Apa itu tanaman TOGA? TOGA adalah singkatan dari Tanaman Obat Keluarga. Hal ini mengacu pada budidaya tanaman yang dilakukan secara rumahan dan hasilnya dimanfaatkan sebagai obat. Dalam penyebutan sehari-hari di masyarakat, kita lebih sering menyebutnya sebagai tanaman herbal.
Tanaman obat keluarga bisa berupa budidaya tumbuhan herbal di halaman rumah, atau untuk skala yang lebih besar adalah di kebun dan ladang. Hasil tanaman tersebut kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan obat-obatan dan menjaga kesehatan.
Namun karena dikenal ampuh, beberapa hasil dari tanaman TOGA juga disalurkan ke masyarakat. Awalnya hanya ke lingkungan masyarakat sekitar, kemudian berkembang menjadi usaha kecil-kecilan. Jika permintaan semakin meningkat, tanaman TOGA juga bisa menjadi peluang industri rumahan yang potensial.
Sejatinya, menanam tanaman TOGA bukan berarti harus diperjualbelikan. Kita dapat menanamnya hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga akan obat herbal. Dengan menanam tanaman obat sendiri di pekarangan, maka akan terbangun konsep pengobatan keluarga yang mandiri.
Daftar Isi
Sejarah Tanaman TOGA
Penerapan tanaman TOGA telah dipraktekkan sejak masa pra sejarah. Pada masa pra sejarah, tanaman herbal digunakan manusia untuk bertahan dari serangga, jamur, berbagai macam jenis penyakit, dan mamalia herbivora.
Penemuan tanaman herbal paling awal adalah di masyarakat Sumeria. Mereka menggunakan ratusan tanaman obat, termasuk opium untuk pengobatan. Bukti catatan dari Mesir Kuno, Ebers Papyrus dari tahun 1550 SM, menuliskan tentang daftar 850 jenis tanaman herbal.
Sementara itu, seorang ahli fisika asal Yunani yang bekerja untuk tentara Romawi, bernama Dioscorides menuliskan catatan dalam De materia medica, bahwa ada lebih dari 1.000 resep tanaman herbal untuk mengobati berbagai macam penyakit.
Saat ini, tanaman TOGA banyak digunakan di lingkungan pengobatan non industrial. Alasannya, karena bahan-bahan herbal biasanya lebih mudah didapat. Selain itu, harganya pun cenderung lebih murah jika dibandingkan dengan obat-obatan modern. Meskipun ada juga obat dari tanaman TOGA yang cukup mahal karena bahannya lang dan sulit didapat.
1. Masa Pra Sejarah
Ada banyak tanaman yang sekarang kita kenal sebagai bumbu masakan dan bahan obat herbal sudah dimanfaatkan sejak masa pra sejarah. Bumbu masak pada umumnya digunakan untuk melawan tumbuhnya bakteri yang dapat merusak kualitas makanan, terutama di kawasan yang beriklim tropis. Contohnya dimanfaatkan untuk makanan berbahan daging agar tidak mudah basi.
Tumbuhan berbunga juga merupakan sumber tanaman herbal. Hebatnya, bukan hanya manusia yang menggunakan tanaman sebagai obat-obatan. Beberapa jenis hewan primata, kupu-kupu dan domba secara naluri akan mengonsumsi tanaman obat saat mereka sakit.
Bukti tanaman TOGA dari masa pra sejarah ditemukan dari masa Paleolitikum. Bukti ini terkubur bersama dengan peninggalan pra sejarah lainnya. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat pra sejarah telah memiliki pengetahuan dan kesadaran akan tanaman herbal dan menanamnya untuk keperluan sendiri.
Salah satu contohnya ada di Iraq bagian utara, disini ditemukan 8 tanaman dari situs masa Neanderthal yang diperkirakan telah berusia 60.000 tahun. Dari kedelapan tanaman tersebut, 7 di antaranya merupakan tanaman herbal yang hingga saat ini masih digunakan.
2. Masa Peradaban Kuno
Di zaman Mesir Kuno, kira-kira pada tahun 2.500 SM dimana sistem perbudakan masih berlaku, para budak diberi makanan berupa bawang yang dipercaya mampu menghilangkan banyak penyakit, seperti infeksi dan demam. Tujuan dari pemberian bawang tersebut adalah agar para budak tetap sehat dan dapat bekerja.
Banyak catatan dari Mesir Kuno yang menulis tentang tanaman herbal dan berbagai khasiatnya. Pada masa itu, para pendeta juga membudidayakan tanaman obat dan mempraktekkan pengobatan secara herbal.
Sementara itu, bangsa Yunani Kuno juga mempunyai catatan mengenai tanaman obat. Tiga di antaranya adalah dari Hyppocrates yang terbit pada tahun 466 SM, Theophrastus yang terbit pada tahun 372 SM, dan Pedanios Dioscorides yang terbit pada tahun 100 SM. Ketiga catatan tersebut berisi daftar ribuan tanaman herbal yang berfungsi sebagai obat.
Bangsa Yunani Kuno telah mempraktekkan pengobatan dengan tanaman herbal. Dalam perjalanan ke wilayah lain, mereka juga menemukan beberapa jenis tumbuhan obat baru, contohnya lavender dan rosemary.
Tanaman Obat di Berbagai Negara
Penggunaan tumbuhan herbal untuk mengobati penyakit dan menjaga kesehatan telah diterapkan di berbagai negara. Berikut ini adalah penjelasan berkaitan tanaman TOGA di beberapa kawasan di dunia, yaitu:
1. China
Hingga kini pengobatan herbal menjadi salah satu tradisi Tionghoa yang terus dilestarikan, termasuk dari orang keturunan Tionghoa yang ada di Indonesia.
