa tahun kawasan Way Kambas berstatus sebagai Kawasan Pelestarian Alam, lalu pada tahun 1982 Menteri Pertanian kembali mengubah status tersebut menjadi taman nasional, yaitu Taman Nasional Way Kambas.
Tidak lama kemudian, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 14/Menhut-II/1989 pada tanggal 1 April 1989 tentang penetapan luas Taman Nasional Way Kambas seluas 130.000 hektar. Deklarasi luas kawasan ini dikeluarkan bertepatan dengan kegiatan Pekan Konservasi Nasional yang berlangsung di Kaliurang, Provinsi Yogyakarta.
Kemudian pada tanggal 13 Maret 1991 kegiatan pengelolaan di Taman Nasional Way Kambas diserahkan sepenuhnya kepada Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam II Tanjung Karang.
Tiga tahun kemudian melalui Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan Nomor 185/Kpts-II.1997 bahwa Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way Kambas secara resmi dinyatakan sebagai Balai Taman Nasional Way Kambas.
Kondisi Alam Taman Nasional Way Kambas
1. Letak dan Topografi
Taman Nasional Way Kambas secara administratif berada di Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Wilayah tersebut meliputi delapan kecamatan, yaitu Kecamatan Sukadana, Kecamatan Labuan Maningai, Kecamatan Way Jepara, Kecamatan Rumbia, Kecamatan Purbolinggo, serta Kecamatan Seputih Surabaya.
Sementara secara geografis kawasan ini terletak pada koordinat 04°37’ – 05°16’ Lintang Selatan dan 105°33’ – 105°55’ Bujur Timur. Luas dari taman nasional ini adalah sekitar 130.000 hektar dan didominasi oleh area semak belukar, bekas ladang, serta rawa-rawa.
Kondisi topografi taman nasional yang berada pada ketinggian antara 0 sampai 225 meter di atas permukaan laut ini secara umum relatif datar. Meskipun begitu, sebagian kecil memiliki kontur bergelombang sebagai akibat dari area lembah yang dipotong oleh aliran sungai di bagian barat taman nasional.
Ketika musim penghujan, lembah-lembah di Way Kambas akan terisi air, sedangkan air lembah yang cukup dalam akan terus menggenang sepanjang tahun. Di area pesisir pantai terdapat dataran lumpur serta pasir sepanjang garis pantai dan cukup luas.
2. Iklim dan Hidrologi
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Fergusson, Taman Nasional Way Kambas masuk ke dalam tipe A dengan jenis iklim khas khatulistiwa, iklim hutan hujan tropis, serta iklim sabana. Temperatur rata-rata di kawasan ini berada pada kisaran antara 28 hingga 37 derajat Celcius.
Musim hujan berlangsung lebih lama dibanding dengan musim kemarau. Musim hujan berlangsung dari bulan November hingga bulan Maret, sedangkan musim kemarau hanya dari bulan Juli hingga bulan September. Adapun curah hujan rata-rata di kawasan ini kurang lebih 2.495 mm per tahunnya.
Taman nasional ini mempunyai sistem hidrologis yang masuk ke dalam wilayah dari Daerah Aliran Sungai Kambas dan Jepara. Secara umum aliran sungai di kawasan ini dan sekitarnya cenderung mengalir secara lambat.
Salah satu penyebabnya adalah perbedaan ketinggian dari area permukaan laut dan daratan yang rendah. Kawasan taman nasional ini juga mempunyai banyak rawa-rawa sebagaimana daerah di sepanjang pantai timur Pulau Sumatera pada umumnya.
TN Way Kambas memiliki tiga sub sungai besar yang mengalir dan bermuara di pantai Laut Jawa yang lokasinya tepat berada di bagian timur kawasan ini. Ketiga sungai tersebut adalah Sungai Penet, Sungai Way Kanan, dan Sungai Pegadungan.
Sungai Penet mempunyai aliran yang merupakan gabungan dari kelompok anak sungai yang berada di bagian selatan taman nasional dan alirannya berakhir di sungai ini. Kondisi air dari sungai ini cenderung keruh karena hasil sedimentasi dari banyak sungai yang bermuara, termasuk anak sungai di luar kawasan taman nasional.
Selanjutnya adalah Sungai Way Kanan dan Wako yang menjadi tempat pertemuan beberapa sungai. Beberapa diantaranya adalah Way Areng dan Way Negara Batin. Berbeda dengan Sungai Penet, sungai ini mempunyai air yang cukup jernih. Hal tersebut dikarenakan sebagian hulunya berasal dari areal hutan yang tidak mengalami erosi dan masih asri.
Pada bagian utara taman nasional terdapat kelompok aliran sungai yang bergabung dengan Sungai Pegadungan. Sungai ini merupakan sungai terpanjang yang melewati kawasan taman nasional. Kondisi air dari sungai ini agak keruh, karena sebagian besar airnya berasal dari sungai di luar taman nasional.
