Tapir adalah kelompok herbivora yang habitatnya tersebar di berbagai negara di dunia dengan berbagai variasi spesies. Salah satu spesies yang menghuni kawasan Asia adalah Tapirus indicus. Satwa ini mempunyai karakteristik tubuh yang unik dan dikatakan bentuknya adalah hasil perpaduan beberapa jenis satwa lain.
Bukan hanya bentuk fisiknya yang memiliki penampilan khas, namun cara hidup atau perilaku tapir juga cukup menarik untuk diamati. Sayangnya spesies yang masuk dalam kelas mamalia ini statusnya sudah mulai terancam, sehingga berbagai upaya konservasi pun harus dilakukan untuk meningkatkan populasinya.
Daftar Isi
Taksonomi
Hampir seluruh negara di dunia menggunakan istilah ‘tapir’ untuk menyebut spesies yang berasal dari genus Tapirus ini. Selain nama tapir, di Indonesia satwa ini juga disebut sebagai badak cipan dan tenor oleh masyarakat Melayu, serta malay tapir dan Asian tapir dalam Bahasa Inggris.
Berikut ini adalah taksonomi untuk spesies tapir Asia, yaitu:
Kingdom | Animalia |
Filum | Chordata |
Kelas | Mammalia |
Ordo | Perssidactyla |
Famili | Tapiridae |
Genus | Tapirus |
Spesies | Tapirus indicus |
Spesies Tapirus indicus adalah satu-satunya jenis tapir yang hidup di dataran Asia. Istilah ‘indicus’ diambil dari wilayah asal atau habitat asli dari satwa ini, yaitu kawasan Hindia Timur. Kini spesies ini telah tersebar dan dapat dijumpai di berbagai kawasan Asia termasuk Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia.
Morfologi
Seperti telah disebutkan bahwa bentuk fisik hewan ini dianggap sebagai gabungan dari beberapa jenis satwa lain. Sekilas penampakan tubuh tapir mirip seperti morfologi babi, tetapi jika diamati lebih jeli ternyata bagian telinganya mirip dengan telinga badak. Bagian paling unik dari tubuh satwa ini adalah keberadaan moncong yang menyerupai moncong trenggiling.

Umumnya semua spesies memiliki ukuran tubuh sekitar 225 cm atau lebih dari 2 meter termasuk spesies Tapirus indicus. Hanya saja spesies yang juga disebut sebagai Tapir Asia ini menjadi jenis tapir dengan tubuh paling kecil jika dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain.
Panjang tubuh Tapir Asia hanya sekitar 1,8 meter, tetapi ada beberapa individu yang tubuhnya mencapai 2,4 meter. Sedangkan tinggi tubuhnya jika dihitung dari telapak kaki sampai punggung berkisar antara 90 cm sampai 107 cm. Meski bertubuh lebih kecil namun kenyataannya berat badan Tapir Asia cukup berat, karena bisa mencapai 250 kg hingga 320 kg.
Tidak hanya itu, bahkan beberapa individu tapir yang telah mencapai usia dewasa berat badannya bisa mencapai 540 kg. Bobot tubuh hewan ini terhitung sangat berat karena memiliki massa otot lebih besar bila dibandingkan dengan spesies lainnya.
Ukuran tubuh tapir betina cenderung lebih besar jika dibandingkan dengan tubuh pejantan. Meski begitu ciri fisik antara keduanya tetap sama, yakni bertubuh gemuk, berotot serta memiliki ekor pendek. Kaki depan satwa ini mempunyai empat kuku, sedangkan kaki belakangnya hanya memiliki tiga kuku.
Moncong atau belalai pada tapir adalah bagian paling unik dan sekaligus menjadi ciri khas binatang herbivora ini. Moncong tersebut cukup panjang namun tak sepanjang belalai gajah. Biasanya tapir akan merapatkan moncongnya di tanah saat berjalan. Selain itu moncongnya juga sangat elastis dan lentur sehingga mudah untuk digerakkan.