Pemanfaatan tanaman obat di Cina telah dimulai sejak 3.000 tahun yang lalu. Saat itu seorang dukun bernama dukun Wu mampu menyembuhkan kerapuhan tulang. Di masa itu, penyakit tulang rapuh dipercaya sebagai akibat dari kekuatan roh jahat. Oleh karena itu, dibutuhkan tanaman yang mampu mengusir kekuatan jahat tersebut.
Bukti lain adanya pemanfaatan tanaman obat di China adalah adanya catatan di makam seorang bangsawan bernama Han. Dalam catatan yang merupakan gulungan sutra tersebut, tertulis daftar tumbuh-tumbuhan yang bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Jumlah tanaman obat pada catatan tersebut mencapai 247 tanaman.
2. Inggris
Walau tanaman herbal erat kaitannya dengan masayarakat pra sejarah dan Asia, tetapi penggunaan tumbuhan untuk obat sebenarnya juga dilakukan di Barat, contohnya di Inggris.
Penggunaan tanaman obat mulai berkembang saat biara-biara didirikan. Di setiap biara dikembangkan sistem tanaman TOGA, dimana mereka memiliki lahan khusus untuk menanam tanaman obat. Tanaman ini kemudian digunakan untuk mengobati para pendeta dan juga masyarakat yang tinggal di sekitar biara.
Bahkan tanaman obat juga digunakan dalam perayaan atau ritual keagamaan di beberapa wilayah Inggris, contohnya Wales dan Skotlandia. Pada abad ke-15 saat mesin cetak ditemukan, sejak saat itu pengetahuan masyarakat akan tanaman obat semakin berkembang.
Ketika itu dibuatlah tulisan khusus tentang tanaman obat, sehingga masyarakat pun tidak perlu bergantung pada biara untuk mendapatkan tanaman apa yang berkhasiat, melainkan dapat menanamnya sendiri di pekarangan rumah.
Beberapa catatan tanaman obat dari Inggris adalah tulisan milik John Parkinson dari tahun 1630, tulisan karya Nicholas Culpepper dari tahun 1649 yang berjudul The Complete Herbal and English Physician, Enlarged.
Pada tahun 1812, diketahui bahwa bisnis pengobatan menggunakan tanaman obat telah dilakukan oleh Henry Potter. Bukan hanya tanaman, Henry juga berdagang lintah yang mampu menghisap darah kotor berisi racun dari tubuh manusia.
3. Indonesia
Pemanfaatan tanaman herbal untuk obat di Indonesia juga sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Seorang botanikus bernama Jacobus Rontius menulis mengenai khasiat tumbuh-tumbuhan yang ada di tanah air dalam bukunya yang berjudul De Indiae Untriussquere Naturali et Medica pada abad ke-17.
Dalam bukunya tersebut terdapat catatan mengenai 60 tanaman obat. Meski daftar tumbuhannya termasuk sedikit, namun dari buku inilah penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hendrik Adriaan van Rheede tot Draakestein.
Kemudian di tahun 1888 didirikan Chemis Pharmacologisch Laboratorium yang merupakan bagian dari Kebun Raya Bogor. Tujuan dibentuknya laboratorium ini adalah untuk meneliti bahan atau zat-zat yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, sebelum akhirnya tumbuh-tumbuhan tersebut dimanfaatkan untuk obat-obatan.
Setelah diselidiki dan terbukti berkhasiat, kemudian tanaman tersebut dipublikasikan. Cara penyebarannya hampir sama seperti di Inggris, yaitu setiap biara menanam tanaman obat untuk digunakan saat pendeta dan penduduk setempat sakit. Inilah cara yang digunakan oleh orang Eropa di Indonesia dalam memanfaatkan tanaman TOGA.
Sementara orang Indonesia sendiri sudah secara turun-temurun memanfaatkan tanaman sebagai obat. Contohnya adalah berbagai ramuan jamu asli nusantara. Jamu merupakan warisan peninggalan nenek moyang.
Hingga kini, jamu masih dikonsumsi banyak masyarakat di Indonesia, baik untuk menyembuhkan penyakit, ataupun untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap prima.
Daftar Tanaman TOGA
Orang Indonesia menanam beberapa tanaman herbal untuk digunakan secara pribadi ataupun menjadi komoditas untuk mencari keuntungan. Berikut ini adalah contoh beberapa tanaman TOGA yang banyak ditanam di Indonesia, antara lain:
- Pepaya – daunnya berfungsi untuk mengobati demam dan disentri, serta dipercaya sebagai obat malaria yang ampuh.
- Kelor – daunnya dapat mengobati panas dalam dan demam.
- Seledri – daun seledri berguna untuk mengobati tekanan darah tinggi.
- Jambu biji – daunnya dapat digunakan untuk obat diare.
- Sukun – daunnya dapat menyembuhkan sakit gigi, menurunkan kolesterol, asam urat, mengobati hinjal, liver, dan jantung.
- Kangkung – dipercaya dan terbukti dapat menyembuhkan penyakit sulit tidur atau insomnia.
- Belimbing – daunnya mampu mengobati tekanan darah tinggi.
- Daun dewa – mampu mengobati payudara bengkak dan muntah darah.
- Jeruk nipis – ampuh mengobati batuk parah, memperlancar buang air kecil, mengobati demam, kurang darah, dan dipercaya mampu menghilangkan kebiasaan merokok.
- Mengkudu – berkasiat mengobati batuk, amandel, radang usus, tekanan darah tinggi, sariawan, sembelit, dan susah buang air kecil.
- Cabai merah – dapat digunakan untuk mengobati reumatik dan obat gosok untuk masuk angin.
- Belimbing wuluh – bermanfaat untuk mengobati batuk, mencairkan dahak, dan melegakan napas.