3. Geologi dan Tanah
Taman Nasional Way Kambas merupakan kawasan dengan wilayah rawa paling besar yang berada di bagian timur daratan Pulau Sumatera. Umumnya wilayah rawa-rawa taman nasional yang berada di lokasi kedalaman setidaknya sekitar 5 hingga 20 meter dari area pantai memiliki kemungkinan terbentuk sejak ratus hingga ribuan tahun lalu.
Kawasan ini juga dikenal mempunyai komposisi geologi yang masih sangat muda. Sebelum menjadi seperti sekarang, bahwa seluruh dataran Sunda tidak terkecuali Malaya, Jawa, Sumatera, dan Borneo (Kalimantan) adalah suatu dataran yang bersatu. Pemisahnya hanya sungai panjang dan luas serta area pengunungan tinggi hingga Laut Cina.
Setelah itu, tepatnya kurang lebih 18.000 tahun lalu terjadi suatu kondisi ketika permukaan laut perlahan-lahan membanjiri daratan Sunda yang kemudian menjadi cikal bakal terpisah-pisahnya daratan besar menjadi beberapa pulau seperti yang kita kenal saat ini.
Selain itu, proses perkembangan dari lapisan tanah atau latosol yang berada di kawasan ini diperkirakan telah terjadi sejak 25.000 hingga 18.000 tahun yang lalu. Adapun jenis tanah di taman nasional ini didominasi oleh kombinasi tanah podzolik coklat kuning, merah kuning, asosiasi aluvial hidromorf, dan gley humus lascustrin.
4. Ekosistem
Beberapa tipe ekosistem yang dapat dijumpai di Taman Nasional Way Kambas yaitu ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah, ekosistem hutan rawa, ekosistem hutan mangrove, ekosistem hutan pantai, dan ekosistem hutan perairan.
Flora dan Fauna Taman Nasional Way Kambas
Berbagai jenis tumbuhan dan satwa hidup di Taman Nasional Way Kambas dan membentuk berbagai ekosistem. Bahkan tidak jarang kawasan ini menjadi habitat untuk beberapa jenis keragaman hayati yang dianggap hampir punah dan tergolong langka.
1. Flora
Jenis-jenis vegetasi yang tumbuh di Taman Nasional Way Kambas dapat digolongkan berdasarkan tipe ekosistemnya. Ada lima tipe ekosistem di kawasan ini dan kelima ekosistem tersebut mempunyai jenis tumbuhan yang bervariasi.
Pada ekosistem hutan hujan dataran rendah jenis flora yang bisa dijumpai antara lain adalah neriung (Trema orientalis), beringin hutan (Ficus fistula), meranti (Shorea sp.), sempur (Dillenia exelsa), keruing (Dipterocarpus sp.), puspa (Schima wallichii), Malotus paniculatus, dan Adina polycephala .
Sementara itu untuk ekosistem hutan pantai jenis tumbuhan yang hidup di kawasan ini didominasi oleh kelompok dari jenis Cyperus sp., Fimbristylis sp., serta Ipomea pescaprae. Semakin ke arah selatan jenis flora yang tumbuh juga mengalami perubahan.
Beberapa diantaranya adalah ketapang (Terminalia catapa), nyamplung (Callophyllum inophylum), pandan (Pandanus tectoris), beberapa asosiasi dari kelompok baringtonia, cemara pantai (Casuarina equisetifollia), kelapa (Cocos nucifera), dan spesies Widelia biflora.
Pohon yang hidup di hutan mangrove biasanya didominasi oleh beberapa spesies khusus. Spesies tersebut antara lain adalah jenis api-api (Avecennia officinalis), serta dari kelompok Rhizophora dan Bruguiera.
Di sekitar perbatasan antara hutan mangrove dengan batas tertinggi dari area pasang surutnya estuaria sungai besar di taman nasional juga mempunyai flora unik. Umumnya ditumbuhi oleh jenis nipah (Nypa fruticans) dan pada beberapa wilayah dekat sungai lainnya akan dijumpai kelompok nibung (Oncosperma tigillarium).
Sedangkan pada ekosistem hutan rawa yang merupakan vegetasi daerah kering, jenis flora yang hidup di kawasan ini yaitu merbau (Instia palembanica), pulai (Alstonia scolaris), rengas (Gluta renghas), mahang (Macaranga sp.), Melaleuca leucadendron, Randia patulata, dan Scleria purpurescens.
Tidak hanya itu, beberapa spesies lain yang juga tumbuh di ekosistem ini yaitu beberapa jenis palem, seperti aren (Arenga pinnata), spesies Licuala sp., serdang (Livistonia rotundifolia), serta Metroxylon elatum.