Selain moncong yang khas, warna tubuhnya juga cukup menarik karena di bagian bahu sampai pantatnya memiliki warna terang antara putih hingga abu-abu menyerupai pelana. Sedangkan bagian tubuh lainnya berwarna hitam, kecuali ujung telinga yang juga memiliki warna putih. Kombinasi warna ini memudahkan tapir untuk melakukan kamuflase di hutan.
Sifat & Perilaku Tapir
Tapir adalah satwa yang mempunyai kebiasaan hidup cukup unik. Binatang ini diketahui memiliki indera penglihatan yang cenderung kurang bagus, sehingga sangat bergantung pada kemampuan indera pendengaran serta indera penciumannya yang sangat tajam.
Berikut ini adalah beberapa perilaku tapir saat berkegiatan di alam liar, antara lain:
1. Binatang Soliter
Binatang herbivora ini dikenal sebagai satwa yang hidupnya soliter. Hewan soliter berarti tapir lebih senang hidup menyendiri dibanding berkelompok dan bahkan agak berjauhan dengan sesama spesiesnya. Akan tetapi pada waktu-waktu tertentu seperti ketika musim kawin, tapir akan hidup bersama individu lainnya untuk mencari pasangan.
2. Memiliki Wilayah Teritori
Seperti kebanyakan binatang soliter lainnya, tapir juga mempunyai kebiasaan untuk menandai wilayah kekuasaannya. Biasanya satwa ini akan menandai area tertentu di darat sebagai tempat kekuasaannya. Namun pada kenyataannya daerah kekuasan tersebut juga seringkali tumpang tindih dengan teritori tapir yang lain.
Cara tapir menandai wilayah kekuasaanya cukup lazim seperti yang dilakukan binatang lainnya. Satwa ini akan mengencingi tanaman yang ada di sekitar kawasan teritorialnya. Selain itu untuk memperluas wilayah kekuasaannya, hewan besar ini akan menyusuri jalur lain yang ditumbuhi tanaman selain yang telah dibuatnya sendiri.
3. Binatang Krepuskular
Tapir sering disebut sebagai binatang nokturnal karena aktivitasnya lebih banyak dilakukan pada waktu malam hari. Akan tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena tapir juga cukup sering melakukan pergerakan di siang hari. Akan tetapi pada waktu tertentu ia lebih banyak menghabiskan waktu sejenak untuk tidur siang.
Ketika matahari mulai terbenam tapir akan beranjak beraktivitas untuk mencari makanan. Kegiatan tersebut mulai dihentikan ketika matahari perlahan terbit. Perilaku ini menunjukkan bahwa tapir tidak bisa disebut sebagai binatang malam sepenuhnya. Maka dari itu satwa bermoncong ini lebih cocok disebut sebagai binatang krepuskular.
4. Perilaku Tapir
Walaupun hidup soliter, tetapi tapir juga melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Cara berkomunikasi satwa ini dilakukan dengan mengeluarkan suara cicitan atau siulan yang cukup keras. Ketika berjalan-jalan di kawasan hutan, tapir akan memperhatikan bau di sekitarnya yang telah ditinggalkan oleh individu lain.
Tapir adalah binatang yang memiliki kemampuan memanjat sekaligus berenang. Satwa ini biasa menghabiskan waktu dengan berdiam di dekat aliran sungai atau sumber air, kemudian mandi atau berenang. Sedangkan untuk urusan memanjat tapir sanggup mendaki tebing yang cukup curam.
5. Upaya Pertahan Diri
Tapir adalah binatang dengan warna tubuh cukup unik, yakni adanya warna putih menyerupai pelana di punggungnya. Warna putih sangat bermanfaat untuk berkamuflase, sehingga sepintas tampak seperti kuda yang diberi pelana apabila duduk rapat di tanah.
Warna tubuhnya yang hitam pekat juga menjadi salah satu metode pertahanan diri. Dengan warna tersebut tapir bisa bersembunyi dan hanya menampakkan warna hitam tubuhnya, sehingga sekilas bentuknya seperti batu hitam. Binatang ini biasanya menyembunyikan bagian tubuh putihnya di antara tanaman atau bebatuan.