Ada juga ekosistem hutan riparian yang umumnya ditumbuhi rengas (Gluta renghas), waru (Hibiscus tiliaceus), serta Ficus retus. Sedangkan untuk flora di ekosistem hutan sekunder yaitu damar (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), puspa (Schima wallichii), dan sempur (Dillenia excelsa).
Beberapa spesies tumbuhan eksotis yang tumbuh di taman nasional ini antara lain pidada (Sonneratia sp.), gelam (Malaleuca leucadendron), ramin (Gonystylus bancanus), rawang (Glochidion borneensis), salam (Syzygium polyanthum), serta minyak (Dipterocarpus gracilis).
2. Fauna
Ada banyak sekali jenis satwa yang dapat dijumpai di Taman Nasional Way Kambas. Kawasan ini tidak hanya mempunyai ekosistem daratan, tetapi juga area perairan. Oleh sebab itu, ragam jenis fauna yang hidup juga bervariasi, baik spesies endemik, langka dan hampir punah.
Kelompok mamalia yang hidup di kawasan ini antara lain adalah gajah sumatera (Elephas maximus), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), macan dahan (Neofolis nebuloas), berang-berang (Lutra sumatrana), trenggiling (Manis javanica), serta anjing hutan (Cuon alpinus).
Selain itu mamalia lain yang juga bisa dijumpai yaitu siamang (Hylobates syndactylus), owa (Hylobates moloch), kera abu-abu (Macaca fascicularis), beruang madu (Helarctos mayanus), beruk (Macaca nemestrina), lutung merah (Presbytis rubicunda), tapir (Tapirus indicus), dan rusa (Cervus unicolor).
Kelompok aves atau burung yang hidup di taman nasional ini diperkirakan ada sekitar 286 jenis burung. Beberapa diantaranya adalah bebek hutan (Cairina scutulata), bangau tong tong (Letoptilos javanicus), sempidan biru (Lophura ignita), sendang kuntul lawe (Ciconia episcopus stormi), serta burung pecuk ular (Anhinga melanogaster).
Spesies aves lainnya adalah elang alap besra (Accipiter virgatus), gajahan timur (Numenius madagrienensis), pelatuk besi (Dinopium javanes), kirik-kirik laut (Merops philippinus), celetuk merah (Otuk rufenscens), tiong emas (Gracula religiosa), kangkareng perut putih (Antharoceros albarostris), serta elang gunung (Aceras undulatus).
Adapun untuk kelompok reptil dan amfibi yang hidup di taman nasional ini antara lain adalah penyu, ular, buaya rawa (Crocodylus porosus), dan buaya senyulong (Tomistama schlegeli).
Sementara dari kelompok ikan, ada ikan lele (Clarias batrachus), gabus (Ophiocephalus striatus), baung (Macrones nemurus), kakap (Lates calcarifer), belanak (Mugil cephalus), tawes (Puntius javanicus), julung-julung (Hemirhampus sp.), tambakang (Helostoma temmincki), serta sepat siam (Trichogaster trichopterus).
Kegiatan dan Destinasi Wisata
Ada banyak sekali kegiatan yang dapat dilakukan di Taman Nasional Way Kambas. Hal ini tidak jauh dari kondisi keanekaragaman hayati seperti flora dan fauna yang dimilikinya. Belum lagi persebaran tipe ekosistem dan bentangan alamnya yang menjadikannya memiliki obyek wisata menarik untuk dikunjungi.
1. Pengamatan Gajah
Taman Nasional Way Kambas merupakan kawasan konservasi untuk satwa gajah. Di sini pengunjung dapat mengunjungi Pusat Latihan Gajah Karangsari yang berjarak sekitar 9 km dari Pintu Gerbang Plang Ijo. Menariknya, Pusat Latihan Gajah ini merupakan yang pertama di Indonesia dan telah beroperasi dari tahun 1985.
Ada sekitar 290 ekor gajah yang berhasil dididik serta dijinakkan di pusat latihan ini. Gajah-gajah tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai jasa transportasi, yaitu ditungganggi dan melakukan beberapa aktivitas lainnya seperti mengangkut kayu, membajak sawah, serta menampilkan atraksi.
Pengunjung yang ingin melakukan pengamatan gajah dapat berkunjung ke Pusat Latihan Gajah Karangsari dan menyaksikan langsung bagaiamana pelatih mendidik dan melatih gajah-gajah liar agar menjadi jinak.
Selain itu, pengunjung juga bisa menunggu para gajah untuk menampilkan atraksi yang memukau. Biasanya atraksi yang ditampilkan adalah menari, bermain bola, mengalungkan karangan bunga, berenang, tarik tambang, bahkan kadang juga berjabat tangan, dan berbagai atraksi menarik lainnya.
2. Menunggangi Gajah
Jika pengunjung ingin merasakan keakraban yang lebih dekat lagi dengan gajah Sumatera, juga tersedia gajah-gajah yang dapat ditunggangi. Tentunya dengan dampingan dari pelatih dan gajah yang digunakan juga tentu saja sudah terlatih. Kegiatan ini juga merupakan salah satu yang disukai oleh pengunjung taman nasional.
Gajah terlatih tersebut akan membawa pengunjung untuk mengelilingi taman nasional. Sepanjang perjalanan besar kemungkinan pengunjung akan menemui berbagai jenis satwa liar yang juga menjadi penghuni areal hutan Taman Nasional Way Kambas. Biasanya kegiatan menunggangi gajah dilakukan pada pagi atau sore hari.
Meskipun begitu ,bagi pengunjung yang lebih senang untuk melakukan kegiatan di malam hari juga bisa menunggangi gajah Sumatera pada waktu tersebut. Biasanya satwa liar yang besar kemungkinan dijumpai pada malam hari adalah babi hutan.
3. Pusat Penangkaran Badak Sumatera
Selain Pusat Latihan Gajah, di Taman Nasional Way Kambas juga ada Pusat Penangkarang Insitu Badak Sumatera. Lokasi dari pusat penangkaran badak yang pertama di dunia ini kurang lebih sekitar 4 km dari arah Plang Ijo menuju Pos Way Kanan. di sini pengunjung dapat mengamati kehidupan dari badak.
Tempat penangkaran badak Sumatera ini disebut sebagai Suaka Rhino Sumatera (Sumatran Rhino Sanctuary) yang merupakan satu-satunya pusat pengembangbiakan badak sebagai satwa liar yang ada di Indonesia dan satu-satunya di dunia.
Karena merupakan lokasi penelitian, pihak pengelola membatasi pengunjung yang ingin masuk ke dalam area penangkaran ini. Pasalnya lokasi ini memang benar-benar ingin difokuskan untuk memenuhi kebutuhan penelitian badak Sumatera dan bukan tempat wisata.
Selain itu, di Suaka Rhino Sumatera juga terdapat proyek yang bertujuan untuk meneliti dan membangun kembali populasi badak Sumatera serta proyek penelitian terhadap harimau Sumatera.
4. Pos Way Kanan
Salah satu kegiatan yang juga menarik untuk dilakukan di Taman Nasional Way Kambas adalah menyusuri hutan belantara. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan titik start awal di Pusat Informasi Plang Ijo kemudian terus berlanjut dan berakhir di Pos Way Kanan. Perjalanan ini dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda empat yang tertutup.
Penggunaan kendaraan tertutup dikarenakan rute hutan yang dilalui cukup berat, sehingga akan terasa berbahaya dan sangat mendebarkan. Sepanjang perjalanan sesekali akan dijumpai harimau serta gajah liar yang kebetulan melintas.
5. Sungai Way Kanan
Satu lagi kegiatan wisata alam yang digemari oleh pengunjung Taman Nasional Way Kambas. Kegiatan ini adalah penyusuran Sungai Way Kanan. Susur sungai dilakukan dengan menggunakan transportasi air dan mengikuti aliran sungai hingga di muara.
Sepanjang perjalanan kalau beruntung pengunjung akan berjumpa dengan satwa liar seperti gajah yang biasanya mencari makan di sekitar sungai. Kadang juga kegiatan atraksi gajah berlangsung di area yang dilalui aliran sungai. Tidak hanya gajah saja, satwa seperti kuntul, rusa, bebek hutan, serta burung migran juga kadang akan terlihat berkeliaran.
Apabila tidak menjumpai satwa, pengunjung tetap akan dimanjakan dengan keberaan padang rumput serta hutan mangrove yang dilalui. Pemandangan tersebut akan membuat pengunjung merasakan sensasi menyatu dengan alam, kawasan ini juga cocok untuk menjadi lokasi berkemah.
6. Pengamatan Burung atau Birdwatching
Taman Nasional Way Kambas juga cukup terkenal dengan spesies aves atau burungnya yang berlimpah. Mulai dari burung endemik, langka, sampai dengan burung yang dilindungi dapat dijumpai di kawasan ini.
Menariknya, kegiatan pengamatan burung dapat dilakukan sekaligus ketika melakukan kunjungan pada beberapa objek wisata di kawasan ini. Hal itu dikarenakan burung-burung di sini cukup mudah untuk dijumpai, apalagi pada area di sekitar hutan dan danau.
7. Berkemah
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan di Taman Nasional Way Kambas adalah berkemah. Di kawasan ini telah disediakan beberapa spot khusus untuk mendirikan tenda-tenda.