Apabila merasa terancam tapir mampu untuk berlari dengan cepat. Hal ini cukup menarik, karena satwa ini memiliki bobot tubuh yang berat dibanding keluarga dalam satu genusnya. Tidak hanya itu, tapir juga memiliki kemampuan untuk membela diri dengan berkelahi. Kekuatannya terletak pada rahangnya sangat kuat dan dilengkapi gigi-gigi tajam.
6. Sangat Pemalu
Tapir dikenal sebagai salah satu satwa yang memiliki sifat pemalu, terutama apabila bertemu dengan manusia. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika hewan ini sulit dijumpai di alam liar. Apabila tapir merasa ada manusia di sekitarnya, maka ia akan bersembunyi di semak-semak.
Status Kelangkaan
Berdasarkan data yang diperoleh dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), tapir yang bernama latin Tapirus indicus saat ini berstatus Endangered (EN). Status yang diberikan sejak tahun 2008 tersebut menunjukkan bahwa kondisi tapir di alam liar mempunyai potensi terancam dalam waktu yang akan datang.
Pada sekitar tahun 80-an spesies ini memang sudah berstatus Endangered, akan tetapi status tersebut turun menjadi Vulnerable (VU) atau rentan pada tahun 1996. Kemudian di tahun 2002 kembali naik menjadi Endangered dan turun menjadi Vulnerable di tahun 2003. Selanjutnya sejak 2008 tapir dianggap sebagai binatang yang status populasinya terancam punah.
Status terancam punah pada Tapir Asia disebabkan oleh penurunan populasi yang sangat signifikan. Diketahui sejak tiga dekade terakhir atau tepatnya 36 tahun pengamatan terhadap tapir di alam bebas, total penurunan populasinya mencapai 50%. Selanjutnya penurunan satwa diperkirakan sebanyak 20% selama 24 tahun.
Habitat & Persebaran
Tapir menyukai hidup di dekat sumber air seperti aliran sungai yang juga didukung dengan keberadaan pepohonan sebagai sumber makanannya. Oleh sebab itu wilayah hutan menjadi tempat hidup atau habitat alami dari satwa satu ini. Habitat utama untuk spesies Tapirus indicus adalah hutan di kawasan Asia.
Kawasan hutan hujan tropis yang umumnya terdapat di kawasan Asia Tenggara adalah habitat hidup paling efektif dan baik untuk populasi tapir. Di Pulau Sumatera tapir terlihat kerap melintas di sepanjang wilayah hutan dataran rendah, akan tetapi ada juga yang hidup di dataran tinggi pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut.

Selain hutan hujan tropis, sebenarnya tapir juga cukup fleksibel dengan kondisi lingkungan selama persediaan makanannya ada. Satwa ini mampu beradaptasi dan biasa dijumpai di sekitar hutan primer, hutan sekunder, hutan campuran, perkebunan karet, perkebunan kelapa sawit, dan bahkan tidak jarang melintas di pemukiman penduduk.
Sebaran spesies Tapirus indicus saat ini hanya dijumpai di kawasan Asia Tenggara. Wilayah yang menjadi habitatnya adalah hutan Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia, sampai Indonesia. Di Indonesia sendiri tapir hanya dijumpai di wilayah Sumatera sepanjang Danau Toba hingga Provinsi Lampung.
Akan tetapi beberapa catatan sejarah dan bukti paleontologis menyatakan bahwa tapir juga pernah hidup di Pulau Jawa. Namun entah apa yang menyebabkan hewan sudah tidak hidup di Pulau Jawa dan hanya ada di Pulau Sumatera.
Ada fakta menarik tentang persebaran tapir secara umum di dunia, khususnya spesies Tapir Asia dan Tapir Amerika. Ternyata perbedaan fisik antara kedua satwa tersebut tidak hanya menunjukkan spesies yang berbeda, tetapi sekaligus juga menjadi teori dasar untuk memisahkan wilayah teritori Benua Amerika dan Benua Asia.
Makanan Tapir
Tapir adalah binatang herbivora, artinya ia termasuk hewan yang hanya mengonsumsi tumbuh-tumbuhan. Diketahui bahwa total ada sekitar 115 spesies flora yang bisa dimakan oleh satwa bermoncong ini, 30 tumbuhan diantaranya merupakan makanan favorit tapir.
Umumnya hewan ini memakan dedaunan, umbi-umbian yang empuk, serta beberapa macam buah-buahan. Adapun untuk memenuhi kebutuhan mineral dalam tubuhnya tapir biasa memanfaatkan pasokan air di sekitarnya atau mencari wilayah yang memiliki kandungan garam mineral.
Jenis Tapir
Pada pertengahan tahun 90-an ditemukan Tapir Asia Melanistik atau jenis yang memiliki warna hitam pada seluruh tubuhnya. Penemuan tersebut tidak menunjukkan spesies baru, karena meski warnanya berbeda tetapi tapir melanistik masih masuk dalam kelompokTapirus indicus. Temuan baru tersebut hanya sebagai subspesies dengan nama Tapirus indicus brevetianus.
Hingga saat ini penelitian tentang perbedaan warna tapir tersebut masih terus diupayakan. Wilayah yang menjadi lokasi studi adalah Suaka Hutan Jerangau yang terletak di Semenanjung Malaysia. Penelitian ini sekaligus bertujuan untuk mencari tahu apa penyebab kelainan genetik tapir tersebut.

Secara umum tapir dibagi menjadi dua jenis dengan ordo berbeda, yaitu Ordo Tapiridae dan Ordo Periscodactyla. Total spesies tapir yang ada di dunia adalah empat macam, dimana tiga diantaranya hidup di kawasan Amerika Selatan dan satu spesies hidup di Asia.
Tapir dengan nama Latin Tapirus indicus diketahui sebagai binatang dari kelompok fauna Dunia Lama, sedangkan tiga spesies lainnya yang hidup di Amerika disebut sebagai tapir dari Dunia Baru.
Berikut ini adalah jenis-jenis tapir yang ada selain Tapirus indicus, yaitu:
1. Tapirus terrestris
Spesies pertama selain Tapirus indicus adalah Tapirus terrestris atau secara umum dikenal sebagai Tapir Brazil. Jenis spesies merupakan jenis asli yang hidup di kawasan hutan Amazon, Amerika Selatan. Sesuai dengan namanya, hewan ini berasal dari hutan Brazil.
Tapir Brazil disebut sebagai mamalia paling besar yang hidup di kawasan Amerika Selatan. Ukuran tubuh antara 1,8 sampai 2,5 meter dan bobot rata-ratanya adalah 225 kg. Bulu spesies ini polos namun ada yang memiliki corak garis lurus di tubuhnya. Sama seperti spesies lain, ukuran ekor Tapir Brazil juga pendek hanya sekitar 5 sampai 10 cm saja.
2. Tapirus bairdii
Tapirus bairdii adalah spesies yang hidup di sepanjang kawasan hutan Amerika Latin hingga Amerika Tengah, meliputi Meksiko Tenggara, Guatemala, Kosta Rika, Nikaragua, Panama, Belize, Honduras, bahkan diperkirakan sudah mencapai wilayah hutan Kolombia dan Ekuador.
Tapir jenis ini memiliki warna tubuh hitam sepenuhnya. Populasi spesies ini sangat terancam karena habitat aslinya di hutan Amerika telah beralih fungsi menjadi lahan industri. Bahkan salah satu wilayah yang pernah ditinggali adalah El Savador, Amerika yang kini sudah dinyatakan bahwa semua tapir yang hidup di wilayah tersebut telah punah.
3. Tapirus pinchaque
Tapirus pinchaque atau juga dikenal dengan sebutan Tapir Gunung dan Tapir Berbulu adalah spesies asli dari kawasan Amerika Selatan. Spesies ini menjadi satu-satunya jenis tapir yang hidup tidak di kawasan hutan hujan tropis. Hal itu jugalah yang mengilhami namanya sebagai Tapir Gunung.
Spesies ini dapat ditemukan di sepanjang Pegunungan Ades yang bersuhu dingin di Kolombia dan Peru. Karena habitatnya yang berbeda, maka tampilan fisik spesies ini juga berbeda daripada spesies lainnya. Tapir Gunung memiliki bulu yang tebal dan lebat serta moncongnya berwarna putih yang ditutupi oleh bulu juga.
Ketebalan bulu ini bisa mencapai 3,5 cm dengan warna hitam pekat. Ukuran tubuhnya tidak terlalu besar dengan rata-rata 1,8 meter dan tingginya antara 0,75 hingga 1 meter. Tubuh tapir betina lebih kecil dibanding jantan yang memiliki bobot sekitar 136 hingga 250 kg, sedangkan bobot betina antara 25 sampai 100 kg.
Ancaman Terhadap Tapir
Status Endangered (EN) atau terancam punah pada spesies Tapir Asia atau Tapirus indicus disebabkan oleh penurunan populasi yang sangat tinggi. Hal itu dipicu oleh beberapa kondisi seperti maraknya kegiatan perburuan liar dan berkurangnya habitat hidup dari binatang soliter ini.
Berikut adalah bergabai kegiatan yang mengacam polusi tapir di alam liar, antara lain:
1. Penurunan Luas Habitat Asli
Ancaman pertama yang menyebabkan penurunan populasi tapir adalah luas habitat hidupnya yang terus berkurang. Salah satu faktor pemicu penurunan luas wilayah tersebut adalah pembukaan areal hutan untuk keperluan manusia, seperti membuat pemukiman dan perkebunan kelapa sawit.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa grafik penurunan luas areal hutan berjalan seiring dan seimbang dengan laju penurunan populasi tapir. Penelitian ini dilakukan di kawasan hutan hujan tropis yang ada di Asia Tenggara. Akan tetapi hasil penelitian di wilayah Thailand, Myanmar, dan Indonesia tergolong aman dari ancaman ini.
2. Maraknya Perburuan Liar
Kegiatan perburuan liar juga menjadi ancaman cukup serius sebagai penyebab penurunan populasi tapir di Asia. Meski begitu kegiatan ini masih bisa teratasi dan belum berdampak signifikan di kawasan Sumatera, Indonesia serta Thailand dan Myanmar. Akan tetapi pemerintah perlu waspada menghadapi ancaman ini kemudian hari.
Alasan utama kurangnya perburuan liar di kawasan Sumatera adalah penduduk di wilayah tersebut didominasi oleh Muslim. Sebab kaum muslim tidak memakan binatang seperti tapir. Selain itu dari segi fisik satwa ini memang sangat mirip dengan babi.
Selain perburuan liar, kegiatan lain yang tidak jauh berbeda dengan perburuan adalah pemasangan jerat binatang. Banyak pemburu liar yang menjadikan kegiatan ini sebagai alternatif untuk menangkap tapir di hutan. Maka dari itu yang perlu diawasi juga adalah keberadaan jebakan hewan.
3. Perkawinan Sedarah
Ancaman berupa perkawinan sedarah adalah ancaman nyata yang dihadapi oleh tapir Thailand dan Myanmar. Kondisi ini sering terjadi di wilayah isolasi yang ruang geraknya tergolong sempit. Padahal akibat yang ditimbulkan dari perkawinan tersebut cukup fatal. Hal yang sama juga dihadapi oleh Malaysia.
Upaya Konservasi
Status kelangkaan tapir atau Tapirus indicus yang terancam punah dalam waktu yang akan datang mendasari berbagai upaya konservasi. Program konservasi harus digalakkan untuk mempertahankan spesies ini. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mendirikan penangkaran tapir di kawasan suaka margasatwa dan taman nasional.
Upaya ini telah dilakukan di berbagai negara Asia Tenggara, termasuk Malaysia dan Indonesia. Konservasi tapir dilakukan di habitat aslinya yaitu di beberapa titik di Pulau Sumatera. Di samping sebagai upaya penyelamatan, konservasi it juga bertujuan untuk mengamati pola hidup satwa yang berperan sebagai penebar biji-bijian di hutan ini.